Rasa

32 5 0
                                    

Perihal rasa aku tak ingin memaksa.

Aku menyusuri koridor sendirian. Menunduk, mengingat apa yang terjadi hari ini. Aku menyukainya. Apa ada yang salah dari perasaanku, aku berjalan lebih cepat, tak ingin ada orang yang melihat butiran bening lolos dari mataku.

"Angga, suka sama Mey ras. Mey bilang padaku kalo Angga pernah mengungkapkan rasanya terhadap Mey." Kata Silvia
  Aku masih mengingat kejadian di kantin tadi pagi. Silvia bilang apa yang sebenarnya terjadi. Aku tak bisa menahan untuk tidak menangis saat itu.
  

  "Apa ada yang salah dari perasaanku Re?"
  "Tak ada yang salah tentang rasa, bagaimana ia bisa disalahkan jika ia menaruh hati terhadap seseorang. Rasa tumbuh dengan sendirinya tanpa bisa kau batasi." Rere menenangkanku
  "Tapi apa Angga bisa menerima perihal rasaku, Perihal rinduku, perihal tentangku? Aku bertanya lagi dan lagi. Aku hanya ingin meyakinkan.

Setelah pesan beberapa waktu lalu itu , aku coba menghubunginya tapi sama saja. Tak ada balasan walau sekata. Aku benar-benar tak mengerti tentang jalan pikirnya.
Apa ia tak mengerti cara menghargai wanita?

Sepulang sekolah aku tak langsung pulang. Aku menunggu Silvia, aku ingin berkeluh kesah perihal Angga.

"Nanti tak ceritain kalo dirumah, sekarang kita pulang dulu." Silvia mengajakku pulang kebetulan rumah kami searah hanya beda komplek saja.

Apa yang akan kulakukan ketika Angga memang tak ingin ku kejar, tak ingin ku perjuangkan.

Sesampainya dirumah Silvia aku duduk, Silvia mulai bercerita tentang semuanya. Karena sebelumnya Silvia memang sudah berbicara tentangku dengan Angga.

"Aku yakin kau akan kecewa mendengar semuanya Lar, aku tak tega kau terus berharap sama Angga."
Silvia membuka pembicaraan.

"Aku yakin akan kecewa, tapi aku tau resiko jatuh cinta. Aku harus siap menerimanya." aku menimpali

"Jadi gini, Angga tau jika kau memang sering chat, Angga tau kau menyukainya. Angga tau jika kau berharap terhadapnya. Angga tidak menjawab pesanmu karena ia tak ingin menyakitimu dengan harapan-harapan yang tak nyata, ia takut jika ia membalas pesanmu kau akan semakin berharap. Angga mencintai Mey bukan kamu. Sudahlah jangan berharap lelaki itu lagi. " Silvia mengungkapkan semuanyaa.
"Aku tak menyangka ia seperti itu. tapi kenapa ia tak bilang saja langsung terhadapku jika ia memang tak menyukaiku."
"Ia hanya takut menyakiti hatimu Larissa. Kau mengertikan?"

Selama yang aku tau tentang Angga aku menyangka bahwa ia pandai dalam menghargai sesuatu yang telah memperjuangkannya.

"Yasudah aku pulang dulu ya Sil, sudah sore." Aku berpamitan pulang. Meskipun rumah dekat aku tak ingin terburu-buru sampai rumah jika yang terjadi hanya membuatku semakin mengingatnya.

Begitu aku sampai dirumah aku tak melihat ada orang. Syukurlah tak ada yang melihat mata sembabku ini. Aku langsung menuju kamar, membereskan diri dan mandi.
"Drrt..drrtt.. Drtt"
Ada notifikasi pesan masuk. Nomornya tak ku kenal. Aku mencoba melihat profil nya. Si Mey. Kenapa ia menghubungiku. Pesan itu hanya kubalas seperlunya. Tak perlu aku memperlihatkan jika aku memang begitu berharap sama Angga.

Telfon berdering lagi.
Kali ini Silvia menelfon.
"Iya ada apa sil?"
"tadi Mey minta nomormu. dan aku kasih katanya ada yang ingin dibicarakan denganmu." Silvia menjawab.
"Oh iya kirain, okedeh gapapa."
Aku menutup telfon dan kembali menaruhnya diatas nakas.








Vote dan Komen yahh. Aku tunggu Kritik dan Sarannya😋
Terimakasih.

HurtsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang