1. persimpangan lampu merah

47 3 1
                                    

Rintikan hujan seakan membawa diriku semakin sirna. Entah apa yang membuat hatiku geram saat hujan mengenai pundakku yang terbalut hijab. Yah.. Namanya juga pelajar SMA yang masih membutuhkan les bahasa inggris agar nilai memuaskan.

"Nesya.. Ayo sini.. Neduh di sini saja"
"Iya bu.. Bentar lagi ibu juga jemput"
Itu guru bahasa inggrisku sekaligus guru lesku juga. Beliau memang sangat baik padaku. Terkesan garang tapi sangat perhatian dan super enak jika mengajar.

"Mbak Nesya.. Ayo nak"
Ibuku memanggil dibalik kaca jendela mobil putih yang ternodai dengan lumpur kecil di bagian pintu.
"Iya ma.." sahutku sambil berlari kecil.

*****
Mungkin sore ini sangat resah. Hujan seakan tak mau menahan tangisnya.. Bulir bulir air yang mengembangkan senyumku saat kaca jendela mobilku mulai mengembun.
Satu titik dimana aku terdiam..
"Panas juga ya.. Buka jendela dulu deh"
Jalan kecil di kota ini tak sepi sepinya walaupun hujan mengguyur. "Ah bentar lagi Maghrib nih" gumamku.
Kini semua menjadi hening. Kaosnya yang basah serta rambutnya yang mengkilap karena diguyur air hujan mulai menarik perhatianku.
"Kakak kelasku" gumamku
Kita sama sama berhenti di lampu merah. Dimana tatapan kita jatuh pada detik itu. Kacamatanya yang bening, bola mata yang coklat. Sangat cocok untuk parasnya yang tinggi.
" ^_^ "
Tanpa aku sadari dia tersenyum padaku.. Wah ini efek hujan memang.
Detik itu segera berlalu. Kita berpisah di persimpangan lampu merah kota kecil. Dimana kita saling tau namun tak saling kenal. Dimana kita tau bahwa senyum dapat mencairkan suasana. Untuk senyum yang ku rindu. Selamat ^_^

****

Untuk hati yang kini ku harapkan. Jadikan lampu merah ini persimpangan dalam pertemuan rasa kita nanti. Nanti.. Hingga ku sadar bahwa dirimu terlalu tinggi untukku gapai

Untuk HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang