Kabar Perempuan Bara

21 2 1
                                    

Bulan September sudah akan berakhir, artinya segala tek-tek bengek tentang UTS akan berakhir pula.

Untuk menandai kemerdekaan UTS ini, saya mau pergi makan sama Rafa. Maaf Bara, saya mau mencoba untuk dekat sama lelaki lain. Tetapi kenapa harus minta maaf ya? Kita ini kan hanya teman ya Bara.

Saya dan Rafa rencananya akan makan lomie di dekat Salman siang tadi, lomie disitu enak dan harganya terjangkau bagi mahasiswa yang akhir bulan suka kering kantongnya. Ya macem saya ini lah.

Katanya Rafa ada pertemuan dengan kaka tingkat sebentar, biasa urusan politik. Jangan pernah anggap enteng masalah politik di dunia perkuliahan ini. Dalam masa-masa pemilihan ketua angkatan memang berat, kaka tingkat banyak yang ikut campur di dalamnya, mereka mau ketua yang kelak akan menjabat berasal dari fakultas-nya. Kampanye di sana-sini, sudah macam politik beneran saja.

Saya menunggu Rafa di tempat hotspot wifi gedung FTI. Disana banyak mahasiswa yang asik dengan gawai nya masing-masing, pun saya juga. Namun tiba-tiba ada yang menyebutkan nama kamu Bara, dan nama perempuan mu juga. Nama perempuanmu Nayla? Benar kan?

Percakapan mahasiswa tadi siang seperti membincangkan tentang kamu yang hendak putus dengan perempuanmu, dan disinyalir kamu yang salah.

Ada apa Bara? Kenapa harus mencampakan perempuan lagi? Atau mereka dengan mulut isengnya yang salah menyebar berita itu? Saya engga tau Bara, rasanya dengar berita itu seperti mendengar kabar kita dulu. Dulu sekali.

"Nila!" Rafa datang seraya tersenyum, dengan gigi gingsulnya yang harus saya akui dia manis.

"udah selesai?" tanya saya.

Rafa duduk dan membuka topi hitam bertuliskan ITB, "sudah, kating sekarang ko maksa banget kampanye supaya aku nge-jabat" gerutunya.

"yah mungkin kan FTI tuh udah dipandang keren gitu kan, jadi kating kamu mau menunjukan keunggulan lain anak FTI biar tambah keren?" ucap saya seraya mengangkat kedua bahu, engga pasti sama ucapan sendiri.

Rafa tertawa dan berdiri, saya pun akhirnya ikut berdiri. Kita sama-sama berjalan keluar kampus diiringi suasana bising.

Setelah sampai tempat makan, saya dan Rafa duduk paling pinggir. Rafa banyak bercerita tentang hasil UTS kemarin. Tentang hasil kalkulusnya yang bernilai sama dengan ukuran sepatu.

Dan dari seribu kesialan di Bandung-nya Pak Ridwan Kamil, kenapa kesialan yang ini muncul dihadapan saya. Ada Bara, dengan Abdul dan temannya yang lain. Duduk disebelah saya dan memesan makanan yang sama. Tanpa senyum dan sapaan, hell yeah! kita seperti tidak pernah saling mengenal.

Saya dan Rafa mendapatkan makanan kami duluan, menyantapnya dalam diam dan khusus bagi saya, memasang kuping tajam-tajam untuk mendengarkan obrolanmu dan kawan mu itu.

"Putus sama Nayla ya Bar?" tanya salah satu kawan mu dengan rambut gondrong.

"heeh, udah engga se visi misi kita" jawab mu asal.

"pake visi misi ITB we (saja) atuh, meh (biar) jelas Bar" timpal yang lain dan di sambut tawa keras oleh mu.

"balik sama yang dulu we (saja) saya mah, yang engga macem-macem. Cukup satu macam, jilbab-an pula. Barokan kan, iya engga Biru?" tanya mu yang langsung menoleh pada saya, dan engga siapnya saya. Saya keselek kangkung, sayuran lomie.

Rafa menyodorkan sebotol air putih yang langsung saya habiskan setengahnya, sedikit membenarkan jilbab saya. Saya menoleh kepada mu, Bara. Dan memandang mu seakan saya engga mengerti apa mau kamu.

Dan kamu cuma tersenyum, emang sialan kamu Bara.

Dari kejadian siang tadi, saya jadi ingat kabar perempuan kamu dulu. Yang sampai detik ini saya engga tahu siapa dia.

-----------------------------------------------
Masih Juli, masih kemarau tetapi suka hujan. Waktu itu masa-masa mendekati LDKS. Semua calon peserta diperintahkan untuk kumpul seusai sekolah di kelas 11 ipa 4.

Selepas bel pulang sekolah, saya bergegas langsung menuju kelas 11 ipa 4. Di tengah jalan saya bertemu kamu Bara, kamu tersenyum dan saya berhenti untuk menunggu kamu, agar kita bisa jalan bersama menuju kelas 11 ipa 4.

"Biru punya doi ngga?" tanya mu ketika sudah sampai di depan saya.

Saya bingung, "ada, Taylor Lautner" ucap saya dengan santai.

Kamu tertawa, "oh si serigala? Badannya doang gede, giginya mah kecil Biru. Jangan mau sama dia"

"lah masa iya Bara saya bakalan jadi sama si Taylor. Hanya kagum aja, ganteng" bela saya seraya tertawa.

Hening seketika, lalu saya ingat kejadian beberapa waktu lalu saat di ruang osis. Perihal kecengan Bara.

"Bara doinya siapa?" tanya balik saya.

"perempuan, cantik pokonya Biru" ujar kamu sembari berbelok ke daerah kelas 11.

"Sekolah disini?" tanya saya lagi, karena tak puas akan jawaban mu.

"iya, kelas 11 anak ipa. Kelasnya diatas" beritahu kamu lagi.

Saya bingung, pasalnya kelas 11 yang kelasnya diatas hanyalah kelas 11 ipa 1. Yaitu kelas saya.

"sekelas sama saya dong Bara?" tanya saya lagi. Kamu tersenyum.

"nanti lagi kabar nya ya Biru, kita udah sampai" ucapmu menyadarkan saya bahwa kita sudah sampai di kelas 11 ipa 4.

Di kelas ini sudah ramai dengan calon anggota OSIS dan MPK. kami, saya dan Bara, berjalan ke bangku paling pojok menghampiri anak-anak yang lain.

"adeuh bareng euy si Bara sama Biru. Ada sesuatu nih" canda Rasti. Sedangkan yang lain tersenyum dan kamu hanya diam Bara.

Kak Anita dan senior lain datang. Lalu mengumumkan apa saja barang yang harus kita bawa, surat izin untuk orang tua dan hal apa saja yang harus kita siapkan untuk tes di LDKS nanti.

Selesai kumpul tersebut, saya dan Bara pulang bersama. Berjalan sebentar untuk menemukan angkot ke arah Caheum.

"Biru beneran engga ada doi?" tanya mu. Lagi.

"engga ada Bara"

"kalau menyukai seseorang pernah?" tanya mu lagi.

"pernah, tau Riki? Yang sekelas sama saya? Saya pernah suka dia" jelas saya.

"tau tau, dulu sekelas sama Uli kan?" tanyamu, dan saya mengangguk.

"jadi Bara, doi kamu sekelas sama saya?" tanya saya lagi.

Kamu hanya mengedikan bahu dan melambaikan tangan untuk memberhentikan angkot.

"pokonya dia perempuan yang mengenakan sehelai kain untuk menutupi kepalanya" jelasmu ketika kita sudah duduk bersama di angkot.

"oh kerudung. Bentar-bentar, di kelas saya cuman ada 5 orang yang pakai kerudung" ucap saya. Jadi lebih gampang mengetahui siapa wanita itu ternyata.

Kamu hanya tersenyum dan mengalihkan pembicaraan. Kamu tiba-tiba membahas tentang siapa calon ketua OSIS tahun nanti lalu kamu membahas tentang Westlife dan masih banyak lagi.

---------------------------------------------

Begitulah Bara cara kamu memberi kabar tentang perempuanmu, tentang wanita berjilbab yang tidak pernah macam-macam.

Tapi siapa wanita itu?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 03, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bara-nya BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang