Part 1

25 2 0
                                    

Hari senin. Hari dimana menjadi alasan para siswa maupun siswi SMA Cipta Kenanga Bandung untuk menghindari kegiatan upacara. Yang berlangsung kurang lebih satu jam pelajaran full.

Di sebuah ruangan terdapat seorang gadis yang masih asyik berada dalam alam mimpi indahnya. Hingga suara alarm jam membangunkannya.

Kriingggg..... Kringgg....

Matanya perlahan membuka sedikit demi sedikit. Dilihatnya sebuah jam yang berada di atas nakas menunjukkan pukul 06:15 pagi.

Tanpa menunggu lama. Gadis itu pun beranjak dari tempat tidurnya yang masih berantakan karena ulahnya sendiri.

Tak butuh waktu lama. Gadis itu pun sudah siap dengan seragam sekolahnya. Rambut hitamnya ia biarkan terurai hingga bahu. Iris mata coklat terang tanpa soflens. Bibir merah muda tanpa polesan lipstick. Menambah kesan cantik pada dirinya yang memang sudah terlahir cantik.

Perlahan ia menuruni anak tangga menuju lantai bawah. Hingga dua orang di depannya menghentikan langkahnya.

"Pagi mah. Pagi pah". Sapa Aya. Tak lupa dengan seulas senyum yang menghiasi bibir merah mudanya. Ya. Gadis itu bernama Ananta Firly Adya.

Gadis yang sekarang baru menginjak kelas 11 di SMA Cipta Kenanga Bandung.

Kedua orang itu adalah orang yang membesarkannya. Orang tua kandungnya. Adam Wijaya dan Alya Risha.

Sudah sejak lama Aya di kucilkan oleh orang tuanya sendiri setelah kejadian itu. Sudah sejak lama pun ia tak pernah merasakan kasih sayang dari mereka. Bahkan tidak pernah sama sekali.

Ia ingin sekali merasakan kehangatan di dalam sebuah keluarga. Ia sangat ingin di nomor satu kan. Tapi apa daya ia hanya sebuah piguran, yang tak pernah di anggap, di tatap sebelah mata oleh orang tuanya sendiri.

"Mah, Pah, Aya pergi sekolah dulu". Ujarnya. Tanpa di jawab sepatah kata pun oleh orang tuanya.

***

Di dalam mobil Aya hanya menatap jendela luar.Ia ingin sekali merasakan kehangatan sebuah keluarga. Ia merindukan sosoknya, hanya dia yang mengerti perasaanya. Ia mencari letak kesalahannya dimana, namun ia tak menemukannya. Karena itu semua hanyalah kesalah pahaman belaka. Namun orang tuanya tidak pernah memberikan Aya kesempatan untuk membela.

Hingga suara membuyarkan lamunannya.

"Non. Kita sudah sampai". Ujar seorang supir pribadinya.

"Ahh iya terima kasih pak". Jawabnya dengan seulas senyum yang menghiasi wajah cantiknya.

Setelah turun dari mobil yang ia tumpangi, Aya segera menuju gerbang sekolah karena jam yang sebentar lagi menunjukkan pukul 07:15 pagi. Yang artinya upacara akan segera di mulai.

***

Pegal. Yang sekarang Aya rasakan setelah berdiri cukup lama untuk melaksanakan kegiatan upacara setiap hari senin. I jam pelajaran full berdiri dan mendengarkan amanat yang di sampaikan dari kepala sekolah membuatnya semakin tidak betah berada di tempatnya. Namun apalah daya yang tak bisa melakukan apapun hingga kegiatan upacara selesai.

Setelah berdiri lama di lapangan. Akhirnya upacara hari senin selesai. Aya sendiri pun keluar dari lapangan upacara. Dan melanjutkan langkahnya menyusuri koridor sekolah menuju kelas 11 IPA 2.

Hingga suara yang memanggil namanya membuat Aya menoleh dan menemukan seseorang di belakangnya sedang berlari menghampirinya.

Alea Adisha Putri. Sahabat karibnya yang selalu bersamanya. Yang sekarang sedang berada di belakang Aya dengan berlari menuju padanya.

Tentang RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang