Hutan demi hutan dilalui. Tapak demi tapak dilangkahkan seiring sebuah kutukan yang tidak disadari oleh Arjuna pada awalnya. Kutukan akan mala kelaparan yang terlontar dari manisnya bibir Surthikanti yang berawal dari rasa cemburunya.
Tapi tidak siang ini. Arjuna berlahan menyadari adanya sebuah kesalahan yang terjadi. Rasa lapar yang begitu hebat. Begitu nyeri perutnya berteriak "aku lapar!" . Untungnya Arjuna tidak memiliki sakit maag, karena pada jaman itu Promag dan Waisan belum diciptakan oleh pabriknya masing masing. Arjuna berlari kesana kemari, ke utara mencari Warteg, tapi ternyata tutup. "Sedang mudik om" kata tetangga ownernya. Berlari ke barat, ditemuinya sebuah lapak nasi padang, tapi kata si empunya "Maaf, berhubung hari ini kami kesiangan ke pasar, kami tidak menjual makanan apapun, hanya tersisa rebusan daun singkong, kalau uda berkenan kiranya silakan dimakan".
Arjuna belum menyerah, dicarinya tukang baso, tukang mie ayam, dan tukang tukang lainnya, termasuk tukang tambal ban,tapi entah kemalangan apa yang sedang terjadi, semua tukang itu pergi. Padahal tidak ada razia satpol PP.
Akhirnya Arjuna hanya bisa duduk berlutut, matanya memandang langit dan berteriak keras "Aku lebay.... lemes bray!!!"
Arjuna adalah tetap seorang manusia, meskipun berwujud wayang, rasa lapar yang begitu hebatnya ini mau tidak mau membuatnya merasa lemas dan hampir saja menyerah. Hampir saja dia kehilangan sifat ksatrianya yang mana seharusnya kuat menghadapi cobaan apapun. Dan bertemulah dia dengan seorang wasi. Wasi itu menghampirinya dan berkata "ah cemen lu Jun, masa kelaparan aja ngebuat lu lupa akan dharma seorang ksatria." Mendengar itu Arjuna merasa ditampar. Tersadarlah dia bahwa dia telah melakukan kesalahan, dan ajaibnya rasa lapar yang dia rasakan hilang. Kok bisa? karena ini dunia wayang bray, jangan heran, intinya sih jalan ceritanya begitu. Dia berdiri tegar, seakan disinari cahaya putih dari atas, kira kira mirip tampilan ksatria yang baru dapat pencerahan jika anda bertanya seperti apa posenya waktu itu. Di pandangnya wasi itu, digenggamnya tangannya dan berkata "Ente benar sekali, ane hampir lupa. Thank you bro, eh tapi kok ente mirip saudara ane yang hilang ya" dan terbukalah penyamaran wasi itu yang ternyata adalah Pangeran Kakrasana. Ya saat itu, ketika bertemu Arjuna di Widara Kandang, Pangeran Kakrasana sedang menyamar menjadi Wasi Jaladara. Wasi artinya pendeta gunung, dan Jaladara adalah sebuah ilmu anugrah dari Dewa Brahma kepadanya yang membuatnya bisa terbang seperti Superman, hanya bedanya Superman kolornya diluar, kalau Kakrasana entah pakai entah tidak.Mereka saling berpelukan walau iklan sebuah rokok di tanah air mengatakan laki tau batas. Setelah itu Arjuna memberitahukan tentang adanya sayembara dari Raja Salya. Arjuna mengatakan mungkin dengan mengikuti sayembara itu Kakrasana bisa menemukan jodohnya. Dan Kakrasana berpikir, sepertinya ok juga. Apalagi didengarnya bahwa dewi Erawati adalah berparas ayu, meskipun sempat ragu. Karena yang dilihatnya ada pose dewi Erawati sedang mules menahan BAB.Berteriaklah dia ssekeras tenaga disaksikan langit bumi seiisinya, tentu saja yang disekitarnya, " Kanda Dewi, tunggu gue jemput lu. Jangan kemana mana!"
Mereka pun memulai pencarian. Gunung demi gunung didaki. Lembah demi lembah dituruni. Tak lupa lagu soundtrack Ninja Hatori diputar untuk menyemangati mereka. Dukun demi dukun ditanya, mulai dukun pijat, dukun togel sampai dukun beranak. Akhirnya sebuah petunjuk didapatkan. Bahwa dewi Erawati saat ini ditahan oleh Pangeran Kartawiyoga, di kerajaan Tirta kandasan. Sebagai info pelengkap, baik anda membutuhkan atau tidak, kerajaan ini letaknya ada di bawah air. Dipimpin oleh Raja Kundara geni. Bapaknya si Kartawiyoga.
Meluncurlah mereka ke istana itu naik delman istimewa, duduk di samping pak kusir yang sedang mengendalikan kuda dengan ceria.
YOU ARE READING
Kisah Cinta Arjuna dan Banowati
General FictionArjuna dan Banowati. Kisah mereka hampir terlupakan seakan hanya sebuah hubungan perselingkuhan biasa. Tetapi ada banyak cerita , pengorbanan dan kesetiaan hati untuk memegang teguh sebuah janji.