Namanya Daniel;
Penyuka hujan. Bau semerbak tanah basah hingga suara berisik rintik hujan membuat dia tenang. Dentuman petir dan sifat kehancuran yang dibuatnya ketika menyambar puncak pohon. Angin puting yang berembus kencang menggetarkan jendela apartemen yang berada di lantai tertinggi. Melihat hal-hal kehancuran di balik jendela kaca yang anti badai bahkan peluru. Mungkin karena perasaan aman dan keadaan dirinya yang tidak pernah mengalami nasib buruk. Daniel suka melihat simulasi kehancuran di depan matanya.Asap yang muncul dari pembakaran rokoknya perlahan keluar dari jendela kecil yang sengaja ia buka untuk sirkulasi udara. Tinggal sisa dua batang rokok dalam bungkus rokok camel yang tergeletak di atas sofa. Beberapa botol kosong Bintang berada di atas meja dan satu baskom aluminium berisi air es yang di dalamnya ada dua kaleng bir Heineken.
Saat ini sedang tidak ada tugas yang berarti dan Daniel yang jarang menyempatkan diri mengikuti kegiatan mahasiswa hanya berdiam di apartemennya menikmati hujan. Jika datang waktunya UTS dan tugas yang melimpah, ia akan menyingkirkan sofa empuknya dan menggelar karpet. Memesan dimsum, bubur tawan dan takoyaki. Lalu, ia menelpon Momo. Gadis yang kerap keluar masuk apartemennya dengan leluasa.
Buat apa dia memanggil Momo?
Tidak untuk apa-apa. Biasanya ia mendudukkan Momo di sampingnya yang duduk di atas karpet untuk menemaninya. And that girl understood the assignment. Tentu saja dengan menyita rokok dan alkohol Daniel agar dia tetap bisa fokus.
Hidupnya yang terbilang santai dan tanpa beban membuat dia selalu masuk kelas di saat yang tepat. Sepuluh menit sebelum masuk, dia sudah masuk ke dalam kelas di tempat duduk paling belakang. Keseharian dia nonton Skins di laptopnya. Walau begitu selalu bisa menjawab pertanyaan yang ditanya dosen.
Bila waktunya makan siang, Daniel akan keluar tepat waktu dan berjalan melewati fakultas hukum dan manajemen untuk sampai ke fakultas paling ujung yaitu fakultas teknik. Dia akan menghampiri Momo yang tengah mengerjakan laporan praktik dan menariknya untuk makan mie ayam kampung di dekat kampus.
Jam mata kuliah jurusan International Business yang terbilang lebih sedikit daripada Teknik membuat Daniel menunggu Momo di dekat lab, duduk di lantai dekat tangga sambil selonjoran dan telinga yang tersumbat airpods. Ia akan duduk anteng menunggu Momo keluar kelas.
Tampang Daniel yang kebanyakan tanpa ekspresi dengan gaya pakaiannya yang memakai celana hitam dan t-shirt hitam lengan digulung. Choker hitam yang melekat di lehernya yang putih. Dua cincin hitam yang dipakai di jari tengahnya. Kadang dandanannya ajaib di tengah anak jurusan International Business yang selalu terlihat rapih dan mahal. Wanginya dia itu English pear and freesia ditambah wangi musk dan tabbaco karena sebatnya yang gak pernah berhenti.
Naik mobil khas Bapak-bapak yaitu Pajero Sport, tapi turun-turun bukannya nemu style parlente khas eksekutif muda malah keluar cowo beler pake celana pendek dan hoodie. Turun dari mobil, nungguin Momo pulang les bahasa di luar gedung bahasa sambil ngemil bakso tusuk atau jamur goreng.
Ketika Momo keluar bareng temen-temennya, ia biasanya akan memanggil, "Woyy sapiiii" sambil melambaikan tangannya ke arah gue.
Nama panggilan sapi berasal dari nama Momo. Mooomooo, yah selera humornya emang agak receh.
"gue beliin bakso tusuk 100rbu nihhh" teriaknya lagi sambil memperlihatkan satu bungkus plastik putih gede, di sampingnya abang tukang bakso tusuknya udah sumringah karena abis dibeli banyak.
Ya, kebiasaannya dia itu selalu beli makanan yang melimpah. Porsinya bisa sebaskom. Kalau Momo protes dan marahin dia, kenapa buang-buang uang, dia dengan santainya jawab, "buat gue uang segini ga ada artinya, tapi buat abang tukang itu beda. Daripada gue habisin beli alkohol melulu kan?"
Sehabis jemput les biasanya dia muter-muter kota Jakarta sampai jam sembilan malam. Beli bebek madura di pinggir jalan terus kepedesan karena sambal ijonya dan Momo harus sigap kasih dia minum. Lalu, dia mengantar Momo pulang ke rumah dan tidak lupa mencium kening Momo,"see you tomorrow, jelek"
Kalimat favoritenya dia adalah
"Gimana kegiatan hari ini?"
"Mo, sambalnya jangan banyak-banyak"
"See you, jelek"
"Sapiiiiiii"
"Ada siomay sama shihlin di meja"
"Mo, lima menit lagi ya berangkatnya. Ngantuk."
"Woah, jangan ngegas. Yaudah cerita aja sini"
Namanya Daniel Harvey.
Dia teman sekaligus orang terpenting dalam hidup Momo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Romansa Biru
Teen FictionMolly Moryan dan Daniel Harvey adalah teman masa kecil. Dua kepribadian yang bertolak belakang namun anehnya berteman membuat mereka menjadi tidak terpisahkan. Dari mereka berdua TK lalu berpisah pada saat SD dan bertemu lagi di saat mereka SMA DI s...