Curhat

29 2 0
                                    

Halo Bara, hari ini saya lagi gabut hehehe. Masih di September. Masih suka hujan besar dan masih rindu.

Tadi entah kenapa di kampus banyak teman saya yang curhat. Tentang tugas lah, tentang kuis, bahkan tentang kisah romansa masing-masing.

Dan tiba-tiba salah satu teman saya nanya, "Nila ko' engga pernah curhat tentang cowo sih?"

Ketika mau jawab, eh kamunya lewat. Entah itu kebetulan atau memang kamu merasa terpanggil sebagai lelaki yang biasanya saya ceritakan kepada teman-teman saya? Dulu tapi.

"Nila mah lagi deket sama anak Tekim(teknik kimia)". Belum pulih dari pikiran saya tentang kamu, teman saya nyeplos kaya gitu dan selanjutnya adalah kamu yang tiba-tiba noleh dan mandang saya. Atau memandang sesuatu di belakang saya? Tapi tidak ada sesuatu di belakang saya. Itu artinya kamu melihat saya Bara. Sumpah Bara, saya berasa mau gantung bendera aja waktu itu saking apa ya, sulit dijabarkan.

"anak Tekim siapa sih kalian hahaha" timpal saya kepada teman-teman, dan gemesnya tuh saya tiba-tiba gemeter gitu ngomongnya. Pengaruh kamu masih besar ternyata.

Sejak kejadian tadi siang, saya jadi ingin mengulang cerita kita kembali Bara. Ya tentang curhat. Karena mau bagaimanapun kisah kita berawal dari curhat.

-------------------------------------------------
Waktu itu masih bulan Juli, masih kemarau namun selalu hujan.

Pulang sekolah saya sedang bercengkerama ria di ruang OSIS, namun seketika kamu datang. Dengan jaket army lusuh-mu dan tas hitam yang kamu sampirkan di sebelah kanan bahu-mu. Dan harus saya akui, kamu tampan.

Tiba-tiba dengan lantang kamu berteriak "Biruuu... Saya suka puisi kamu minggu ini". Teriakan kamu itu membuat warga ruang OSIS menoleh kepadamu, ada yang menggelengkan kepala karena geli dengan tingkah laku kamu, ada yang hanya tersenyum tipis dan ada juga yang terkekeh.

"naon sih (apa sih) Bara, semua puisi Nila mah emang bagus mereun (mungkin)" itu ucap Kak Ani sebagai wakil ketua OSIS angkatan satu tahun diatas saya.

Saya hanya tertawa menanggapi kamu yang memutar bola mata bosan. "emangnya puisi yang gimana Bar? Saya belum liat euy" kata Ape.

"ih masa fans beratnya Biru Shanila engga tahu update-nya?" timpal kamu yang sedang melepas jaket army dan duduk tepat di depan saya. Di sebelah Rasti.

"yang itu Pe, judulnya yang hilang" kata Rasti menimpali. "saya bacain ya" ucap kamu seraya berdiri.

Kamu mulai pembacaan puisi itu dengan taawudz dan basmallah, juga deheman keras dan ekspresi mu yang lebay itu Bara.

Yang Hilang

Setahun lalu ku sebut masa yang semu
Banyak yang datang tuk bertamu
Tapi kutegaskan ku mau kau
Jadilah rasa ku risau

Yang hilang setahun yang lalu
Memilih pergi, memberi tanda   punggung beradu
Memilih hilang bersama terang
Kau yang hilang, meminta tuk di kenang

Juli,2013(Biru Shanila)

"akhirul kalam, wassalamualaikum" akhirmu sembari setengah menunduk seolah berterima kasih. Semua orang tertawa dan bertepuk tangan.

"eh La, puisi kamu ngegambarin doi aku banget" tiba-tiba mela membuka sesi cerita setelah tepuk tangan dan suara tertawa surut.

"sok Mel kenapa lagi mel kenapa?" ucap Ape seperti ber-api api. Karena siapa yang tidak mengenal Mela, ratu drama. Oh bukan, dia hanya ekspresif saja.

Bagai gayung bersambut, Mela begitu siap untuk menceritakan kisah cintanya yang katanya tak pernah terbalaskan.

"aku teh gimana ya, udah coba buat engga nunjukin banget suka sama dia. Tapi malah bikin dia kaya ngejauh gitu dari aku. Jadi kan ke akunya serba salah. Aku teh bingung gitu, salah aku apa suka sama dia?" koar Mela dengan tangan yang tak pernah lepas mengipasi mukanya. Itu ciri khasnya.

"kamunya mereun bikin risih, kalau suka jangan ngeliatin banget geura. Katanya orang lain engga perlu tahu." sembur Aul dengan lebih menyinyir.

"ya tapi kan Ul, aku sebagai cewe engga bisa engga seneng kalau ada dia. Engga bisa buat engga senyum kalau liat dia. Itu apa ya, natural gitu" timpal Mela kembali.

"ah itu mah kamu aja yang lebay" canda Habibah menimpali, sehingga semua nya tertawa.

"gini gini, nunjukin suka boleh. Tapi jangan berlebihan, belum tentu dia suka kamu juga Mel. Bisa jadi dia risih eh malah ngejauh" ujar Bara jumawa menengahi.

"saya juga engga begitu terlalu ngeliatin ko' ke si doi" ujar kamu sembari bersandar pada kursi busa yang kamu duduki.

Dari situ semua orang terperangah, semua orang saling bertukar pandang. Saya bingung saat itu. Apakah mereka kaget jika kamu menyukai seseorang.

"anjir Bara serius, suka sama siapaa?" tanya Habibah begitu semangat.

"rahasia lah, cewe pokonya cantik pinter" jawab kamu masih sangat rahasia.

Dan saya hari itu hanya bisa menerka dalam hati. Dan dari hari itu pula, kita mulai dekat. Karena esok harinya selalu kamu berikan kabar tentang perempuan yang sedang kamu sukai. Namun selalu janggal pikir saya, perempuan itu selalu diceritakan seperti saya.

Tapi dia bukan saya.

------------------------------------

Hingga hari ini, saya selalu bertanya kenapa? Mengapa bisa? Tentang perempuan itu engga pernah saya dapat jawabannya dari kamu.




Bara-nya BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang