Part 4

21.1K 1.5K 18
                                    

"Ma, Aira bener-bener gak mau tunangan sama bocah tengil itu."

Ratna yang tengah sibuk dengan acara masaknya langsung menatap anaknya yang tengah duduk di meja pantry dengan sedikit menajam, hal ini langsung membuat nyali Aira menciut, tatapan mamanya kini hampir sama dengan tatapan yang papanya tampakkan ketika sedang marah.

"Namanya Keynard, bukan bocah tengil. Kamu harus bersikap sopan, Keynard nantinya juga akan menjadi suamimu kelak."

"Mama tau sendiri kan kelakuan dia dulu?"

Ratna tersenyum lembut, "Mama yakin dia sudah lebih dewasa daripada dulu."

Aira mencemberutkan wajahnya, taktiknya memang, jika dia seperti ini pasti mamanya akan luluh.

"Cuci muka sana, kamu udah kayak upik abu."

Kreekk.

Jika diibaratkan sebuah kayu, dia sudah tentu langsung patah mendengar ungkapan mamanya, gadis itu makin menggembungkan pipinya. Dia beranjak dari dapur kemudian kembali ke kamarnya, ketika tengah berjalan sekilas dia melihat papanya dan Keynard tengah mengobrol di ruang tamu, sepertinya mereka membicaraan tentang bisnis, bisa dilihatnya beberapa dokumen agak berserakan diatas meja.

Gadis itu membuang muka ketika tatapan Keynard dan dirinya bertemu, dia memilih mempercepat langkahnya menuju kamar. Berada di dekat Keynard membuat dia merasa sedikit tidak bisa mengedalikan emosinya.

Jika pertunangan mereka berlangsung, entah apa yang akan terjadi dengan diri Aira, mungkin gadis itu akan seperti tokoh nenek-nenek yang sering marah-marah di salah satu drama India yang sering dia tonton bersama mamanya.

=-=

Keesokan harinya, dia sudah siap dengan dress yang sedikit tertutup, dengan topi yang sedikit menutupi wajahnya, gadis itu dengan santai melangkah menuju salah satu perusahaan paling terkenal di negeri ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keesokan harinya, dia sudah siap dengan dress yang sedikit tertutup, dengan topi yang sedikit menutupi wajahnya, gadis itu dengan santai melangkah menuju salah satu perusahaan paling terkenal di negeri ini.

Alexander Company

Perusahaan yang bergerak di bidang perhotelan ini berada tepat di pusat kota, memiliki berpuluh anak cabang yang sudah menyeber hampir diseluruh dunia. Pusat dari perusahaan ini sebenarnya berada di Perancis, namun dikarenakan kepindahan dari CEO ke Indonesia maka otomatis segala aktivitas dari pusat pindah ke Indonesia.

Bisa dibilang gedung ini baru saja menjadi pusat perusahaan Alexander Company yang baru.

"Bisa saya bertemu dengan Key—, maksud saya Mr. Keynard Alexander Refardo?"

Receptionist yang berada dihadapannya tersenyum lembut, "Mohon tunggu sebentar."

Setelah sekian waktu menunggu recepsionist itu memutuskan sambungan teleponnya, kemudian kembali menatap Aira.

"Mr. Refardo ada di ruangannya, saya bisa antarkan anda kesana."

Aira menggeleng cepat, "Tidak perlu, saya bisa kesana sendiri, kalau boleh tau dimana ruangan Mr. Refardo."  Aira mengigit bibir bawahnya, sungguh kelu mengucapkan nama keluarga Keynard saat ini. Lidahnya belum terlalu terbiasa mengucapkan nama tersebut. Terlebih lagi dia lebih sering memanggil Keynard dengan sebutan bocah tengil daripada Keynard.

"Tepat di lantai 15, di depan pintu ruangan sudah tercantum papan bertuliskan CEO Room," jelas recepsionist tersebut, tanpa membuang banyak waktu Aira langsung menuju tempat yang dimaksud.

Hari ini benar-benar hari penentuan nasibnya, jika dia gagal maka selesailah sudah. Apalagi dia baru diber kabar bahwa pertunangannya langsung diadakan besok pagi.

Saat itu Aira benar-benar tidak percaya dengan ucapan papanya, mana mungkin dalam sekejap semua keperluan pertunangannya dengan Keynard langsung siap dalam seketika. Namun ungkapan papanya setelah itu lebih mencengangkan lagi.

"Papa telah mempersiapkan pertunangan kalian sudah sebulan yang lalu. Kalian hanya tinggal bertunangan saja."

Mengingat ucapan papanya saja sudah membuat kepala Aira pusing setengah mati, dengan pekerjaannya yang menumpuk ditambah dengan acara pertunangannya membuat Aira ingin sekali mendaftarkan diri sebagai pasien rumah sakit jiwa saja. Hitung-hitung dia bisa makan dan tidur gratis.

Suara dentingan lift membangunkan dia dari khalayannya, Aira menyentuh dadanya, menahan degup jantungnya yang kini memompa cepat.

Disaat sampai didepan pintu bertuliskan CEO Room, Aira menyentuh handlenya dengan keringat dingin. Gadis itu terlalu takut, bagaimana jika dia gagal dan akhirnya harus bertunangan dengan Keynard. Ia benar-benar tidak ingin hidup di dalam kurungan yang diciptakan Keynard. Dia juga ingin mencari jodoh yang dia cintai tanpa perlu risau dengan kehadiran Keynard.

Dengan perlahan Aira membuka pintu tersebut tanpa mengetuk, saat menatap kedepan sebuah pemandangan yang sedikit tidak enak dilihat langsung tampak nyata dalam pandangannya. Sontak dengan polosnya di langsung menutup kedua matanya.

Di hadapannya kini seorang wanita tengah duduk dipangkuan Keynard, yang paling membuat matanya yang suci ini ternoda adalah kelakuan wanita itu. Dengan santainya tanpa mempedulikan Aira yang tengah menutup mata, wanita itu kembali mengecup permukaan leher Keynard tanpa terganggu sedikitpun.

Sedangkan Keynard, pria itu hanya tersenyum tipis seraya menatap raut wajah Aira yang sedikt mulai memerah. Didorongnya perlahan wanita yang ada dipangkuannya, "Cukup sudah, uangnya nanti kutransfer."

Wanita itu mengangguk kemudian mengecup rahang Keynard untuk terakhir kali, dia berdiri lalu merapikan bajunya yang sudah berantakan. Setelah semuanya sudah rapi, wanita itu keluar dari ruangan ini meninggalkan Keynard dan juga Aira yang sedang dalam kondisi sangat awkward.

"Jangan bilang lo belum pernah lihat adegan kayak tadi?"

Perlahan matanya terbuka, gadis itu menatap tajam kearah Keynard yang masih dalam posisi duduk, namun bedanya wanita yang ada dipangkuan Keynard sudah hilang entah kemana.

"Sialan! Playboy akut, fix gue gak mau tunangan sama lo!" Aira tanpa ragu melangkah menuju meja Keynard memudian membanting tas kulitnya kearah permukaan kaca meja itu, "Dengan segala cara gue akan menghentikan pertunangan ini."

Mendengar hal itu Keynard bertepuk tangan, "Gue salut jika lo bisa menghancurkan pertunangan yang sudah papa lo persiapkan dalam hitungan sehari. Gue benar-benar penasaran rencana apa yang akan lo perbuat besok."

Aira mengigit bibir bawahnya, dia benar-benar belum memikirkan rencana apapun, setidaknya hari ini dia ingin melakukan negoisasi dengan Keynard, namun karena kejadian menjijikan yang baru saja dia saksikan tadi membuat luapan emosinya lebih unggul dari pada keinginannya itu.

"Stop biting your lips dear, hal yang sedang lo perbuat itu sudah membangkitkan singa yang sedang tertidur." Keynard menyeringai , seketika suasana diruangan ini mulai tidak mengenakkan.

Aira menggelengkan kepala ketika alarm berbahaya sudah berbunyi dipikirannya, gadis itu harus bisa melawan Keynard. Bagaimanapun caranya.

"Lo gak bener-bener mengharapkan pertunangan ini terjadi kan? Wanita tadi pasti pacar lo, gue rela lahir batin merestui hubungan kalian," ucapnya terlalu jujur, Aira benar-benar ingin jika pertunangan mereka dibatalkan. Hal ini membuat Keynard kembali menyeringai.

"Sekedar informasi, dia adalah wanita yang gue bayar untuk memenuhi kebutuhan biologis gue, gak lebih." singkat, pria itu mulai beranjak dari kursinya menuju Aira yang sediki menegang di tempat duduknya, "Tu es la seule femme que je veux," bisiknya tepat ditelinga gadis itu seolah menjadi mantra yang akan mengikat seumur hidup.

Fiance [#1 Baskoro Series]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang