Belahan Jiwa

1.5K 76 15
                                    

(3)

Di sebuah kafe yang tidak begitu luas namun nyaman, aku duduk sendiri, ditemani alunan musik jazz yang mendayu-dayu, siang itu aku duduk dengan santainya. Cuaca sangat cerah, tapi tidak terlalu panas, namun hangat. Tapi suasana hatiku tidak secerah matahari, panas apalagi hangat. Kopi cappuccino favoritku saja sudah mulai dingin. Aku duduk diam dan melamun saja. Entah kenapa aku teringat kejadian di dalam pesawat dan bandara, membuatku tersenyum dalam diam. Rambut aneh seperti gulali pink, berpenampilan tomboi, dan galak pula. Kejadian-kejadian yang tak pernah aku duga sebelumnya. Sejak bertemu dengannya aku merasa seperti bukan diriku saja. Tingkahnya seperti bukan kebanyakan gadis-gadis pada umumnya, lain dari yang lain. Mengingat kejadian itu hatiku jatuh rindu.

Rindu?

Benarkah aku rindu dengannya? Dia bukan tipeku. Tetapi setelah kejadian sebulan yang lalu rambut anehnya itu selalu menghantuiku. Tak sadar pada jendela di depan kafe, kulukis dirinya di situ, menyapa relung sukmaku. Ke mana dia? Menghilang begitu saja.

“Permisi, boleh saya duduk disini? Kafe ini penuh. Kalau anda tidak keberatan, boleh saya duduk disini?” tanya sang gadis.

Aku mengenali suara itu. Aku pun menoleh.

DEGG.

Mata kami bertemu. Aku sangat terkejut. Dan sang gadis pun tak kalah terkejut melihatku. Apakah ini kebetulan atau sudah diatur oleh Tuhan? Aku benar-benar tidak percaya, gadis yang selalu menghantuiku tiap hari adalah si gadis rambut aneh seperti gulali! Aku bertemu lagi dengannya. Sang gadis pun merasa jengah karena dipandangi oleh aku dan menjadi salah tingkah.

Sang gadis pun berkata dan bersiap untuk meninggalkan kafe tersebut, “Maaf, kalau begitu saya permisi.”

“Oh silakan, silakan duduk. Santai saja.” Aku mempersilakan dia untuk duduk di depanku lalu memanggil pelayan.

Capuccino saja,” jawabnya pendek saat pelayan datang. Tak lama pesanannya datang. Dia langsung meminumnya.

Aku memandangnya dengan intens. Ada yang salah di sini. Hari ini dia tidak banyak bicara. Seperti pertemuan awal kami sebelumnya dia sangat cerewet juga galak. Dia banyak diam. Sesekali matanya melirikku dan pipinya agak merona. Rambut rapi tergerai panjang, lehernya dihiasi kalung choker putih, kaos warna putih, jeans berwarna biru muda, boots menghiasi kaki jenjangnya. Ettt, aku tidak melihat jaket Rolling Stone nya, ke mana itu jaket? Dan satu lagi, matanya berwarna hijau. Sepasang mata yang indah. Dia kelihatan salah tingkah karena dari tadi aku pandangi. Tapi… aku akui dia kelihatan manis.

“Apa lihat-lihat?!” bentak sang gadis.

Oh, ternyata dia masih saja galak. Well tidak mengurangi wajahnya yang manis. “Apa aku tidak boleh memandangmu?” tanyaku geli.

Enggak boleh!”

“Hahahaha!” Aku tertawa geli. Gadis ini wajahnya lucu ketika marah. “Aku memandangimu karena kita sudah lama tak bertemu”.

“Ngajak berantem lagi?”

“Tidak, tidak. Sudah lupakan saja. Aku tidak ingin bertengkar denganmu. Lagipula, kita bertemu dengan tidak sengaja disini,” jawabku.

Aku terdiam. Tumben? Apa dia salah minum obat? Kurasa tidak. Tapi aku terkejut juga bertemu dengan pria yang menurutku menyebalkan tapi err…ganteng juga kalau dia seperti ini. Aduuhh aku kenapa sih? ,moga saja pipiku tidak memerah. Duhh malu aku, mau taruh dimana muka aku? Oh, Tuhan! Tenang, Sakura. Tenang. Kendalikan dirimu. Tarik napas, keluarkan dengan perlahan-lahan. Control yourself and relax.

Belahan JiwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang