Suara gemuruh hujan terdengar dari lorong sekolah sore itu. Diikuti dengan nyanyian yang keluar dari mulut mungilku. Mungkin hanya itu yang bisa aku lakukan sembari menunggu jemputan yang aku pesan dari aplikasi Yo-Car. Setelah kira-kira 15 menit menunggu, ponselku berdering dan ternyata ada SMS dari driver yang aku pesan.
Rasanya sudah campur aduk ingin sekali marah tetapi aku hanya bisa mengiyakannya. "Iya pak, tidak apa apa." Lalu aku baru menyadari kalau sekolah sudah sepi. Jam menunjukkan pukul 17.00 dan langit sudah mulai gelap karena awan yang tebal.Saat hujan sudah mulai mengurangi keganasannya aku mulai berjalan ke gerbang untuk melihat apakah ada angkutan umum di depan. Kulihat mobil berwarna kuning merah berhenti tepat di depan gerbang, dan supirnya pun menawarkan tumpangannya kepadaku. Tanpa basa-basi aku langsung masuk ke dalam angkutan tersebut. Di dalam yang kulihat hanya supir dan wanita berambut panjang dengan muka pucat pasi duduk di ujung belakang. Mungkin di zaman yang serba canggih ini banyak masyarakat yang enggan menggunakan angkutan umum seperti ini dan lebih memilih menggunakan transportasi online yang lebih praktis.
Jarak sekolah dan rumahku terbilang lumayan jauh, hampir 15 km. dibutuhkan waktu sekitar setengah jam buat sampai kerumahku. 10 menit berjalan pun semua terasa sepi dan hening. Kemudian sang supir pun memecah keheningan dengan memulai percakapan.
"Kok sampai sore mbak pulangnya?" tanyanya sambil melontarkan senyuman.
"Iya pak, tadi nunggu hujan agak reda di sekolah." Jawabku.
"Ini udah masuk waktu maghrib lho mbak gak takut?"
"Nggak kok pak, sudah biasa." Kemudian keheningan itu tercipta lagi.
Lalu aku mengalihkan perhatianku dengan bermain Mobile Legend di ponselku. Saat aku sedang asyik bermain ada hal yang baru aku sadari, perempuan yang duduk di ujung belakang angkutan umum ini pun hilang entah kemana. Padahal dari tadi angkutan ini belum berhenti. Lalu aku langsung menanyai sang supir.
"Pak tadi ibu-ibu di belakang kok udah gak ada? Sudah turun ya?" tanya ku sambil berpikir positif.
"Ibu-Ibu yang mana ya mbak, ini dari tadi penumpang saya cuma mbak." Jawabnya santai.
"Oh mungkin saya salah lihat pak." Upayaku menenangkan diri.
"Jangan kaget mbak saya sudah sering begini, apalagi ini sudah sore banget." Senyumnya terlihat di spion tengah mobil.
Gang masuk kerumahku sudah terlihat, akupun menyiapkan diri untuk turun.
"Kiri pak."
"Oke mbak, rumahnya di daerah sini toh? Kenal Pak Calungga gak?"
"Oh, itu ayah saya pak. Bapak kenal?" jawabku sambil memberi uang lima ribuan.
"Iya, Titip salam ya mbak dari saya, Pak Hisyam Arahiwang." Jawabnya sambil tersenyum.
"Nanti saya sampaikan pak, Terimakasih." Balas senyumku.
Aku harus berjalan kurang lebih 100 m untuk sampai kerumahku. Badanku terasa sangat capek seperti habis berjalan jauh. Sampai juga dirumah dengan cat warna putih dan ada pohon mangga di depannya. Ku ketuk pintu lalu masuk sambil mengucapkan salam. Ku lihat ayah menjawab dan sedang di ruang tamu mengenakan baju serba hitam.
"Yah, kok bajunya hitam semua gitu?" tanyaku penasaran.
"Ayah habis layat kak." Jawabnya.
"Baru Pulang? Kakak udah makan belum?" lanjutnya.
"iya yah, capek banget. Thena ke kamar dulu ya yah. Oh iya ayah dapat salam dari Pak Hisyam Arahiwang supir angkot." Jawabnya sambil berjalan menuju kamar.
Ayah mengernyitkan dahi kebingungan dan merasa aneh. Tetapi ia tidak menyampaikan sepatah kata pun kepada Athena.