Vote dong. 😏
❄❄❄
Kana memejamkan matanya selagi mengatur nafas. Katakanlah ia sudah gila. Sekarang ia sudah berada di depan club malam paling elit di New York. Ia lelah ditolak semua perusahaan yang ia datangi hingga akhirnya ia memilih untuk menjadi salah satu waiters disana. Jangan salahkan pilihannya, Ia tidak memiliki pilihan lain. Uangnya hampir habis dan ia butuh makan serta uang untuk kembali ke Indonesia. Memang setelah bergulat dengan pikirannya, akhirnya ia memutuskan untuk kembali ke Indonesia dan yah, Roland juga sedikit ikut meracuni otaknya agar ia memilih pulang.
Dengan langkah lesu akhirnya Kana memasuki tempat terkutuk itu untuk pertama kalinya. Meski masih berdarah Eropa, Kana memang masih menjaga adat Asianya karena bagaimanapun ia dibesarkan disana.
❄❄❄
"Maaf." Kana tersenyum sopan sambil melepaskan tangan seorang pengunjung yang memeluk pinggangnya tanpa permisi.
"Ayolah nona. Kau akan lebih banyak menghasilkan uang jika bersama denganku." Laki-laki itu menyahut dan kembali memeluk Kana.
Ini gila. Kana mendorong orang itu hingga laki-laki itu tersungkur ke belakang dan membuat orang-orang yang tadinya menari sedikit bergeser. Laki-laki itu memang sudah mabuk dan itu memudahkan Kana untuk melepaskan diri.
"Dasar sampah." Umpat Kana sebelum akhirnya ia pergi menjauh dan kembali ke meja bartender.
"Ini gila, Kei. Aku tidak bisa bekerja disini. Tempat ini terlalu beresiko. Tangan kotor itu terus menyentuhku." Kana mengadu pada bartender yang sedang meracik minuman dibalik meja bar.
Dia adalah Keiro, salah satu teman kampus Kana yang mengalami kebangkrutan baru-baru ini. Mungkin karena merasa mereka senasib maka ia dengan sukarela membantu Kana dengan menyediakan pekerjaan untuknya.
"Kau harus bersabar. Kau butuh uang untuk kembali ke Indonesia bukan. Kau hanya perlu bekerja disini selama 7 hari dan kau bisa pulang ke negaramu."
Kana mendengus. Semua ucapan Keiro memang benar dan itu artinya ia harus lebih mengumpulkan tingkat kesabarannya.
"Jika kau lelah, kau bisa istirahat sebentar." Keiro memberikan segelas minuman pada Kana.
Kana menjatuhkan kepalanya ke atas meja bar. Ia menatap Keiro letih, sementara Keiro hanya memberinya sebuah senyuman. "Minumlah, itu akan membuatmu lebih santai." Ujar Keiro sambil mendekatkan minuman itu ke Kana.
Kana mengangkat kepalanya dan meminum minuman itu tanpa curiga. "Akh!" Erangnya. Ia merasa seakan tenggorokannya terbakar. "Apa yang kau berikan?" Tanya Kana kesal.
"Itu hanya alkohol.... Memang apa yang kau harapkan dari tempat ini." Jawab Keiro santai, namun tidak untuk Kana.
"Oh, good. Aku belum pernah meminum minuman ini. Tenggorokanku terasa terbakar." Jujur Kana.
Keiro menatap Kana dengan rasa bersalah. "Oh, maafkan aku. Aku sungguh tidak tahu."
"Sudahlah, lebih baik aku kembali bekerja." Kana berdiri dan mengambil nampannya.
"Kalau begitu antarkan minuman ini ke ruang VIP di pojok sana. Tenang saja kau akan langsung menemukannya. Pintunya berbeda dari yang lain." Jelas Keiro.
Kana hanya mengangguk dan mulai membawa minuman itu ke arah ruangan yang tadi sempat ditunjuk Keiro.
Kana mengetuk pintu itu dengan beberapa ketukan dan langsung masuk ke dalamnya. Disana ia melihat laki-laki yang sedang tertidur dengan pakaian yang sudah berantakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Protected Enemy
RomanceKana membenci setiap tingkah laku dan segala ucapan pedas Nic. Hidupnya tidak pernah tenang dengan segala kritik pedas dan tingkah Gila Nic selama 12 tahun hingga mereka berpisah setelah malam itu. Surga untuk Kana.... , setidaknya itulah yang ia r...