Hari ini hujan juga. Saya senang, karena waktunya pas untuk memutar waktu lagi.
Bara ingat tadi siang kita bertemu? Di persimpangan Dago, kamu bonceng seseorang. Khususnya wanita, cantik. Kamu senyum sama saya tadi, motor yang saya kendarai tiba-tiba oleng. Entah saya kaget karena kamu bonceng wanita, atau kamu senyum sama saya. Sudah lama kamu tidak tersenyum sama saya. Saya bersyukur sama dosen saya hari ini, kalau dia tidak menahan saya untuk berbincang tentang banjir bandang Garut mungkin saya tidak akan bertemu senyum kamu. Hari ini benar-benar Jumat berkah untuk saya.
Saya rindu pulang bersama, walaupun tidak satu motor tapi saya suka ikutin kamu dari belakang. Rumah kita searah kalau kamu lupa. Memang niat tidak mau ikuti kamu, tapi takdir sayang sama rindu saya Bara.Tadi saya habis belajar untuk kuis besok, saya mumet. Maka itu saya nginget kamu, eh malah tambah mumet. Kamu buat hidup saya ribet, tapi saya rindu. Mau ulang lagi cerita kita? Waktu kita pulang bersama, waktu kamu ngejar saya untuk bicara sama saya. Saya masih ingat waktu itu, di depan gerbang sekolah kamu ngejar saya. Tapi kamu kepeleset, saya mau ketawa waktu itu. Hanya kamu sudah tertawa duluan. Saya tadi habis makan ikan, di goreng kering sekali. Soalnya saya ingat, kamu tidak suka ikan yang juicy. Belum matang kata mu.
Waktu itu masih Juli, masih musim panas dan masih suka hujan siang-siangnya. Jalanan sekolah basah, kalau ingatan saya tidak rusak waktu itu pukul dua siang. Saya pulang sendirian, memang selalu sendiri karena jarang ada yang rumahnya searah dengan saya. Di perbatasan gerbang saya dengar ada yang memanggil, "Biru!!" awalnya saya mau terus jalan tetapi ada suara susulan "Biru!eh!!?!". Akhirnya saya berbalik, dan menemukan seseorang dengan jaket army nya hampir jatuh karena licin jalanan sekolah. Semua orang di sana mentertawakanmu Bara, tapi kamu hanya acuh dan berjalan ke arah saya. Ketika kamu sampai di depan saya, kamu ketawa duluan. Baru saya nyusul ketawanya. "Biru telat ketawanya" ucapmu. "kan sudah di duluin Bara" kamu pun mengangguk lalu seolah mengajak saya untuk berjalan bersama.
"Biru pulang ke arah Caheum ya?",
"iya Bara, kalau Bara?".
"saya juga" saya kaget waktu itu, sepanjang satu tahun saya bersekolah dan mengikuti organisasi, saya baru tahu ada yang searah dengan saya.
"Biru kaget ya? Habisnya Biru suka asyik sendiri ya di sekolah?" saya tertawa sekilas, "bukan asyik sendiri Bara tetapi bingung". Kamu waktu itu mengangkat alis seolah tidak mengerti, itu ciri khas mu.
"ya bingung, selain belajar di sekolah saya mau apa? Ya masa saya mau data siswa satu-satu tanya arah pulang" jelas saya. "bukan begitu Biru, tapi kalau kamu mau mendata jangan data saya ya", saya terheran-heran.
"memangnya kenapa Bara?" tanya saya.
"nanti ketahuan statusnya, menyukai seseorang"
"siapa?"
"kamu"
"saya?"
"bukan"
"kamu siapa?"
"Bara"
"bukan kamu, yang kamu suka?"
"Biiru"
"ih Bara bercanda"
"iya"
"nyebelin"
"memang"
"ihh aneh"
"ya memang" Saya diam akhirnya, mumet atas jawaban ambigu kamu.
"Biru ko diam?"
"engga tahu mau tanya apa"
"tanya saja mau tidak jadi pacarmu"
"engga ah"
"kenapa?"
"Bara kan sedang menyukai seseorang"
"suka kamu kan"
"aneh ih"
"ya memang, tapi kamu suka. Lihat saja nanti"
Seiring jalan hingga persimpangan, kita berbincang segala hal. Tentang sekolah, tentang politik dan tentang aejarah juga tentang yang lain.Saya senang bisa tahu searah pulang dengan mu Bara, hanya ucapanmu waktu itu benar. Saya suka kamu, tetapi kamu tidak melihat. Tidak seperti ucapmu dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bara-nya Biru
Teen Fiction"Saya ngga suka digosipin Rafa" "kenapa?" "Karena rumor itu merupakan pembenaran untuk perasaan"