1. Memulai Hari

70 11 3
                                    

        Pagi ini mentari muncul di ufuk timur dengan sinarnya yang merangsang ke bumi. Aku mulai bangkit dari kasur tempatku beristirahat. Melangkahkan sepasang kaki untuk menginjakkannya diambal berbulu dengan motif club sepak bola favoriteku. Aku berjalan menuju kamar mandi dengan santai, karena waktu masih terbilang sangat pagi.

     Aku sampai lupa memperkenalkan namaku. Namaku Lintang Nafisya, sekarang ini aku baru masuk di bangku kelas XI IPS. Serta menjalani hidup seperti yang telah di takdirkan Tuhan kepadaku.

      Aku telah menyelesaikan rutinitasku setiap pagi. Memakai seragam yang menjadi simbol SMA Angkasa sebagai sekolah yang terkenal di Lombok. Aku keluar kamar dengan suasana yang biasa terjadi di rumah setiap harinya.

   "Pagi bunda." Dengan seulas senyum yang terlihat di wajahku

    "Pagi Fisya, sini kita sarapan bareng, bunda sudah buatkan nasi goreng kesukaanmu." Perintah bunda

    "Ayah gak ikut sarapan lagi bun?" Tanyaku

    " seperti biasa ayahmu selalu berangkat terburu-buru setiap pagi jadinya gk sempet sarapan." Ucap bunda mencoba tersenyum

Setelah menyelesaikan sarapan, aku berpamitan dengan bunda. Seperti biasa aku berangkat sekolah selalu menggunakan sepeda dari hadiah yang diberikan bunda waktu aku berulang tahun ke-16.

" bun Fisya berangkat sekolah dulu ya, assalamu'alaikum." Ucapnya dengan suara halus

" iya walaikum'salam hati-hati di jalan ya."

" iya bun."

Aku mengayuh sepeda dengan santai sambil sesekali bersenandung kecil. Jalanan yang masih tampak sepi oleh kendaraan menampakkan embun khas pagi hari. Seakan menyadarkannya bahwa waktu masih menunjukkan pagi buta.

Aku sengaja selalu berangkat pagi hari karena tidak ingin terjebak di keramaian jalan yang penuh kendaraan dan polusi, walaupun di pagi hari suasana identik dengan kesejukan.

" semoga keadaan seperti ini akan cepat-cepat berakhir." Gumamnya pelan saat akan sampai di sekolah

Tak lama sepedaku sudah terparkir di halaman sekolah, yang biasanya banyak dipenuhi oleh motor dan beberapa mobil. Aku melangkahkan kakiku menuju kelas. Memulai aktivitasku membaca buku yang tak pernah absen kulakukan setiap pagi. Aku salah satu orang yang tidak banyak omong dan cuek di sekolah, kecuali dengan sahabatku vania.

Beberapa saat kelas mulai ramai, siswa-siswi mulai berdatangan dan bersiap-siap menuju lapangan untuk upacara. Aku menunggu Vania, teman sebangkuku sekalipun sahabatku. Dari lorong kelas aku sudah bisa mendengar suaranya yang meneriaki namaku. Dia memang orang yang periang, walau kadang aku agak risih dengan suaranya yang cempreng.

" Nafisyaaa, tunggu gue dong." Teriaknya

" loe lama banget sih, gue nungguin daritadi untung upacara belum mulai." Omel Nafisya, yang tidak suka dengan salah satu sifat sahabatnya ini

" iya ya sorry kali, gue itu tadi nungguin papa dulu makanya telat. Yaudah ayok ke lapangan." Tangannya langsung ditarik oleh Vania

" gak usah tarik-tarik kali van."

Seluruh murid mulai berkumpul dan berbaris di lapangan untuk melakukan upacara. Saat upacara, vania selalu berbaris di sebelahku dan terus berbicara. Aku sudah menyuruhnya diam tapi sikapnya memang tidak bisa diam.

" Van, please deh loe diam bentar aja selama upacara ini bisa gak!." Ucapnya dengan tutur kata khas diriku yang halus dan pelan

" gak bisa Nafisya, ini tuh penting. Daritadi tuh Aldo ngeliatin kita." Ucapnya dengan nada gembira

" yaudah sih Van, biar aja dia ngeliatin emang kenapa sih kalau dia ngeliatin kita. Ntar dia capek juga, udah deh mending loe diem fokus ke upacaranya." Tuturku dengan nada memohon

" iya deh Naf gue diam."

Matahari yang kini semakin bergerak naik ke atas perlahan membuat seluruh siswa ingin segera menyelesaikan upacara. Sesaat kemudian, upacara selesai dan di akhiri dengan suara riuh dari semua siswa-siswi yang berhamburan ke luar lapangan.

" akhirnya selesai juga ya Naf. Sumpah pak Edi kasih amanah atau pidato sih tadi di depan. Gabut banget taulah."

" hmm mending kita ke kelas aja deh capek nih."

" temenin gue ke toilet dulu yok Naf sebentar aja kebelet nih." Pinta Vania

" ya udah cepet, nanti keburu ada guru masuk."

Setelah selesai, mereka segera kembali ke kelas. Mengikuti pembelajaran seperti biasa.

Menebar LenteraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang