Part 4

7.4K 1.3K 88
                                    

Happy reading
-------------------------

Della menangis ketika membuka mata tidak menemukan keberadaan ibunya, sehingga membuat Bi Rani yang mendengar tangisan histerisnya datang tergopoh-gopoh.

"Nenek, Mama mana?" tanyanya di tengah tangisannya.

"Sayang, kita telepon Mama sekarang ya." Donna yang baru saja kembali dari rumah sakit langsung mencari sumber tangisan saat hendak menuju kamarnya.

"Memangnya di mana Mama, Tante?" Della menyusut air matanya setelah mendengar tawaran Donna.

"Mama sedang berobat. Tunggu sebentar ya, Tante coba hubungi Mama." Kini Donna sudah memangku Della yang masih terisak. Nath memang berpesan sebelum Donna berpamitan pulang, agar menghubunginya jika Della menangis.

"Mama," Della menjerit dan kembali menangis saat melihat wajah pucat ibunya di layar ponsel Donna.

"Hey, anak Mama yang cantik ternyata sudah bangun. Della tidak boleh menangis, Sayang." Nath sekuat tenaga menahan air matanya saat melihat wajah putrinya bersimbah air mata karena mencarinya.

"Mama di mana? Kapan pulang? Mama tidak usah beli ice cream untuk Della. Sekarang Mama harus pulang!" suruh Della sambil berteriak tanpa menghentikan tangisnya.

"Sayang, jangan berteriak! Nanti tenggorokannya sakit lagi mau? Mama belum bisa pulang sekarang, Nak. Mama harus diperiksa dokter dulu. Kalau sudah selesai diperiksa, Mama akan segera pulang." Nath menyentuhkan telapak tangannya seolah bisa menyentuh putrinya.

"Kapan selesai Mama diperiksa? Della kangen Mama." Tanpa diminta Della mengikuti ibunya yang menyentuhkan telapak tangan pada layar ponsel Donna.

"Kalau Della berhenti nangis sekarang dan janji tidak menangis lagi nanti, dokter pasti cepat selesai memeriksa Mama." Nath tersenyum meski matanya berkaca-kaca melihat putrinya mengangguk.

"Baik, Della janji. Mama juga harus janji cepat pulang," pintanya sambil memperlihatkan jari kelingkingnya yang mungil.

Nath juga memberikan jari kelingkingnya. "Iya, Mama janji. Kalau begitu sekarang Della mandi, kemudian sarapan," perintahnya yang kembali diangguki antusias oleh Della.

"Mama, Della boleh main di rumah Tante Zelda?" tanyanya penuh harap setelah menghapus air matanya asal.

Nath tersenyum melihat mood anaknya yang cepat sekali berubah. "Boleh, tapi ingat Della tidak boleh nakal atau merepotkan Tante Zelda," Nath memperingatkan.

"Oke, Mama. Mama cepat sembuh. Della sayang Mama." Della mencium ponsel Donna yang menampilkan wajah ibunya.

"Mama juga sayang Della." Nath tidak bisa membendung lagi air matanya. Untung saja bibir mungil anaknya memenuhi layar di seberang sana, jadi Della tidak melihat kesedihannya karena berjauhan.

***

Dave meringis karena perih terasa pada lututnya saat menggerakkan kakinya. Matanya mengamati sekeliling kamar tempatnya berada. Dia sudah terlihat lebih segar setelah membersihkan diri.

"Pagi, Dave. Ayo sarapan dulu," ujar Andri saat melihat Dave keluar dari kamar tamunya yang berukuran sedang.

"Pagi, An, Da. Maaf, aku sudah merepotkan kalian dengan kedatanganku yang tiba-tiba," pinta Dave yang sudah menduduki kursi kosong.

"Tidak apa. Untung saja aku melihatmu saat pulang. Oh ya, nanti kita lihat motormu di bengkel dekat tempatmu jatuh kemarin." Andri menerima piring yang sudah diisi nasi goreng sosis oleh Zelda.

Call Me Papa, Della!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang