Chapter 3. A Pink Rose For Hoseok

434 67 2
                                    


Jung Hoseok memandang kearah pintu perpustakaan dengan gelisah, dia menunggu seorang Namja yang sudah berjanji dengannya untuk bertemu di perpustakaan universitas pada pukul 10.
Sudah lewat 15 menit dan Namja itu belum juga terlihat, tidak biasanya dia terlambat, Hoseok kembali memandang kearah pintu perpustakaan ketika matanya melihat sosok yang ditunggunya meluncur masuk dengan gerakan yang halus dan sungguh elegan.

Dia segera bangkit dari duduknya dan melambaikan tangan kearah namja yang sedari tadi ditunggunya, sang namja melihatnya dan segera berjalan ke arah Hoseok dengan senyumnya yang indah, 'Aah cantik seperti biasanya", batin Hoseok sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Kau terlambat Jinnie, tak biasanya", Hoseok langsung memprotes, Seokjin tertawa kecil, "Seperti kau tak pernah terlambat saat berjanji denganku", kata Seokjin sambil menyentuh dagu Hoseok sekilas dan segera duduk diikuti Hoseok yang duduk disebelahnya.

"Kenapa terlambat?", Hoseok masih mempermasalahkan keterlambatan Seokjin, "Emm ada sedikit...yah sedikit gangguan saat aku...", Tangan Hoseok memegang dagu Seokjin dan menariknya menghadap kearahnya, "Pernyataan cinta lagi?, Kali ini siapa...atau aku seharusnya bertanya, kali ini berapa?", Suara Hoseok terdengar cemburu, bagaimana tidak sejak dia masuk fakultas psikologi yang berdekatan dengan fakultas kedokteran, dia sudah jatuh hati pada teman seangkatan beda fakultas tersebut.

Hoseok sangat menyukai cara Seokjin berjalan, tertawa, tersenyum, bahkan saat Seokjin berdiri saja sudah membuat hati Hoseok hangat penuh dengan bunga-bunga.
Seokjin melepas pegangan tangan Hoseok di dagunya dengan lembut, "Hanya kau yang tahu tentangku tanpa harus kuberi tahu", Hoseok merengut kesal.

"Hei, pangeran matahariku, kau tak boleh menutupi cahaya diwajahmu dengan rasa kesal yang berlebihan", tangan Seokjin membelai lembut pipi Hoseok, "Hosiki, kau yang selalu menyinari hidupku setiap hari, bila sehari saja tak melihatmu, hari-hari ku akan suram", bujuk Seokjin dengan lembut, Hoseok menangkap tangan Seokjin yang membelai pipinya dan menggenggamnya erat.
"Tapi aku ingin menyinari hatimu, aku ingin menghangatkan hatimu Jinnie, hanya dirimu, aku tak perduli dengan lainnya", mata hazel itu menatap kearah mata bening Hoseok yang berkilau, "Hosiki aku ... tak mau kehilanganmu".

Hoseok mempererat genggaman tangannya, "Aku akan menunggu Jinnie, aku akan selalu menunggu jawabanmu, dan apapun itu aku tak akan meninggalkanmu, aku berjanji akan selalu disampingmu", jawaban itu menenangkan Seokjin, membuat Namja cantik itu tersenyum tipis.
"Aku sering berpikir, dulu saat bertemu denganmu, aku tak pernah tahu bagaimana dirimu, aku tak mengenalmu, aku tak tahu seperti apa sifatmu", Hoseok menarik nafas sebelum melanjutkan.
"Setelah mengenalmu, kehangatan sikapmu padaku membuatku menutup rapat-rapat hatiku untuk yang lain". Hoseok menggenggam kedua tangan Seokjin.
"Aku hanya tak bisa lagi membuka hatiku untuk siapapun, Jinnie apakah kau takdirku atau bukan, aku hanya ingin bersamamu".
Seokjin membawa kedua tangan Hoseok kedadanya, "Karena itu tetaplah bersamaku Hosiki, aku menyayangimu".

"Aku akan selalu bersamamu, Jinnie, sebagai apapun yang kau mau, kekasih, sahabat, temanmu, apapun pilihanmu, aku akan selalu disampingmu". Bisik Hoseok ditelinga Jinnie.
'Asalkan terus bersamamu itu cukup untukku saat ini, tapi bisakah hati ini bertahan bila telah ada seseorang dihatimu Jinnie?' batin Hoseok merintih.
Seokjin tersenyum dengan lembut, membelai wajah Hoseok dengan rasa sayang.
"Sekarang biarkan aku menyelesaikan buku ini ya".
Seokjin mulai membuka buku yang dibawanya, "Belum selesai kau baca? Kenapa butuh waktu begitu lama Jinnie?", Hoseok heran, tak biasanya Namja itu tak selesai membaca buku dalam waktu 3 hari, "Apakah bukunya tidak menarik sehingga kau tidak cepat menyelesaikannya? Atau susah dimengerti jalan ceritanya?", Tanya Hoseok lagi.

"Bukan, tapi karena banyak orang yang menggangguku saat aku sedang membaca,... sepertimu sekarang ini", Jinnie mengerucutkan bibirnya yang merah muda itu.
"lucu", ...kata Hoseok sambil mengerling pada namja yang tengah mempoutkan bibirnya dengan kesal.
Hoseok dengan sabar menunggu Seokjin menyelesaikan membaca buku yang akan dikembalikannya hari ini, dia meletakkan kepalanya di meja, angin yang sejuk membuat dia mengantuk, matanya mulai terpejam dan akhirnya dia terlelap.

Seokjin menutup buku yang dibacanya, 'Akhirnya selesai juga', batin Seokjin senang, dia menoleh ke samping dan dilihatnya Namja tampan yang mempunyai senyum secerah matahari itu tengah tertidur dengan lelapnya.
"Kau ini, dimana pun asalkan bisa meletakkan kepala, pasti akan langsung tertidur", gumam Seokjin.
Seokjin memandang Hoseok, wajah yang selalu tersenyum cerah itu tampak kekanakan saat tertidur begini. Hoseok cukup tampan dan dengan tingkah lakunya yang selalu membuat orang-orang disekitarnya tersenyum bahkan tertawa, menjadikan Hoseok termasuk namja yang populer di fakultasnya apalagi bila melihat kemampuannya menari yang sangat bagus.

Seokjin teringat bagaimana dia terpana saat melihat seorang Namja sedang berlatih menari di ruang tari fakultas psikologi, saat Seokjin sedang berkeliling untuk melakukan pengenalan ke fakultas-fakultas lain di Universitasnya, saat masih mahasiswa baru waktu itu.
Gerakan tubuhnya lentur, kadang keras, kadang ringan, semua begitu indah dimata Seokjin, hingga dia tak sadar bahwa rombongan mahasiswa baru kedokteran yang lain sudah pergi meninggalkannya.
Seokjin masih saja memandang Namja yang sedang mengolah tubuhnya itu, keringat tampak mengembun dipermukaan kulitnya yang berwarna Tan, membasahi kaos tanpa lengan yang memperlihatkan lengannya yang sedikit berotot namun menambah keseksiannya.

Ketika sosok itu berhenti menari, dia tampak terkejut melihat sesosok Namja yang berdiri didepan pintu, melihatnya tanpa berkedip.
Seokjin seakan tak menyadari saat Namja itu berjalan mendekat.
"Kau siapa? Kenapa ada disini?" Seokjin tersentak kaget, wajahnya memerah, karena Namja itu sudah berada dekat didepannya.
"Ah maaf, aku mengganggu latihanmu", dan segera berbalik berlari mencari rombongannya, meninggalkan Namja yang gantian terpesona wajah tersipu Seokjin yang cantik.
Jung Hoseok Namja itu benar-benar terpesona pada Namja yang baru saja ditemuinya, hingga sepanjang hari itu dia bertanya-tanya kesana kemari mencari tau siapa Namja cantik yang dengan tiba-tiba merebut hatinya itu.
Esoknya Seokjin terkejut ketika didepan ruang kuliahnya, Namja dari fakultas Psikologi itu sudah menunggunya.
Sejak saat itu dia dan Jung Hoseok selalu bersama meskipun beda fakultas, mereka selalu menyempatkan bertemu setiap hari meski hanya 15 menit saja.

Dibelainya lembut rambut Hoseok yang halus berwarna coklat, 'Kenapa kau mencintaiku, seharusnya kita bersahabat saja, jadi tak akan ada rasa sakit nantinya, aku tak tahu kalau kau tak disisiku, apakah hidupku akan secerah kini?". Hati Seokjin berbisik lirih.

Seokjin masih membelai kepala Hoseok dengan rasa sayang, 'Kau adalah matahariku, senyummu adalah cahaya untukku', sambil tersenyum Seokjin terus membelai Hoseok, tiba-tiba tangan Seokjin di pegang oleh Hoseok, "Aku sangat suka kau membelaiku begini, tapi kalau terus kau lakukan, bisa-bisa aku melewatkan kelasku karena tertidur nyenyak di sini".

Hoseok menatap Namja cantik didepannya, meraih pipinya dengan tangannya yang bebas, mengusap perlahan wajah cantik sempurna itu dengan rasa sayang yang berlebihan, rasa ingin memiliki, dipandanginya wajah Seokjin, matanya terlihat menyimpan rasa sedih yang membuat Seokjin merasakan nyeri di dalam hatinya.
Seokjin tahu betapa Hoseok mencintainya dengan tulus tapi Seokjin tidak ingin merubah status persahabatannya dengan Namja yang selalu membuatnya tersenyum dengan sikap ataupun kata-katanya yang lucu, menjadi seorang yang terikat perasaan cinta.

Hoseok melihat jam tangannya, "Kelasku dimulai 15 menit lagi, aku harus pergi sekarang", Hoseok bangkit dan membelai kepala Seokjin dengan sayang dan mengecup pucuk kepalanya, "Aku pergi dulu, nanti aku hubungi lagi", dan sang matahari segera berlalu keluar perpustakaan, meninggalkan Seokjin yang masih termangu, Namja itu mendesah perlahan sambil mengusap pucuk kepalanya, 'Hoseok ah, aku sungguh sayang padamu'.
Seokjin melangkah keluar perpustakaan, 'aah hari aku ada kelas Profesor Min Hyuk', Seokjin melangkah lebih cepat menuju ruangan kuliahnya.

💓💓💓💓💓💓💓💓💓

************************************

Yeeeeeeeaaa update 😊😊😊

Setuju Jin dan Hoseok???

Tunggu yang lain dulu aja ya 😁😁😁

Maaf bila ada typo, maklum sambil ngantuk nih 🙏🙏🙏 he-he-he

Voment yak 🙇🙇🙇

Gomawo 🙏🙏🙏

A Pink Rose FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang