6. Bersama

19 8 0
                                    

***Reyhan POV***

Raut wajah mama yang mendengar penuturan dari Nafisya langsung berubah.

"Boleh kan ma? Yaudah kalau gitu kita mau berangkat sekarang. Assalamu'alaikum ma." Berjalan keluar sambil menarik tangan cewek itu.

"Siapa bilang mama perbolehkan kalian untuk pergi ke pertandingan itu?" Aku pun menoleh ke arah mama

"Lah tadikan mama bil..."

"Memang mama bilang apa tadi Reyhan. Sekarang mama kasih tau, kamu ke pertandingan bela diri mau bawa Nafisya. Nanti kalu ada apa-apa sama dia kamu mau tanggung jawab. Kalau ada yang ganggu dia saat kamu tanding gimana?" Aku menghela nafas, kupikir mama akan mengizinkan aku pergi.

"Ya nggak gitu ma, maksud aku itu kalau aku tandingkan dia bisa ngawasin aku terus bisa ngasih kabar ke mama supaya gak khawatirin aku. Lagian disana kemungkinan besar tidak ada yang akan mengganggunya."

"Tetap tidak mama izinkan. Lagian ngapain juga sih kamu ikut pertandingan yang seperti itu ." Aku sudah lelah membahas ini dengan mama. Ku senggol lengan cewek itu, bermaksud menyuruhnya untuk membujuk mama.

"Emm... tante, maaf sebelumnya kalau saya ikut campur. Mungkin maksud Reyhan ikut pertandingan ini karena ada hal yang ingin dia wujudkan. Seperti yang dibilang Reyhan tadi, disanakan juga ada saya yang awasin dia tante, jadi tante jangan khawatir" bujuk cewek itu

"Yaudah mama capek berdebat dengan kamu ya Rey. Tante percayakan ini sama kamu ya Nafisya. Pokoknya kalau ada apa-apa langsung hubungin tante" akhirnya perdebatan ini terakhir

"Baik tante Nafisya akan awasi Reyhan"

"makasih ya ma, kalau gitu kita pamit dulu Assalamu'alaikum"

"Iya wa'alaikumsalam, hati-hati nak"

***

Aku tidak sempat berganti pakaian karena tanganku sudah ditarik terlebih dahulu oleh Reyhan. Beruntungnya saat ini aku memakai pakaian yang cocok untuk bepergian.
Awalnya kita ingin pergi menggunakan motor tetapi aku menolak.

"Cepetan loe naik, gue buru-buru nih." Ucapnya

"Lebih baik kita naik mobil aja" tolakku secara halus

"Gue udah telat, kalau naik mobil bisa bisa sampai sana gue udah di D.O" ucapnya kesal menahan amarah. Aku masih diam di tempat.

"Loe kalau mau ikut cepetan deh naik, waktu gue gak banyak buat nunggu loe mikir."

"Tapi kalau nanti loe..." perkataanku terputus

"Terserah loe deh, gue mau berangkat." Dia sudah ngegas motornya

"Ehkk tunggu-tunggu gue ikut ."

"Daritadi coba, kelamaan mikir loe." Dengan raut wajah kesal.

***

    Baru kali ini aku dibonceng oleh seseorang dengan kecepatan tinggi. Sumpah jantungku rasanya ingin copot, apalagi saat Reyhan tiba-tiba nge-rem mendadak hingga helmku terbentur dengan helm nya yang membuat dahiku sedikit sakit.

     Selama diperjalanan, kita berdua benar-benar hening tidak ada yang membuka obrolan. Tapi sesekali Reyhan mengomel karena waktu dia bertanding sebentar lagi sedangkan kita masih terjebak macet. Dia juga sempat memarahiku, yang saat berangkat asik berfikir sendiri. Reyhan sedang fokus dengan mengendarai motornya begitupun aku yang asik mandangi macet yang luar biasa tak terhindarkan.

"Rey, loe bisa gak sih kalau berhenti jangan dadakan."

"Mending loe diam deh, gak usah nyerocos mulu ." Sambil melirik dari kaca spion

"Kok loe malah ngomelin gue sih. Dasar ya orang gak tau diri."

"Mulut loe bisa dijaga lebih sopan gak sih?" aku tak membalas dan dia segera melajukan motornya karena telah di demo sama para pengendara lain yang ada di belakang kami.

     Sesampainya kita di tempat tujuan, Reyhan segera berlari meninggalkan gue yang lagi membuka kaitan helm.

     Aku segera masuk ke dalam menyusul Reyhan. Sumpah di dalam itu ramai banget dan tau sendirilah gimana kondisi tempat pertandingan silat itu.

***

Maafkan jika ada kata-kata yang keliru/salah. Sebab manusia tak luput dari kesalahan 😊

Jangan lupa vote, comment and follow my account ya

    

Menebar LenteraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang