Lavoila

881 130 40
                                    

Menghela nafas keras, Tao menilik salah satu jam tangan favoritnya yang bernuansa silver. Sesekali menengok ke arah sebuah pintu bercat coklat gelap yang tetutup rapat. Tak kunjung melihat tanda-tanda jika pintu itu akan terbuka, ia kembali melemparkan pandangannya ke depan.

Bosan sekaligus cemas. Dan ia berusaha untuk tenang, menunggu di kursi yang telah di sediakan di sepanjang lorong terbuka bernuansa putih itu. Ponsel yang di kantonginya pun sama sekali tak berbunyi ataupun bergetar, tidak ada yang mengalihkannya dari kebosanan, sedikit membuatnya kesal.

Mengawasi halaman luas gedung pengadilan yang hijau. Taman yang asri dengan kolam ikan kecil, dihiasi air mancur buatan di bagian tengahnya. Dibatasi oleh pagar cukup tinggi berwarna hitam, sementara di luar sana jalanan tak ada sepinya.

Tao sengaja absen tidak datang ke akademi hari ini, karena dirinya harus mendampingi Ibunya yang sedang berada di balik pintu coklat yang tertutup itu.

Dan untuk yang kesekian kalinya melihat jam tangannya, pintu letaknya yang berada di samping kanannya itu berbunyi tanda seseorang membukanya dari dalam. Tao segera bangkit berdiri, jantungnya berdebar saat beberapa orang keluar dari dalam ruangan itu, hingga ia melihat sosok Qian yang hari ini memakai midi dress putih dengan knite cardigan hijau muda yang membuat penampilannya tampak segar.

"Mama"

Qian menoleh, menerbitkan senyum di bibirnya yang dipoles lipstick merah tipis yang berkilau. Menghampiri putranya, masih saling menatap, hingga ia menyentuh pipi tirus si manis yang matanya memancarkan beribu pertanyaan.

"Mama sudah bebas. Kita akan hidup berdua setelah ini"

Rasa cemas dan antisipasi di dalam hatinya lenyap seketika. Wajahnya beriak senang, meski tak menunjukkan dengan jelas rasa leganya. Tao memeluk Ibunya, mengungkapkan rasa sayang dan bahagianya, yang dibalas pelukan kedua tangan kecil Qian, memberi usapan di punggung putranya.

Menyadari kehadiran seseorang di antara mereka, Tao melepaskan pelukannya perlahan, pandangan matanya lurus di balik punggung sang Ibu.

Huang Shan menatapnya saat ini. Berdiri menjulang denga suit bernuansa abu gelap, ekspresi pria itu tak terbaca, kedua tangannya tersimpan di dalam saku celana. Tatapan matanya yang tajam jelas ia wariskan kepala sang putra yang juga mendapatkan sisi feminim dari sang Ibu.

Hanya itu yang merela lakukan, saling menatap, tanpa bicara, Qian mengelus punggung putranya, karena suasana yang mendadak menjadi aneh. Mantan suaminya itu pun beranjak, tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Tao menoleh ke sisi kanannya, menatap sang ibu.

"Kau tidak sekolah?" tanya Qian. Tao menggelengkan kepalanya.

"Aku ingin bersama mama hari ini"

"Ng?" mengerutkan dahinya samar, Qian menatap putranya tak mengerti.

"Akuㅡ"

"Oh Bibi, sidangnya sudah selesai?"

Suara berat Kris dan kemunculan laki-laki yang baru saja datang itu otomatis mengalihkan atensi antara ibu dan anak yang sedang bicara. Qian tersenyum sembari mengangguk kecil, berbeda dengan Tao yang kini memasang tatapan sangat tajam.

"Mau apa kau kemari?" nadanya ketus.

Kris beralih menatap pemuda manis itu, niatannya tak ingin membalas pertanyaan ketus si Huang ㅡkarena sudah terbiasaㅡ tapi saat sosok manis semampai itu tertangkap kedua keping hazelnya, bibirnya jadi terakatup semakin rapat.

Deg

Sialan

Qian mengerjapkan matanya, bergantian memandang Tao Dan Kris tang sama-sama terdiam Dan menatap satu sama lain. Ada apa degan kedua anak itu? Kenapa tiba-tiba diam setelah berpandangan?

BLACK MAGIC! (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang