Langkah demi langkah mulai ku percepat. Guru Fisika yang terkenal garang adalah guru mata pelajaran pertama pagi ini. Gara gara kejadian di Mushollah tadi, aku lewat 5 menit dari bel masuk
"Uhh semoga bu Arti belum masuk"
Aku terus melangkahkan kakiku dengan keras.Krek...
"Ihh.. Pakai acara rok sobek juga.. Aduh. Mana ndak pakai celana panjang juga"
Aku mulai melambatkan langkahku karena aku tak mau betisku terlihat."Nesya.. Aku kira kamu ndak masuk"
Hanin, dia adalah sahabatku yang paling cantik, rempong, pesek juga :v"Nes, rok mu.. Sobek. Model barumu kah?"
Cici, adalah sahabatku yang lain yang terkenal dengan blak blakannya"Sya, jidatmu kok memar sih ? "
Umun, sahabatku yang paling kalem diantara kita bertiga.Pertanyaan demi pertanyaan belum aku jawab. Ya jelaslah, aku mau mengatur nafasku yang hampir hilang.
"Jidatku kebentur pintu""Haa ?"
"Pintu gerbang?"
"Kok bisa nes?"
"Lagian pintu diem diem ngapain kamu tabrak"
Jawaban jawaban otodidak yang membuatku semakin sulit bernafas
"Kebentur pintu Mushollah" sambil sedikit ngos ngosan
Ketiga sahabatku ber-Oh ria seakan ini kejadian yang lumrah
"Kan sakit ehh""Utuk utuk.. Jangan nangis ya.. Cup ya" ahh biasa. Hanin memang terlalu memanjakanku :v
"Ehh cuy.. Kalian tau cogan ndak ?" cici mulai mengeluarkan aura kegosipannya"Haa apa ? Cogan ? Sapa ci? "
"Itu kaka kelas stay cool"
"Kaka kelas ya ? Kak Atma ?"
"Bener nin.. Kak Atma. Adyatma Wiandio"
Hanin dan cici memang sangat kompak membahas cogan cogan ganas yang berkeliaran di luar sana. Sedangkan Umun, iya hanya mendengarkan seraya tertawa melihat adegan dari cici dan Hanin
"Eh kak atma kan penghuni setia Mushollah ?" umun mulai mengeluarkan suaranya.
"Iyaa mun.. Cogan alim dah."
Telingaku mulai panas mendengar celotehan teman temanku itu
" udah deh kawan kawanku. Jangan bahasin cogan yang ndak bakal bahasin kita. Mending kita kerjain paket fisika halaman 14 nih. Ini pelajaran fisika kita nanti. Pas kelas 11😂"Hening
Gubrak..
Satu per satu sentilan dari sahabatku bertebaran pada telinga dan pipiku
"Memang kamu ya. Udah tau sekarang refreshing. Lagian kamu juga. Bu Arti ndak mungkin ke kelas kita. Kan sudah ujian dan tinggal nunggu rapotan"
"Tau dah anaknya bu Arti"
"Hehe :v aku lupa kalau sekarang sudah free class :v"
"Ya udah deh. Yuk kita keluar kelas. Boring banget di dalam kelas" sahut hanin yang mulai mengeluarkan kipas motif bunganya
"Ya udah deh ayo. Barangkali bisa dapat nomor cogan. Ya nggak ?"
"Barangkali ? Ihh cici mau sama Barang Kali"
Yaelah umun😂😂 kebiasaan banget deh ngelucu kayak gitu."Tak cubit kamu" tangan cici mulai mencubit pipi umun yang putih nan bebas jerawat.
"Eh eh.. Kak Atma ci.. Kak atma"
"Uwow.. Nikmat Allah"
"Kak atma..noleh dikit lah kak."
"Follow ig. @Cicicuwit :v"
"Save WA 0888888888"
Umun mulai menepuk pundak cici dan hanin "sobat. Kak atma ndak mungkin ngerasa. Jangan ketinggian ya :v"
"Awas kamu mun.. Awas"
"Hehehe"
"Nes.. Coba kamu lihat kak atma nih. Jangan pacaran sama fisika terus"
"Iya bentar satu soal lagi. Dikit lagi"
"Yaps sudah. Mana kak atma ? "Krik....Krik....
"TELAT!!!!"
---------.----------
"Heheh telat ya.. Yaudah lagi."
*****
Cici mendekatiku dengan langkah yang gontai. Mengusap usap jilbabku dan berbisik "nes.. Ngantin yuk"
Huss.. Aku seharusnya sudah curiga. Cici kalau sudah ndusel ndusel pasti ada maunya.
Yah akhirnya 4 wanita Sholehah calon penghuni Surga (Aamiin💕) mendatangi kantin bu imah.
"Aku traktir kalian ya" umun berkata sambil mata binarnya mengeluarkan sinar."Yehhh gratisan" sahut kami bertiga secara spontan "hstt.. Hahaha" suara kami pecah didepan mangkok mie ayam bu Imah.
"Enak banget mie ayam rasa traktirannya umun"
Namanya juga gratisan. Aku paling semangat apabila yang namanya kata gratis disuguhkan padaku."Ehh nes.. Sudah dibilangi Pak Jack belum ? Kamu suruh baca puisi pas acara perpisahan kelas 12"
"Haa ? Aku "
"Jangan lebar lebar tu mulut. Ntar mie ayamnya keluar lagi :v" ucapan cici yang menyadarkanku akan terbukanya mulutku ini :v
"Aku baca puis...."
"Kak atma.. Ohh kak atma ada didepanku"
Apa..kata kataku terpotong karena hanin berteriak begitu keras kepada telinga hanin
"Apa ? Kak Atma ? "
"Ehh kak atma bener"
"Mau lah jadi kacamatanya kak Atma biar bisa dipakai terus"
"Bentar bentar.. Kak atma itu yang mana sih ?" pertanyaan polos dari mulutku yang membuat para sahabatku geram karena ulahku.
"Makanya noleh lah.. Lihat tuh"
Dan kini sorotan mataku tertuju pada pria semampai, duduk sendiri dengan buku tebalnya, berkacamata bening, mata coklat, dengan tatapan serius yang menyelimuti bukunya.
Benar.
Dia adalah dia dipersimpangan lampu merah
Dan dia adalah senyum pagi di tengah rembulan.
Dia..
Atma.. Adyatma Wiandio*******
Untuk hati.
Maaf jika sorot mataku tak pernah beralih pada makna jika aku rindu.
Terima kasih hati. Cukup jarak ini yang menjadi saksi bahwa aku pernah menjadi pengagum hatimu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Hati
Short StoryCerita dimana seorang pelajar yang memendam rasa demi sebuah keharusan. Yang harus dan mampu ia capai secapatnya. Yaitu meninggalkan dengan cepat tanpa harus merelakan.. Mampu kah Nesya melakukan itu ? Untuk hati. Maaf bahasa masih kaku. :v masih...