Bab 3

942 141 3
                                    


Liam dan ABC friend's duduk di meja paling pojok di kantin sekolah. Suara antusias milik Coky yang paling dominan di antara mereka semua. Dia sangat semangat menjelaskan kepada mereka semua tentang beberapa murid perempuan yang sudah berkenalan dengannya. Begitu juga dengan Bayu dan Angga.

"Gila, guys. Gue diajakin ngedate sama Salsa." Ujar Coky heboh.

"Salsa yang mana, Cok?" tanya Angga.

Coky melirik kesal. "Cak, Cok, Cak, Cok. Lo kira nama gue Ucok!"

Angga dan Bayu tertawa geli. "Kalau Coky kepanjangngan, bego." Sambung Bayu.

Coky melengos. "Masih juga panjangan titit lo!"

"Oh... jelas! Titit gue memang produk unggul, Cok. Panjang, besar dan memuaskan." Ujar Bayu bangga. Setelahnya, dia tertawa kuat mendapat toyoran dari kedua sahabatnya.

Lain ABC friends, lain lagi Liam. Dia sejak tadi tadi hanya menopang dagunya dan menatap kesatu arah. Tiga meja di depannya adalah meja Nayla bersama kedua temannya dan Liam tidak bisa memalingkan wajahnya dari sana.

Bagai orang idiot, dia tersenyum-senyum memerhatikan Nayla yang sedang tertawa bersama temannya. Gadis itu tampak sangat menikmati semangkuk bakso dan segelas es jeruk di depannya.

"Eh, Iam, lo gimana? Hasil buruan lo pasti lebih banyak dari kita-kita. Ya, kan?" tanya Coky.

"Pastilah. Nih setan tengil kan turunan bokapnya. Kemana-mana dikelilingin cewek-cewek. Padahal mukanya sebelas dua belas juga sama kita-kita." Rutuk Angga.

"Malah gantengan gue!" sambung Coky. Bayu dan Angga menatapnya datar lalu satu persatu dari mereka memotong telur ceplok Coky menjadi dua dan mengambil bagian masing-masing. "Telur gue, Anjing!"

"Apaan, kenapa telur lo?" Balas Angga.

"Pecah satu, Cok? Nggak apa-apa lah, masih ada sebiji lagi, kan?" Sambung Bayu.

Liam sama sekali tidak memedulikan kerusuhan teman-temannya. Dia malah berdiri dan membawa langkah kakinya menuju meja di mana Nayla berada. Liam berdehem sekali dan membuat ketiga cewek di meja itu mendongak serentak.

"Boleh kenalan, nggak?" tanya Liam.

Mereka saling melirik. Namun dua teman Nayla terlihat berbinar mendapati kebaradaan Liam di sana. Bagaimana tidak, sejak pagi tadi semua murid dari asrama perempuan sibuk membicarakan sosok Liam. Banyak yang sudah mulai mencari informasi mengenai Liam dan tentu saja, latar belakang keluarga Liam membuat nilai Liam di mata mereka semua bertambah berlipat ganda.

"Bo-boleh kok. Lo liam, kan? Kenalin, Gue Manda." Manda mengulurkan tangannya yang di sambut Liam ramah.

Cewek disamping Manda cepat-cepat menarik tangan Manda dan menggantinya dengan telapak tangannya. "Gue Aira." Ucapnya suara manis yang terdengar dibuat-buat.

Liam melemparkan senyum tipisnya. "Boleh gabung?"

"Boleh... boleh..." Jawab Manda dan Aira serempak.

Liam langsung duduk di samping Nayla, di depan Manda dan Aira. Kedua gadis itu melirik sekelilingnya, teman-teman asramanya menjadikan mereka sorotan saat ini.

"Manda, mimpi apa ya kita disamperin Liam begini?" bisik Aira.

"Iya, gue deg-degan banget, Anjir. Liam gantengnya kebangetan kalau dari dekat begini." Balas Manda.

Nayla yang mendengar bisikan teman-temannya itu menggelengkan kepalanya frustasi. Tapi setelahnya pandangannya teralihkan saat merasa diperhatikan. Nayla menoleh ke samping dan menemukan Liam sedang bertopang dagu, menatapnya lembut.

LiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang