3. Antara Cinta dan Persahabatan (part 2)

4.6K 244 112
                                    

Banyak wanita beranggapan, bahwa Hyuuga Hinata adalah si beruntung sialan karena berhasil menarik perhatian Sasuke juga Naruto.

Mereka mencibir, jika sang Kuasa terlalu baik mengatur nasib wanita yang sungguh tidak sepadan kastanya—mengingat Keluarga Hyuuga tidak se-kaya Namikaze pun Uchiha. Sasuke serta Naruto, bukan hanya bergelimang harta nan tampan, tapi juga gemilang karirnya sebagai pengusaha merangkap model pakaian dalam.

Tak heran, bentuk tubuh dua lelaki itu begitu proporsional. Lekuk tubuh mereka, kemungkinan besar didominasi oleh timbunan otot bisep dan trisep.

Jika Sasuke dan Naruto dikenal sebatas potret di atas kertas, maka Hinata menguasai gala lewat lenggoknya di panggung catwalk.

Semua orang boleh saja memuji perihal bodi sempurna Sasuke dan Naruto, tetapi sisi negatif yang diyakini dapat mengubah anggapan penggemar, ialah kelakuan dan pola pikir mereka yang terkesan abstrak.

Beruntung, hanya pada Hinata dua pejantan itu berani buka diri. Sasuke dan Naruto, merasa tabu membina hubungan dengan wanita lain selain Hinata.

.

.

.

.

.

... Flashback beberapa jam lalu setelah kepergian Hinata...

"Hiashi, ada yang ingin aku sampaikan pada mu."

Suara berat Uchiha Fugaku, berhasil menarik perhatian lima pasang mata yang sebelumnya mengiringi kepergian Hinata. Hiashi, paruh baya yang dimaksud menoleh menatap sosok yang baru saja memanggilnya.

"Katakan," pinta Hiashi, tanpa basa-basi. Ia mengambil cangkir teh di atas meja, menghirup aromanya sebentar, lalu meminumnya sekali tegukan.

"Baiklah," Fugaku ikut-ikutan meneguk air liur. Dia mengambil cangkirnya, namun kembali diletakkan karena habis.

Entah kemana perginya keberanian dan keperkasaan Uchiha yang konon mampu menggetarkan sukma. Mendadak, Fugaku merasa gelisah di bawah tekanan mata perak Hiashi yang menatapnya menuntut.

"Hiashi, dengar. Biasakan kau memberikan Hinata untuk Sasuke?"

Dahi keriput Hiashi, berlipat. "Maksudmu?" Ia memandang Fugaku dengan sorot kebingungan.

Fugaku meneguk ludahnya yang terasa mengental, lalu melirik istrinya—dan mendapatkan sebuah anggukan, sebelum kemudian beralih pada wajah keras Hiashi.

"Aku ingin melamar Hinata untuk Sasuke," katanya. "Aku pikir, masa depan Sasuke terselamatkan jika Hinata menjadi pendamping bocah itu. Lagipula mereka sudah mengenal sejak kecil. Dan aku rasa, Hinata juga menaruh hati pada putraku." Jelas Fugaku, meyakinkan.

"Tidak bisa!" Tangan kanan Minato menggebrak meja dengan dramatis, sebelum merengek kesakitan pada Kushina.

Mengabaikan sang istri yang sedang membelai dan meniup tangan kanannya, paruh baya itu menatap Fugaku dengan senyum remeh. "Dengarkan aku, Fugaku. Kau—"

"Manja."

"Diam!" Suara bentakan Minato kembali menggema hingga penjuru ruangan. Ditatapnya Fugaku kesal, karena seenaknya menuduh ia manja.

3 in 1 (Adult, Ongoing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang