Bab 5

2.6K 197 31
                                    

"Lo pada balik kapan?" tanya Liam sambil bermain game di ponselnya di atas tempat tidur Bayu. Ketiga temannya yang kebetulan berada di kamar yang sama terlihat sibuk mengemasi beberapa pakaian mereka. Sabtu sore dan artinya mereka bisa keluar dari asrama untuk menyapa dunia luar yang sangat mereka rindukan.

"Gue sore ini."

"Gue juga."

"Apa lagi gue. Dikantong gue cuma ada duit dua puluh ribu, mana mungkin gue bisa bertahan hidup lebih lama sampai besok dengan duit segini. Gue harus minta ke Kakek, dan kebetulan posisi Kakek gue sekarang lagi di Batam. Jauh amat sih tuh aki-aki main judinya." Rutuk Bayu kesal.

Liam, Angga dan Coky tertawa puas mendengarnya. "Iya lah, mana cukup. Beli kondom aja nggak bisa." Sambung Coky.

"Pindahin aja otak lo keselangkangan, Cok!" sela Angga.

"Gue bukan Ucok, ya. Please deh kalian semua berhenti jahatin dedek." Teriak Coky mendramatisir.

Liam mengambil bantal di sampingnya dan melemparnya tepat ke wajah Coky. Tawa kembali menyelimuti kamar itu. "Terus lo ke Batamnya gimana? Duit lo kan cuma dua puluh ribu." Tanya Liam.

Bayu mengangkat bahunya dengan wajah malas. "Mau gimana lagi, gue harus gadein nih hp sama laptop. Lumayan lah buat ongkos."

"Ck, kenapa nggak minta transfer aja sih, Bay." Rutuk Angga.

"Kakek gue mana ngerti pijit-pijit ATM, dodol!" maki Bayu.

Liam yang mendengarnya sama sekali tidak bereaksi, dia hanya terus berkutat dengan ponselnya.

"Lo baliknya kapan, Iam?" tanya Angga.

"Kayanya..." ponsel Liam berbunyi. Dia lihatnya nama Abby muncul di layar dan cepat-cepat mengangkatnya. "hm, kenapa lo? Ck, minggu depan aja deh. Nggak bisa, Ab... apaan sih, nggak kok! Yaudah... iya... malam nanti gue jemput. Hm, oke." Liam mendesah malas, "gue balik sekarang juga kayanya." Gumamnya.

"Cewek lo minta diapelin ya?" tanya Coky jahil.

"Kenalin kali, Iam, sama kita." Sambung Bayu.

"Cewek apaan sih, Abby bukan cewek gue." Bantah Liam.

Angga mendengus malas. "Bukan cewek lo, tapi setiap Abby suruh lo ini itu selalu nurut. Siapa lagi yang bisa bikin lo nurut selain dia?"

"Terserah lo deh. Gue balik ke kamar dulu." Liam beranjak dari sana tapi sebelum itu dia berbalik dan menatap Bayu. "Bay, nggak usah gadein Hp, ntar ribet. Pake aja duit yang gue transfer." Ujarnya singkat lalu keluar dari sana.

Sementara Angga, Bayu dan Coky hanya bisa termangu bingung di tempat mereka. Bayu meraih ponselnya dan mengecek saldo tabungannya melalui E-banking. "Lima juta..." gumamnya lirih. Ditatapnya Coky dan Angga yang masih memandanginya. "Kok bisa sih, kita punya temen sebangsat dia. Bikin gue terharu aja."

Angga dan Coky berpandangan lalu sama-sama terkekeh geli. Bukankah itu gunanya bersahabat?

***

Pukul lima sore. Liam sudah berada di sebuah rumah di daerah Kelapa Gading. Liam hanya membawa sebuah tas ransel tanpa pakaian. Dia memutuskan akan pulang ke rumahnya dulu malam ini.

"Eh, nak Liam, mau cari Abby?" sapa Bude Ratih, wanita paruh baya yang sudah bekerja di rumah itu selama sepuluh tahun.

Liam mengangguk dan tersenyum tipis. "Iya, Bude. Abby ada di kamarnya kan?"

"Ada kok, naik aja langsung."

"Hm... Om sama Tante?"

"Lagi ke luar kota, sekitar dua hari lagi baru pulang."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 12, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang