Werewolf

18 0 0
                                    

Werewolf putih itu berdiri tepat didepan kami, memamerkan kukunya yang setajam silet. Kami terpaku. Aura intimidasinya kuat sekali!

Dia mulai menyerang!

Tebasan kanan! Tebasan kiri! Sial! Aku kena! Dadaku bercucuran darah merah. "Sat! Back me up!"
Satria metangsek dan membuat barrier didepanku diiringi Nia yang bertarung dengan werewolf itu.

Selagi memulihkan diriku, kumunculkan pedang baruku. "Sat! Barrier off!"
"Jangan bodoh! Nia udah kewalahan, apa lagi kita!"
"Matiin aja!"
"Nggak mau!"
"Sat! Trust me..,"
"Hrggh!" barriernya mati, werewolf itu melihatnya, dia mendelik ke arah kami lalu merangsek maju. meninggalkan Nia yang terluka.

"Maya! Aku aktifkan lagi barriernya!"
"Jangan! Tunggu!"
Semakin kami berdebat, dia semakin dekat! 5m dihadapan kami! Kutusukkan pedangku, gelombang putih bermunculan merangsek kearah werewolf itu, kena!

Asap bekas ledakan hilang, kulihat dia masih berdiri tegak tanpa luka berat yang berarti.
Sialan!
Dia merangsek maju lagi!
"Sat! Barrier!"
Dengan cepat Satria membuat barrier dan menghentikan serangan werewolf itu, dia mengendus, lalu memandang kami, kekuatannya bertambah!
Sial!!

Barrier Satria pecah! Dia sekarang terdiam didepan kami, tak bergerak.
Nia yang sudah pulih tiba tiba muncul didepan kami dan menendang werewolf itu hingga terpental ke belakang.

Dia marah, werewolf itu marah lagi!
Dia merangsek maju kedepan untuk menikam Nia, disaat saat terakhir, Aldy berlari untuk melindungi Nia, dia mengorbankan dirinya.

Aldy tertusuk tepat di jantungnya

Werewolf itu terdiam

"Maaf, aku terlambat ya?" katanya sambil tersenyum.
"Aldy!!"
Aldy terjatuh, tak bernafas
Dia mati

"Aldy!!!" kami berlari menuju Aldy yang terdiam tak bernafas.
Werewolf itu terdiam dengan tatapan kosong.

"Sialan!" aku menerjang maju tanpa senjata dan berlinang air mata. Kupukul dia di dadanya sambil menangis.

Dia tak bergeming

Tanpa kusadari wajahnya berlinang air mata.

Dia menangis!!??

Dia mengendusku lalu memegang bahuku, tanpa mengatakan apapun aku tahu bahwa dia menyesal, dia minta maaf.

"Kamu minta maaf, jangan bercanda! Kamu udah bunuh Aldy!"
"Werewolf brengsek!" Satria dengan marah merangsek maju dengan barrier, tunggu! Warnanya berbeda!? Kenapa barrier Satria yang biasanya putih sekarang merah?

"Sat, tunggu dulu," aku mencegahnya sambil menatap kebawah. "Aku aja yang ngabisin," aku berkata sambil nemunculkan pedang hitamku dan langsung menebas ekornya, dia menghindar.

"Sampai kapan kau akan berlari?" aku bertanya. Kufokuskan Kuro pada udara di belakang punggung werewolf. Aku ber-teleport
"Sampai kapan?!" kutebaskan pedangku, kutarget kepalanya kali ini, dia menghindar lagi!

Syut! Dia melompat, sialan! Ke Aldy!?

"Brengseek!!!" teriakku penuh amarah

Klang! Tanganku diborgol?! Kakiku! Sial! Aku tidak bisa bergerak!

"Kamu mau apa?!!! Aldy udah mati! Sekarang mau kamu makan?!"

Werewolf itu semakin mendekat, semakin dekat! Jaraknya sekarang sudah 2 langkah lagi. Kulirik Satria dan Nia, mereka kena borgol, pingsan!? Sialan!

Aku berlinang air mata

"Dia udah berkorban, demi kami! Sekarang setelah kematiannya, kami bahkan ngga bisa ngapa ngapain untuk bahkan melindungi badannya,"

Werewolf itu memegang dada Aldy yang telentang tanpa nyawa. Dia melakukan sesuatu! Tangannya bercahaya hijau, warna putih ditubuhnya kian menghilang, bulunya rontok.

Akhirnya dia melihat kearahku, dan tersenyum.

Dia menghilang tanpa jejak

Belengguku, Nia, dan Satria lepas. Aku berlari kearah Aldy sambil menangis.

"Aldy! Kalo kamu bisa hidup sekali lagi saja, aku.., aku... " aku tak bisa berkata kata, tenggelam dalam kesedihan.

"Kamu mau apa?"

Bahkan suaranya masih saja terbayang bayang di kepalaku. Sambil menangis kupeluk erat tubuhnya yang tanpa nyawa itu.

"Udah, udah jangan nangis, nanti Marsha liat lho, badanku juga sakit nih,"

Aku kaget kutatap matanya, terbuka! Aldy hidup!

"Pak ketuu......," aku menangis lagi, bahagia.

"Udahlah May, mending kamu liat Nia sama Satria tuh,"

"Maya!!" Marsha berlari kearahku diikuti Lucen dibelakangnya, "Aldy! Kamu ngga apa?"

"Kalian, membunuhnya?" Lucen terpaku.

"Nggak, kami kalah. Aldy mati," kataku singkat.

"Terus, ini siapa?!" Marsha terkejut, "Ini hantunya?"

"Ngga, dia pasti di-revive kan?" Lucen menebak, "Iya, kamu tahu, Lucen?" kulirik Lucen sambil bertanya. Pandanganku jatuh pada wajahnya yang berlinang air mata.

"Hey, what's up with you?"

"Nah, leave me alone," katanya sambil tersenyum dibalik tangisannya.

"Hoooi!!, kalian para pendatang!" sebuah suara terdengar dari bagian belakang gua, "Ayo sini! Kita harus bicara!"




Author's note

Gomen lama up, namanya anak SMP maklum lah tugasnya banyak, apalagi saiah sakit sakitan mungkin upnya 1 atau 2 minggu sekali :v

Maya : Lost DimensionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang