CHAPTER 2

116K 4.7K 144
                                    

Ada yang masih pengen repost an nggak? Wkwk

Happy reading~


Author pov.

"Sudah, hentikan!" Ucap seorang pria dengan nada dingin pada wanita di sebelahnya yang tengah menggerayangi tubuh khas pria dewasa dengan otot-otot yang pas di setiap inci tubuhnya.

Wanita itu mengernyit, lantas menghentikan tangannya yang baru saja akan membuka gesper laki-laki itu.
"Apa kau kurang menikmati sentuhanku?" Tanya wanita yang bernama Laura. Pelacur terbaik di tempat bordil elit ini.

"Aku sedang tidak ingin main. Kau bisa menyingkir dari sini," ketusnya dengan nada yang sama.

"Jika sentuhan tanganku kurang membuatmu puas, aku bisa memakai alat lain untuk memuaskanmu," ucap Laura menggunakan nada menggoda andalannya. Ia tahu, dari beratus-ratus pelanggan di tempat ini, mereka tidak akan menolak ketika Laura sudah mengeluarkan jurus wanita penggoda untuk menaklukkan para pria.

"Tidak, terimakasih. Jika kau mengerti bahasa manusia, tolong menyingkirlah,"

Laura merasa direndahkan. Walaupun pekerjaan ini sangat rendah, tapi ia tidak pernah direndahkan oleh pria manapun. Semua laki-laki selalu berlomba untuk mendapatkan pelepasan dengannya. Kepuasan mereka selalu terjamin jika Laura yang melayaninya. Dan dengan berbondong-bondong juga para pria itu akan mencarinya keesokan hari. Ia hanya perlu memilih siapa yang paling mahal yang sanggup membayar dia. Dan malam ini Addison menawarkan ikan besar tampan untuk di belai oleh tangan-tangan cantiknya. Ia tahu mereka bisa memberikan bayaran mahal jika ia bisa memuaskan kebutuhan biologisnya. Sama halnya seperti Addison saat puas dengan layanannya.

"Mungkin aku bisa mencoba untuk membangkitkan gairahmu," ucap Laura membelai kejantanan pria itu di balik celana bahan hitamnya.

Laki-laki itu mencekal pergelangan tangan Laura dan menghempaskannya. Ia menatapnya tajam membuat nyali Laura seketika menciut. "Aku tidak mengulang ucapanku!" Desisnya tajam.

Sontak, ketiga temannya pun menoleh ke arah pria itu. Mengernyitkan kening seraya menggeleng-gelengkan kepala mereka takjub. Seharusnya saat ini lelaki itu sedang panas dingin dan menyeret wanita itu untuk di telanjangi dan di gagahi, tapi di tengah permainan, seperti biasa ia akan menghentikannya tanpa ragu. Waraskah dia?

"Hey, hey... Hey! Laura sayang, berhenti. Singa itu seorang Gay. Dia tidak akan membiarkan adiknya menengok pahatan sempurna milikmu. Tugasmu sudah selesai untuk malam ini. Kau tenang saja, aku akan tetap membayar sesuai layanan biasa," ucap Addison menengahi mereka berdua.

Wanita itu dengan ogah-ogahan dan dongkol menjauh dari laki-laki itu dan mendekati Addison. Ia bergelayut manja di lengan berototnya. "Dia tampan sekali, kenapa harus gay?" ucap Laura yang membuat ketiga pria di sana tergelak keras. Kecuali pria yang sedang menjadi bahan olokkan mereka. Ia menekuk wajahnya kesal.

"Bagian belakang mungkin lebih memuaskan hasratnya," kekeh Addison. Laki-laki itu langsung melayangkan tatapan membunuhnya. Marah bercampur kesal siap meledak.

"Kalian lanjutkan. Kami akan bermain bersama," ucap Patrick dan Erhan. Masing-masing menggandeng wanita pesanan mereka untuk keluar. Tidak lucu jika melakukan hubungan seksual di depan banyak orang seperti ini.

Addison mengacungkan ibu jarinya mengerti. Adik mereka pasti sudah menegang dan siap meledak terkungkung dalam sangkar siap dilepaskan. Mereka pasti mencari tempat yang lebih leluasa untuk pelepasan.

Tinggallah dua wanita yang menghimpit di kanan kiri Addison, dirinya, dan laki-laki itu. Laki-laki yang kembali sibuk dengan ponselnya. Sedari tadi itu yang memang ia lakukan seraya merasakan sentuhan dan belaian lembut dari Laura, namun tak bisa menghentikan kesibukannya bersama dunianya sama sekali. Laura tak berhasil membangkitkan sedikit pun gairah seksualnya.

Callia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang