5. Haa ?

32 1 0
                                    

Tik..

Tik..

Tik..

"Ehh ehh kak atma lihat ke arah sini.. Wauuu"

Haem.. Tatapanku berhenti seketika itu setelah umun nenyadarkan kami bahwa kak Atma membalas tatapan kami.
Aku dan ketiga sahabatku langsung tak bergeming.
Cici memberanikan diri untuk melihat kak Atma di ujung sana.

"Lah. Kak Atma sudah ndak ada "
Aku, Hanin dan Umun langsung menoleh ke arah tempat terakhir kak atma duduk.

"Wah iya sudah menghilang. Datang dan pergi..begitu saja.,hehe---"

"Hemm hemm"

Suara tertawa Hanin terhenti oleh suara batuk seseorang.

Tunggu tunggu..

Kami saling berpandangan
Cici memberi isyarat agar kita menoleh pada sumber suara setelah hitungan ke tiga.

1

2

3

Deg...

"Ka..kak Atmaa"
Hanin menyapa kak atma dengan suara gugup.

"Wehh kak atma.. Hallo kak.. Aku Umun"
Suara umun yang lancar lantang disertai gerakan tangannya yang mencoba bersalaman dengan kak atma
"Hehe maaf dik umun. saya punya Wudhu."

"Hehehe iya kak" umun merasa sedikit malu "Ehh kalian ngapain bengong. Lihat tu cici.. Sampai ngiler gitu"

Sontak cici langsung berdiri dan "Kak atma.. Aku cici"

"Kak atma.. Aku Hanin"

Dengan senyum yang selalu tertera pada wajah kak atma. Ia memperkenalkan dirinya sejenak. Aku mana fokus sama yang ia bicarakan,aku fokus pada orangnya. Yah ndak boleh gitu lah. Aku tahan nafsuku untuk selalu melihatnya.

"Oiya.. Kalian anak X MIPA 1 kan ?"

Kami berempat sama sama mengangguk.

"Kenal Nesya ?"

-----

Ha Nesya ?

*****

"Apa ? Aku ? "
Ekspresi saat itu sangatlah absurd. Mulut ternganga, mata melebar dan pipi menggembung.
Aku? Dicari kak atma ?

BUMM...

"Dik. Saya ada perlu sama kamu sebentar"

Aku menatap kawan kawanku. Kini kak atma mulai menjauh dan mulai menungguku di bawah pohon mangga.
Aku menatap cici
Menatap Hanin
Menatap Umun
"Ihh malas ah.. Aku ndak pernah tuh yang namanya ngobrol sama laki laki dibawah pohon mangga"
Suaraku lebih terdengar bahwa itu penolakan. Padahal. Di dalam hati aku bersyukur karena diberi kesempatan untuk berbincang dengan laki laki sebaik dia.
"Udah sana.. Ntar dia malah jadi penunggu pohon lagi.. Sana."

Dengan langkah lunglai aku menghampiri kak atma. Aduh. Rambutnya yang selalu basah karena air wudhu dan paparan sinar matahari yang membuatnya begitu.. Begitu tampan

"Hehehe.. Ternyata kamu toh yang namanya Nesya"

Hua.. Dia tertawa dihadapanku

"Hehe.. Memangnya ada apa sih mas"

"Kamu yang baca puisi untuk perpisahan kelas 12 kan ? Jadi aku di suruh Arin untuk ngasih banyak info ke kamu."

"Iyaa..lalu"

Untuk HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang