Chapter 2. A Pink Rose For Namjoon

632 77 2
                                    


Seorang Namja tampan bertubuh tinggi tegap sedang berjalan dengan gagah di lorong fakultas teknik menuju kearah senat mahasiswa universitas,  tapi sesaat kemudian dia agak mengeluh ketika melihat jauh didepannya tampak serombongan mahasiswi berjalan kearahnya, sejenak Namja tampan itu ingin berbalik dan berjalan kearah lain tapi karena tujuannya kearah depan akhirnya dia tetap berjalan walau enggan, wajar saja dia mengeluh karena pada akhirnya, "Aaah Namjoon Oppa", "Namjoon Oppa", " Oppa...", "Wah beruntungnya bisa bertemu Namjoon ssi, disini", dan berakhir dengan dirinya berada di tengah-tengah yeoja yang merubunginya,  ada yang ingin menanyakan alamat rumahnya, mengajak berkencan atau sekedar ingin berkenalan lebih jauh.

"Maaf aku harus segera pergi", Namja gagah itu menyibakkan kerumunan itu dengan gentle dan sambil tersenyum memperlihatkan dimplenya berjalan menjauhi kerumunan yeoja yang mengerumuninya, diiringi teriakan, "Aaaaaaaaa,  tampan sekali,  kereeeeeen", dari kerumunan yeoja dibelakangnya.
Saat langkahnya mulai jauh dari kerumunan itu, telinga tajamnya mendengar suara tawa yang terdengar merdu dan renyah, membuat sepasang mata tajamnya mencari asal suara itu dan dilihatnya sosok yang sedang tertawa itu, duduk di bangku taman mengenakan kemeja putih celana hitam dan sweater berwarna pink, menutup mulutnya dengan tangan kiri dan tangan kanannya memegang buku yang tadi menyebabkannya tertawa, wajahnya yang cantik tertimpa sinar matahari pagi yang tertutup dedaunan, tubuh tinggi langsing yang menawan, dengan bibir sensual berwarna pink dan kulit yang putih dan tampak halus.

Manis......lirih suara Namjoon ketika menatap namja yang sedang tertawa tertahan itu.
Namjoon terpaku,  belum pernah dilihatnya kecantikan sempurna seperti itu, perlahan-lahan dia mendekati Namja yang membuat hatinya terpikat.
Namja itu sama sekali tidak menyadari kedatangan Namjoon dan tampak masih asyik membaca, membuat Namjoon semakin leluasa menikmati pemandangan didepannya tersebut.

"Maaf apakah aku mengganggumu bila aku duduk disini?", Sapa Namjoon sopan.
Namja itu menoleh, sedikit kaget lalu tersenyum manis.
Senyum yang akan Namjoon bawa ke alam mimpi nanti malam.
"Tentu saja tidak, silahkan", sapa ramah sang namja, matanya menatap kearah Namja gagah yang duduk disampingnya.

"Ah Maaf, aku tertarik tawamu, semenarik itukah buku yang kau baca?", Tanya Namjoon.
"Hyung", bisik Namja itu lirih, matanya menatap dengan geli kearah namja tampan yang menatapnya dengan wajah penuh pertanyaan.
"Apa?...", Namjoon tidak mengerti.
"Kau harus memanggilku Hyung, Kim Namjoon", Namjoon tampak kaget.

"Kau mengenalku?" Namjoon bertanya dengan wajah heran.
Namja manis itu tertawa kecil, sambil memandang Namja tampan yang tampak kebingungan.
"Tentu saja aku tahu siapa dirimu, karena aku selalu melihat tim sepakbola berlatih dari bawah pohon, Kapten Namjoon".
Seokjin kembali tersenyum,  "Dan kurasa buku ini tak sesuai dengan seleramu, ini hanya buku yang bercerita tentang kehidupan seorang namja yang berusaha mengubah takdirnya menjadi seperti yang diinginkannya".
Namjoon menatap penuh tanya kearah Seokjin sebelum berucap.
"Apakah itu hal yang lucu? Bukankah itu suatu hal yang bagus bila seseorang ingin menjadikan takdirnya menjadi lebih baik?"

Seokjin membalas tatapan Namjoon,  "Apa kau percaya seseorang bisa merubah takdirnya?" Tanya Seokjin.
"Aku sendiri merasa itu hal yang lucu,  karena bukankah takdir itu adalah suatu hal yang sudah digariskan, kita tidak bisa merubahnya". Lanjut Seokjin lagi.
Namja tampan itu mengangguk mengerti apa yang dimaksudkan Namja manis itu.
"Jadi apakah kau pernah melihatku dibawah pohon itu Kim Namjoon?" Tanya Seokjin.
Namjoon termangu, ingatannya melesat pada saat dia dan timnya berlatih dilapangan universitas, 'Diakah yang disebut pangeran cantik oleh teman-teman di tim sepakbola, yang selalu duduk dibawah pohon dan melihat mereka berlatih? Salah satu temannya mengatakan bahwa namja itu bernama Kim Seokjin, mahasiswa kedokteran yang cantik namun berperangai dingin'.

Bahkan ada temannya yang mengatakan Kim Seokjin adalah peri penunggu pohon itu, karena hari-harinya lebih banyak dihabiskan untuk duduk disana, bahkan dia hanya mengikuti mata kuliah yang dianggapnya penting, karena dia mempunyai tingkat kepintaran yang tak jauh dari Namjoon, dan pihak fakultas mengistimewakan Namja itu karena latar belakang keluarganya.
Membuat Namja ini dibenci tapi juga dipuja sekaligus, dibenci karena mendapatkan keistimewaan di universitas ini namun dipuja karena fisiknya yang luar biasa indah.
Namjoon termenung sambil terus memikirkan semua kata-kata temannya yang seakan berseliweran di dalam ingatannya.

"Kau tidak apa-apa Namjoon?", Si Namja manis menggerakkan tangannya didepan wajah Namjoon.
"Ah maafkan, aku malah melamun, jadi benarkah kau yang bernama...Kim Seokjin, Hyung?", Tanya Namjoon tidak yakin.
"Memang apa yang pernah kau dengar tentang aku?", Balas Seokjin lembut.
'Ah apa yang mereka pikirkan, mereka bilang kalau Kim Seokjin adalah orang yang dingin dan lagi dia namja tapi wajahnya cantik, memang salah kalau Namja bisa semanis ini, apakah sikap teman-temannya itu yang membuatnya berpikir mengenai takdir', batin Namjoon mengingat kata-kata temannya yang mengatakan tentang latar belakang keluarga Seokjin.

"Kau, tidak bisa mengatakan atau tidak mau mengatakannya?".
Mata hazelnya melihat kearah mata tajam Namjoon.
Namja gagah itu menghela nafas dalam, seperti sedang menumpuk keberanian di dadanya.
Dipandanginya wajah sang pangeran yang manis ini, lalu tersenyum dengan lembut.
"Hyung,...mau jadi kekasihku?", Tanya Namjoon halus, matanya menatap tajam kedalam manik coklat yang melebar terkejut oleh pernyataan cintanya itu.

Seokjin terpaku pesona mata Namjoon yang menatap lurus kearah manik matanya, hatinya berdebar, aah dia ingat belum ada satu jam lalu, ada Namja yang juga menyatakan cintanya, namja tampan yang menarik Kim Taehyung, dan sekarang namja tampan yang gagah Kim Namjoon.

"Apakah kau yakin?", tanya Seokjin sambil tertawa kecil.
Namjoon mengangkat alis kanannya pertanda tak mengerti ucapan Seokjin.
"Kau adalah Kim Namjoon, Kapten Sepakbola Universitas, seorang jenius tampan dari fakultas teknik dan digilai banyak yeoja dari fakultas teknik dan fakultas lain, kenapa tiba-tiba menyatakan cinta padaku?"
Namjoon tersenyum senang lalu menggenggam tangan Seokjin, "Jadi Hyung mengakui ketampananku, ahh senangnya".

Seokjin membelalakkan matanya tak percaya, "A..aku...kamu..ke..napa hanya bagian itu yang kau dengarkan? yang lainnya tidak kau bahas?"
Pipi Seokjin merona menambah kadar manis Seokjin dimata Namjoon berlipat-lipat.
"Hyung, aku tak perduli omongan orang lain, dan aku tak perduli pendapat mereka juga, buatku yang terpenting adalah perasaanmu dan perasaanku", katanya sambil menggenggam lembut tangan Seokjin.
"Aku tak akan terburu-buru meminta jawabanmu Hyung, pikirkan saja dulu pernyataanku ini".
Namjoon memberi jeda pada perkataannya, tersenyum sedikit sebelum melanjutkan.
"Aku tahu pasti banyak pernyataan cinta yang harus kau pertimbangkan, tapi setidaknya pertimbangkan aku lebih banyak ya". Kata Namjoon sambil tersenyum, sehingga dimple dipipinya terlihat, membuat hati Seokjin meleleh seketika.

"Aku harus pergi sekarang, tapi aku akan segera menemuimu lagi, semoga harimu menyenangkan Pangeranku yang manis".
Namjoon mencium tangan Seokjin dengan sangat lembut sebelum dengan langkah kerennya pergi meninggalkan Seokjin yang untuk kedua kalinya harus terpana dengan pernyataan cinta yang secepat kilat itu.
'Ada apa hari ini?', batin Seokjin sambil merenung, dua Namja tampan, yang satu menarik yang satu gagah, sama-sama menyatakan perasaan kepadanya pada pandangan pertama, lama dia termenung memikirkan kedua Namja tadi.
Dia bingung dengan perasaannya sendiri, mengapa kedua Namja tadi mampu membuat hatinya bergetar.
Hatinya yang selama ini dia biarkan dingin dan tak dia biarkan untuk disentuh oleh perasaan yang bernama cinta.
Entah berapa lama Seokjin termenung di situ sehingga dia tersadar saat melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.
'Aish, aku terlambat bertemu dengannya, aah dia pasti akan mengomel panjang lebar', Seokjin segera bangkit dari duduknya dan berjalan anggun seperti biasa, menuju kearah perpustakaan yang lumayan jauh dari taman tempatnya duduk tadi.

               💓💓💓💓💓💓💓💓💓

************************************

Akhirnya update juga

Namjin kah ???

Lanjut ke Chapter selanjutnya

😁😁😁

Voment ya

Makasih

😊😊😊😊😊😊😊😊

A Pink Rose FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang