Bagian VII

489 37 2
                                    

Semakin beruang besar itu mendekat, semakin kuat juga Attaya memejamkan matanya. Berbanding terbalik dengan tubuh gemetarnya juga nafas yang memburu.

Devan.., panggilnya dalam hati.

Attaya bisa merasakan Beruang Besar itu mendekat, bahkan nafas Beruang Besar itupun bisa Attaya rasakan. Dalam hatinya Attaya merapalkan doa juga perminta maaf-an yang ditunjukkan kepada orang disekelilingnya. Mawar, Adi, Arsen, Via, Rio dan Devan, ehh.. Devan?

Attaya mendengar raungan Beruang besar itu, tidak semenyeramkan yang tadi tapi terdengar seperti kesakitan.

Perlahan Attaya membukan kedua matanya, mencoba melihat apa yang terjadi pada Beruang besar itu.

Devan.

Yang ia lihat bukan Beruang besar yang lincah juga menyeramkan yang tadi mengejarnya, tapi Devan. Devannya ada disini?

Sontak Attaya membuka lebar kedua matanya, menatap Devan yang berdiri menjulang tinggi tepat didepannya.

Devan membantu-lebih tepatnya menarik- Attaya berdiri. "apa yang kamu lakukan Attaya?"

Attaya yang mendengar suara dingin Devan, menundukkan kepalanya. Pandangannya tertuju pada bumi yang sedang ia pijak, menghindari tatapan tajam Devan yang menusuk.

Ia tahu apa yang ia lakukan salah. Devan sudah berjanji akan membantunya, lalu Zee dan yang lainnya juga Aki yang sudah memikirkan jalan keluarnya.

Tapi Attaya tak bisa, sungguh. Dengan semua yang mereka lakukan kepadanya, justru membuat Attaya semakin terbebani akan tugasnya dan merasa bersalah juga.

Makanya, Attaya memilih pergi meninggalkan Desa yang Attaya lupa namanya. Attaya mencoba mencari jalan keluarnya sendiri, persis seperti apa yang dikatakan Devan.

Attaya masuk kedunia ini, di padang ilalang. Jadi Attaya yakin pasti ada salah satu tempat di dunia ini yang menjadi jalan keluarnya untuk kembali ke rumahnya, dunianya. Dan Attaya melakukannya.

Masalahnya, Attaya tidak tahu seperti apa itu dunia mimpi, ia hanya berjalan menuruti langkah kakinya yang ternyata membawanya ke sebuah hutan yang gelap juga lembab. Sampai akhirnya ia bertemu dengan penunggu hutan ini yang berwujud Beruang besar lincah dan menyeramkan yang mengejarnya, atau mungkin hanya baru Beruang besar??

Entah beruntung atau kesialan yang Attaya dapatkan, ia selamat dari Beruang besar itu tapi tidak berhasil dengan rencananya untuk melarikan diri.

"apa yang kamu lakukan Attaya." ulang Devan.

"gue berusaha untuk cari jalan keluarnya, persis seperti apa yang lo bilang." jawab Attaya.

"dengan melarikan diri!? Iya!" balas Devan meninggi.
Attaya merasa takut, tapi ia tahu itu percuma. Jadi Attaya memberanikan dirinya.

"gue selesain masalah ini dengan cara sendiri. Kita masuk di padang ilalang dan gue yakin pasti ada temp.."

"tapi itu bukan cara untuk menyelesaikan masalah kamu Attaya." potong Devan. "apa yang kamu lakukan justru menjauhkanmu dari jalan keluar Attaya, menjauhkanmu dari kata selesai."

Devan menarik nafasnya, "cara untuk menyelesaikan masalah adalah menghadapinya Attaya, bukan melarikan diri seperti apa yang kamu lakukan saat ini." ucap Devan sedikit melunak.

"saya janji Attaya, saya akan bantu kamu. Kami semua pasti akan membantu mu Attaya. Jadi saya mohon, berusahalah.."

Dan Attaya melihat tanda dipergelangan tangannya, bulan sabit itu semakin terang bercahaya. Gue harus gimana? Batin Attaya bingung.

Mimpi (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang