Chapter 4. A Pink Rose For Jimin

437 68 5
                                    


Seorang Namja berkulit putih dengan senyum menyenangkan tampak melihat ke sana ke mari mencari seseorang yang telah berjanji akan makan siang bersamanya di kantin fakultas kedokteran, saat dia sudah putus asa mencari, matanya mendapati orang yang sedang dicarinya, namja itu memilih duduk di ujung ruangan, tempat yang tampaknya sudah menjadi tempat pribadinya karena walaupun meja itu untuk 4 orang tidak ada seorangpun yang menempati 3 kursi lainnya.

Dengan senang namja itu berjalan ke ujung ruangan, "Hyung, apakah sudah lama menunggu?", namja itu mengangkat kepalanya tersenyum lembut, "Ah baru 5 menit, aku sudah memesankan makanan dan minuman kesukaanmu jadi kita tinggal menunggu saja", namja itu memberi isyarat agar namja yang baru datang itu duduk di kursi didepannya.

"Bagaimana kuliahmu tadi Jiminnie? Ada yang tak kau mengerti?", tanya namja tampan yang merupakan kakak kelasnya di fakultas kedokteran, "Lumayan Seokjin Hyung, aku ingin bertanya banyak bila Hyung tidak sibuk".

Jimin adalah junior Seokjin di fakultas kedokteran, sejak pertama kali masuk di fakultas ini Jimin langsung lengket dengan Seokjin dan Jimin adalah satu-satunya junior Seokjin yang mampu membuat sang Namja tampan itu menerimanya, Seokjin sangat menyayangi mochinya ini, "Tentu saja, coba bagian mana yang kau tak mengerti", Jimin mengeluarkan buku dari tasnya dan membuka bagian yang dia tidak mengerti, Seokjin mengambil buku itu mulai membaca dan menerangkan pada Jimin hal-hal yang membuat Jimin tidak mengerti.

"Kau mengerti kan Jiminnie?", Kata Seokjin sambil mengangkat kepalanya menatap wajah Jimin.
Jimin sama sekali tidak bereaksi, matanya terus menatap wajah cantik Namja didepannya, sedangkan angannya entah mengembara kemana.
"Jimin, kenapa malah melamun", Seokjin memijit hidung Jimin dengan jengkel.
Membuat Jimin kaget dan kembali ke dunia nyata.

"Aku sudah menerangkannya dan kau malah melamun dan tidak mendengarkan sama sekali penjelasanku". Seokjin mengomel panjang sambil mempoutkan bibirnya.
'Gemas', ...... Jimin ingin sekali mencubit pipi chubby pemuda yang sedang duduk didepannya.

Jimin sangat menyukai Seokjin, bukan.... Jimin sangat mencintai Seokjin, sejak masuk fakultas kedokteran, pandangan Jimin hanya tertuju pada satu orang.
Satu orang yang begitu memikat hatinya, sosok tinggi langsing, dengan suara lembut dan wajah cantik, baik hati pula, apalagi setelah Jimin mengenalnya lebih jauh kepribadian Seokjin, Jimin sudah tak mampu untuk berpaling kepada yang lain.

Tapi Jimin juga menyadari, dengan segala yang ada pada diri Namja cantik itu, pasti banyak yang jatuh hati padanya, dan itu berarti saingannya banyak, belum lagi sikap sang Namja yang susah untuk didekati.
Tapi pada akhirnya Jimin mampu untuk dekat dengan Namja yang dicintainya itu, semua perjuangan yang Jimin lakukan tidak mudah.

Teringat bagaimana Jimin harus pura-pura jatuh didepan Seokjin agar Namja cantik itu memperhatikannya, dan sialnya dia benar-benar jatuh hingga lengannya membentur bangku dan membiru karena lebam, serta lecet di dahinya yang terkena lantai.
Seokjin dengan penuh perhatian membawanya ke ruang kesehatan dan mengobati luka-lukanya.
Lalu keesokan harinya Jimin sengaja menunggu didepan ruang kelas Seokjin dengan alasan ingin berterimakasih dan mentraktirnya makan.

Ya semua cara jimin gunakan untuk bisa berdekatan dengan sang pujaan hati, termasuk berpura-pura tidak mengerti mengenai pelajaran dari dosen-dosennya.
Karena bagi Jimin yang berotak cerdas, penjelasan para dosennya sudah cukup membuatnya mengerti mengenai mata kuliahnya.

'Ah Seokjin hyung, maaf selalu memintamu menjelaskan tentang pelajaran yang kudapat, hanya agar aku bisa sepuasnya memandangimu', batin Jimin.
"Kau ini, selalu saja melamun, itu membuatmu tidak mengerti hal-hal penting yang sedang diterangkan oleh dosenmu, Jiminnie". Suara Seokjin masih mengomel.

"Iya, iya Hyung, maaf, aku akan lebih fokus lagi".  Jimin menenangkan hyungnya, dan untung saat itu pesanan makanan dan minuman yang Seokjin pesan datang, Jimin segera menyimpan buku-bukunya.
"Hyung ayo kita makan dulu, aku sudah lapar sekali" Jimin berkata memelas.
Seokjin tersenyum mendengar kata-kata Jimin, dia mengangguk, "Baiklah, kau tentu sudah lapar sekali, ayo kita makan" sambil tangannya mengelus surai ashes Jimin dengan sayang.

A Pink Rose FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang