Tak perlu lagi kau menoleh
Bila hanya perih yang tertoreh
Sudah cukup rinaimu berkali kali
menapakkan kaki pada bumi
Semua orang rindu sang mega yang megah di bentang cakrawala
Bukan seperti kali ini yang amat jauh dari keadaan semulaSemua yang terlihat kerap kali membuatmu jengah
Apalagi tentang dia yang semakin tak berarah
Semesta senang sekali bercanda
Konspirasinya pun kerap membawamu padanya
Bahkan kau bertemu dengan kesendiriannya
Walau tak nampak secuil pun sosok lain disisinya
Bukan berarti tak ada siapapun yang menjadi penghuni tetap dilubuknyaDan yang bisa kau lakukan hanyalah
menatap punggung dia dengan pasrah
Tanpa langkah
Khawatir saat langkahan pertama
dengan segala ketidakmungkinannya akan muncul seseorang yang asing
Namun mereka terlihat saling
Lalu kau tertarik paksa kembali pada realita
Hujan kembali turun menyenandungkan eleginya
Matamu menangkap sepasang objek yang amat kau hindari
Sayangnya, konspirasi alam semesta selalu menghampiri
Yang satu tengah memegang erat payung biru
Dan satunya lagi dirangkul erat oleh sang pemegang payung itu
Tubuh keduanya bergetar
Kedua punggung yang sedari tadi kau pandangi lekat itupun kian menghilang
Tenggelam bersamaan dengan rintik yang berhentiDia pernah menjadi pusat semestamu
Disanalah kau pernah mengorbit
Malam dan siang tanpa pamit
Hingga tiba suatu waktu
Pusat semestamu hilang
Kau pun kalap dan tak tahu harus mengorbit dimana
Satu waktu,
Pusat semestamu kembali dengan utuh
Tapi tak bisa lagi kau gapai dan sentuh
Tak ada lagi gelombang yang menarik
Tapi satu hal membuatmu tertarik
Kau akhirnya tersadar mengapa kau tak dapat lagi mengorbit
Nyatanya posisimu sudah sepenuhnya tergantikan
Oleh sesuatu yang tak pernah kau pikirkan
Didetik itulah kau hancurkan semesta milikmu tanpa ampunTepat saat pelangi menampakkan kemilau nya
Saat itu juga kau memutuskan untuk tidak menoleh kembaliUntuk menggantikan semestamu yang telah kau lenyapkan sendiri
Kau membangun kembali reruntuhan itu dengan mandiri
Kali ini, kau tak membutuhkan siapapun
Namun kau begitu yakin
Semestamu kali ini akan abadi
Tak akan ada lagi yang mengusik
Biarkan tinta hitam itu menjadi saksi
Sekeras apa usahamu dalam membangun kembali apa yang telah lenyap
Itulah semesta di atas kertas- Rabu, 15 November 2017.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta Di Atas Kertas
Poetry[COMPLETED] ada semesta yang tak kenal batas, ada semesta yang tak kenal menua, ada semesta yang abadi, itulah semesta di atas kertas.