Hope Village

26 1 0
                                    

Setelah mengalahkan Tyrin, kami pergi ke utara dan menemukan sebuah desa disisi gunung! Hope village! Secercah harapan muncul!

Al : "Maya!"
Ma : "Kenapa?"
Al : "Apa yang kubutuhkan untuk bisa terbangkitkan sepertimu sama Satria?"
Ma : "I don't know, keinginan atau ambisi yang besar mungkin?"
Al : "Keinginan?"
Ma : "Iya, aku terbangkitkan karena aku pengen nyelamatin kalian semua dan membunuh orang itu, Satria terbangkitkan karena dia mau melindungi kita"
Kami bercakap cakap sambil berjalan menuju desa. Ditengah jalan, ada seseorang mencegat jalan kami! Ku hampiri dia, seorang kesatria yang terluka!

Kuhampiri dia dengan cepat sambil merobek bagian bawah celanaku.  Kuikatkan kainnya di tangannya yang terluka untuk menghentikan pendarahannya.

"Jangan pergi ke Hope Village!" katanya lirih lalu, siapa sangka itu akan jadi kata kata terakhirnya.  Dia mati.
"Kayaknya bakal ada halangan di depan," kataku, "Sat, siapin barrier di sekeliling kita, kemungkinan ada bahaya,"
"Ok,"
"Sat, bentuk perisainya sesuai maumu kan?"
"Ya, lalu?"
"Bisa nggak dibuat jadi invisible?"
"I'll try, it sounds cool!"
"Bayangin aja perisaimu nggak keliatan Sat!" Aldy berkata sambil tersenyum.

Selanjutnya Satria mencoba membuat perisainya invinsible dalam 2-3 kali percobaan, dia berhasil!
"Ayo kita terobos!" Nia berkomentar sambil tersenyum.
"Let's eat an appetizer!" Marsha menyahut.

Kami tiba di Hope Village, tak seperti bayanganku. Disini kelihatan damai tanpa gangguan.

"Halo, para pendatang! Selamat datang di desaku!" sebuah suara muncul.

Aku melirik ke kanan dan kiri, tidak ada siapa siapa, jangan jangan!
"Sat! Shield! Upper Barrier!
Traaang!! Atas!
"Kamu hebat juga, bisa menebak seranganku,"  "Kalian darimana?"
"Dimensi lain," sahutku.
"Jauh ya? Santai aja dulu disini, aku ngga bakal ngapa ngapain kalian kok,"
"Terus kesatria tadi kok bisa babak belur?" Satria bertanya dengan polosnya.

"Dia mau membunuh hewan peliharaanku, jadi kubunuh deh dia,"
"Jadi kalau kami baik ke kamu, kamu bakal baik ke kami?" tebak Marsha.
"Uyeye, pasti lah!" balasnya.
"Kami belum tahu namamu btw" aku bertanya, "Emangnya namamu siapa"

"Aku adalah pelindung Hope Village, Lucen!"
"Lucen? Namamu keren!" Aldy berkomentar.
"Lucen, lucen, lucen," kataku mengingat ingat, "Ah! Iya! Kalau nggak salah, itu bahasa Makedonia untuk...,"
"Nakal!" kata kami bersamaan.
"Kamu tahu? Hebat!"
"Aku pernah buat cerpen soal anak nakal, karena nggak ada inspirasi buat nama, aku pake google translate," kataku menjelaskan. "Lengkapnya sih 'neposluśen',"

"Oiya, Lucen! Emangnya hewan peliharaanmu apa?" Satria penasaran.
"Ayo ke rumahku!"
Kami berjalan menyusuri sebuah sungai kecil, melewati beberapa pohon besar dan akhirnya sampai di sebuah goa besar.

"Nanti, goanya akan bercabang.  Jangan masuki yang sebelah kanan, langsung ke kiri!" Lucen memperingatkan.
"Kenapa?" Nia penasaran
"Mau selamat?" tanya Lucen
"Oke"
"Aku pergi dulu ya!, ada urusan"

Setelah beberapa menit menyusuri goa, seperti kata Lucen, bercabang.
Aku penasaran dengan apa yang ada di ruang kanan, jadi aku menyelinap dan pergi kesana tanpa sepengetahuan teman teman.

Aku masuk, agak gelap. Terang!!! Ada sesuatu yang bercahaya didalam! Aku masuk, pintu emas!? Ada sesuatu yang mencurigakan disini.
"Mayaa!!!!" suara Aldy terdengar dari ruang sebelah. Bersamaan dengan suara meraung yang keras.

Sial!
Aku berlari ke sebelah secepat yang aku bisa, jebakan! Ini kandang hewan peliharaannya! Kulihat anjing raksasa berkepala tiga sedang berusaha menggigit Nia, Satria membuat barrier diujung kandang bersama Aldy dan Marsha.

"Maya! Tolong!" Nia berteriak. Aku tak bisa diam saja, kubuka sayapku dan pedang hitam kesayanganku dan kutebas kakinya.

Tak mempan!?

Ada barrier yang melindunginya dari seranganku! Seranganku merupakan serangan dengan senjata, mungkin itu penyebabya! Kulitnya kebal senjata!
Sial!
This is a disadvantage for me! Seranganku hanya menggunakan pedang, sedangkan physical attack-ku kurang mampu!
Dia menepisku dengan ekornya yang tajam dan aku terlempar ke ujung kandang dan menyebabkan keretakan.

"Maya!" Nia menjerit.
"Sialan, aku nggak bisa membantu walau sedikit!" Nia marah, aura merahnya semakin terasa. Awakening!
Bajunya berubah menjadi pakaian taekwondo lengkap dengan sabuk merah-hitam di pinggang.

"Anjing! Kau memang anjing!" Nia marah
"Nia, dia emang anjing," kataku mengoreksi.
"Whatever, back me up when i say switch,"
Nia mulai melancarkan tendangan pada anjing itu dan super effective! Anjing itu patah kakinya!
"Nia-chan kuat banget!" Aldy berteriak menyoraki.
Beberapa tendangan berikutnya, anjing itu lumpuh. Saat terakhir.
Nia mengangkat kakinya dan melancarkan tendangan cangkul [baalchagi] pada anjing tersebut, namun,
Duak!
Aku dan Satria menghalangi.
"Minggir!"
"Nia! Dia udah terlalu lemah!" Satria membela anjing itu.
"Kamu dibunuh mau?" aku angkat suara.
"Terserah deh!"
Anjing itu tiba tiba bersinar dan tersenyum tenang. Setelah itu aku merasa kekuatanku meluap luap.

Sunyi

Aku kembali ke alam bawah sadar. 
"Kekuatan baru?" tanyaku pada kuro (panggilan untuk si hitam)
"Bukan, dia mengupgrade kapasitas kekuatanmu! Kemampuan yang luar biasa,"

Aku kembali sadar

Tanganku bercahaya, kupikirkan bentuk katana tipis panjang dan boom! Pedang baru!

Kuamati pedangku, seperti katana biasa kelihatannya. Tapi, ini tak melengkung seperti katana biasa, ini lurus dengan ujung yang tipis, mungkin untuk menusuk.

"Kawan kawan!"
Suara anak anak ini! Lucen! Dengan geram aku berbalik menusukkan pedang baruku, bukan hanya angin, gelombang kekuatan berwarna putih merangsek kedepan menyerang Lucen yang terpaku dalam diam.

Duaar!

Win Streak!

Lucen pingsan.

"Hhm, aah! Aku dimana?!" Lucen terbangun. "Kamu tadi pingsan, aku temani kamu selagi pingsan," Marsha menjawab datar. "Maya dimana?"
"Dia pergi ke gerbang emas katanya,"
"Sialan! Aku harus menghentikannya!"
"Kenapa?"
"Disitu ada....,"

Groaaaaaaaar!!!

Raungan keras menggema ke seluruh ruangan saat aku, Nia dan Satria membuka pintu.
Monster lagi!?
Dia melompat ke depanku sambil memamerkan kukunya yang tajam.

Werewolf!
Putih!?

Maya : Lost DimensionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang