2. Ternyata kita

32 3 0
                                    

Panggilan sholat yang menggetarkan hati mulai mengugahku dalam mimpi indahku. Pagi yang dingin, pagi yang redup, pagi yang hingar menggoyahku agar segera bersujud kepada Sang Khaliq.
Ayahku dengan sigap telah memakai sarung dan siap untuk menjadi imam dikeluarga kecilku ini. Ayahku. Angga. Adalah laki laki yang paling tidak suka apabila aku murung. Ayahku memang unik. Dia cukup sabar namun garang apabila ada keluarga yang tersakiti. Sungguhan ayahku💕
Ibuku. Tini. Adalah ibu yang cerewet dan sangat akrab denganku. Lucu sih..karena ibuku sering lupa memberi garam pada makanan
******
Sarapan kini telah habis aku lahap. Nikmat.
"Mbak.. Nanti hati hati ya mbak. Jangan lupa bekalnya dimakan"
Tanpa pikir panjang lagi aku mulai berlari mengambil bekal dan mencium ibuku
"Nesya berangkat ya bu."

"Ayo yah kita berangkat"
Teriakku yang membahana hingga menggetarkan meja :v

***
"Yah, Nesya masuk dulu ya" seraya mencium tangan ayahku dan segera masuk ketika ayahku mengangguk tanda setuju. Rutinitas sekolahku adalah baris berbaris untuk mencium telapak tangan guru.
"Rani !!"
Teriakku pada perempuan kecil yang sedang memainkan hpnya.
"Nesya, tunggu aku ya"
Kita berjalan beriringan dimana badanku yang cukup besar membuat jalan kecil disana terlihat tambah kecil

"Aduh.. Kok jalannya iringan sih. Mau lewat mana nih ?"

Siapa itu yang bicara dibelakangku. Biasalah, bukannya memberi jalan malah seenak jidat aku melambatkan jalanku

"Aduh gimana nih?"

Dia bertambah bingung

Bruk

Aduhh

Sepedanya menggelindas sepatuku.
"Ehh enak ya jadiin sepatuku karpet"
Tanpa rasa bersalah dia melewatiku dengan cepat dan segera menyalimi guruku yang ada di depan gerbang.

"Bentar bentar, dia kan ?"

****

Dia adalah dia-ku. Yang hanya bisa ku bayangkan dan tak mampu ku nyatakan

Untuk HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang