"Turunkan aku!"Kana terus memberontak dalam gendongan Nic. Ia tidak sudi berdekatan apalagi sampai digendong oleh Nic. Induk dari segala kesialannya. Tapi, laki-laki itu tidak bereaksi sedikit pun, seolah semua pukulan Kana tidak memberikan efek apapun.
"Turunkan aku bastard!" Teriaknya lagi. Mungkin semua orang di club itu tidak dapat mendengar teriakannya karena tertelan suara dentuman musik disana, tapi Kana sangat yakin jika suaranya bisa sampai ke telinga Nic. "Turunkan aku!"
Nic menatap Kana sejenak. "Kenapa kau tidak turun sendiri?" Ucapnya dingin tanpa ekspresi.
Kana meremas kemeja Nik hingga kemeja itu robek. Tentu emosinya terpancing. Nic berkata seolah Kana tidak berusaha untuk lepas darinya. Seolah Kana adalah gadis yang sukarela dibawa oleh makhluk semacam Nic.
Nic mengeratkan genggamannya di lengan Kana yang menjadi tumpuannya untuk menopang berat tubuh Kana dan dalam hitungan detik sebuah ringisan keluar dari mulut Kana. Nic tidak bermaksud menyakiti Kana, ia hanya ingin wanita itu mengerti dan berhenti berontak di dalam gendongannya sebelum Nic benar-benar menghempaskan tubuh wanita itu kelantai.
"Diamlah sebelum aku menyakitimu." Suara dingin Nic membuat Kana menghentikan segala tingkah berontaknya dan Nic menggunakan kesempatan itu untuk membawa Kana masuk ke dalam mobilnya. Tentu Kana juga menggunakan kesempatan itu untuk kabur dari Nic.
Kana mendorong Nic, ia berusaha keluar dari mobil itu, sayangnya Nic kembali menangkapnya. Nic membawa Kana masuk kembali dan duduk sambil memeluk Kana dari belakang, mengunci tangan dan kaki Kana hingga gadis itu tidak dapat bergerak lagi.
"Apa kau berniat menculikku?!" Kana berteriak didalam mobil itu.
"Aku bahkan sudah membelimu." Jawab Nic seadanya. Ia memberi instruksi agar supirnya segera menjalankan mobilnya dan dengan perlahan mobil itu mulai melaju meninggalkan club itu.
"Dengar Nic, aku tidak pernah menjual diriku. Dan kau tahu..., apa yang kau lakukan padaku ini adalah sebuah pelecehan. Aku akan mengadukanmu pada kakek Ronald saat aku tiba di Indonesia nanti." Kali ini Kana mencoba mengancam Nic. Setidaknya ia tahu jika Nic akan luluh jika bicara tentang kakek dan neneknya.
"Oh..." Jawab Nic datar. Dan Kana bersumpah akan menghajar Nic saat ia terlepas dari pria itu.
"Aku akan menghajarmu." Gerutu Kana yang tentunya masih dapat didengar oleh Nic. Tapi Nic terlalu malas untuk berdebat dengan Kana. Biarlah gadis itu menggerutu sesukanya, karena apa pun yang gadis itu lakukan, gadis itu tetap tidak dapat melawannya.
Setelah lewat beberapa menit akhirnya Kana kembali bersuara. "Nic..?"
Nic hanya diam dan menunggu lanjutannya.
"Jika aku berjanji akan menurut padamu, apa kau akan melepaskanku...... Maksudku, posisiku sekarang." Lanjutnya lagi. Ia berharap Nic mau mendengarkannya, posisinya sekarang sangat intim dengan Nic dan yang membuatnya menderita adalah nafas hangat Nic yang menggelitik leher dan bahunya.
"Nafasmu sungguh bau Nic, aku sulit bernafas karenanya!" Kana kembali menggerutu, tapi kali ini suaranya lumayan keras hingga membuat sopir didepan tertawa kecil.
"Apa kau baru saja tertawa?" Tanya Nic pada sopir didepannya.
"Maafkan aku tuan." Ujar sopir itu dan kembali fokus pada jalanan kembali.
"Apa selama kau bekerja pada Nic, ia selalu memarahimu jika kau tertawa?" Kana bertanya pada sopir itu tanpa perduli dengan reaksi Nic yang semakin memeluk erat Kana. Dan jawaban sopir itu semakin membuat Nic naik darah.
"Kadang-kadang."
"Uh, jika aku jadi kau, aku akan mengundurkan diri sekarang juga." Kana merasa tubuhnya semakin merinding. Aura Nic benar-benar menakutkan. Entahlah Kana sendiri bingung sebenarnya Nic itu manusia atau makhluk tak kasat mata? Setiap ia berada di dekat Nic, tubuhnya selalu bereaksi seperti itu. Kana sangat tahu jika emosi Nic sudah sampai ke ubun-ubun kepala pria itu. Dan ia memang sengaja menyiksa Nic.
KAMU SEDANG MEMBACA
Protected Enemy
RomanceKana membenci setiap tingkah laku dan segala ucapan pedas Nic. Hidupnya tidak pernah tenang dengan segala kritik pedas dan tingkah Gila Nic selama 12 tahun hingga mereka berpisah setelah malam itu. Surga untuk Kana.... , setidaknya itulah yang ia r...