Tiga

17.6K 2.1K 107
                                        

Saka lagi ngambek sama Daniel. Dia masih kesal sama kejadian tadi malam, Daniel nganggurin little angelnya gitu aja, mana pake nyuruh buat Saka urus sendiri lagi. Kan rasanya beda di urus sendiri sama di urusin sama Daniel. Saka kan juga kepengen ngerasain kaya gimana rasanya, Saka itu udah dewasa, tapi masa dia belum pernah sama sekali ngerasain berhubungan intim itu kaya apa.

"Aku benci sama kamu Niel."
Ucap Saka ketus di sela aktifitas sarapan mereka pagi ini.

"Kamu kan emang selalu benci sama aku Sa."
Jawab Daniel santai, anteng mengunyah roti dengan selai kacang kesukaannya.

"Tapi benci aku kali ini beda. Aku bener-bener benci sama kamu."
Ucap Saka lagi.

"Benci sama cinta bedanya tipis."
Saka diam, ucapan Daniel barusan itu berhasil nancep di hati Saka. Apa yang Daniel bilang itu benar, Saka bahkan gak yakin kalau dia benar-benar benci sama Daniel. Rasa cinta Saka untuk Daniel sudah terlalu besar, bahkan untuk sekedar membenci Daniel aja Saka gak bisa. Tapi kali ini Saka harus bisa ngambek lama sama Daniel, biar Daniel tau rasanya di cuekin sama dia itu gimana.

"Kali ini aku benci beneran sama kamu Niel, aku mau mogok ngomong sama kamu"
Ucap Saka mantap.

"Itu ngomong."

"Itu belum start."
Saka bangun dari duduknya, mengambil tas selempang yang selalu dia bawa kemanapun, yang isinya cuma ada dompet sama Hp doang. Padahal ukuran tasnya cukup besar untuk di masukin macam-macam barang, tapi Saka terlalu malas untuk bawa barang yang macem-macem. Saka malas untuk bawa beban yang berat. Beban hidupnya aja udah berat apa lagi kalau harus di tambah beban berat lainnya, Saka gak sanggup membawanya. Bukannya saka gak punya tas yang lebih kecil dan simpel. Tapi lagi-lagi, karena itu adalah tas pemberian dari Daniel, makannya Saka selalu memakai dan membawanya kemanapun.

"Mau kemana kamu Sa? Sarapan kamu belum habis."
Tanya Daniel.

"Kerja, aku males ngomong sama kamu."
Jawab Saka sebel.

"Itu ngomong."
Ledek Daniel.

"Tau ah gelap."
Ucap saka makin sebal.

"Terang gini kok Sa, gelap dari mananya coba."
Ejek Daniel lagi.

"DANIEEELLLL!!!!!!!"
Amuk Saka.

"Aku benci sama kamu."
Saka keluar sambil membanting pintu apartemen. Tapi gak lama Saka balik lagi, dia lupa belum pake sepatu. Masa Saka pergi kerumah sakit pake sendal rumah yang ada bulu-bulunya, malu dong dia sama imejnya di rumah sakit yang elegan juga ramah. Kan gawat kalo kelakuan dia yang sebenarnya gak ada elegan-elegannya terbongkar.

Sementara itu Daniel mengedikan bahunya acuh, sambil terus melahap sarapannya. Saka emang seperti itu, Daniel udah biasa liat Saka lupa ini itu. Untung aja Saka gak pernah lupa pergi tanpa pake celana.

-;-

Saka benar-benar mengacuhkan Daniel satu hari ini full. Jika biasanya Saka selalu ngedeketin Daniel atau mengedipkan sebalah matanya untuk Daniel saat mereka gak sengaja papasan. Tapi kali ini beda, saat papasan dengan Daniel pun Saka memalingkan wajahnya. Saka ogah ngeliat muka Daniel yang lempeng kaya jalan tol itu, terus Saka juga sebel soalnya Daniel gak ada niatan buat deketin atau ngebaik-baikinnya.

"Tumben Dokter gak nyapa Dokter Daniel?"
Tanya Putri asisten perawatnya Saka.

"Saya gak liat siapapun kok Put."
Jawab Saka.

"Loh itu kan barusan dokter Daniel yang lewat."
Jawab Putri bingung. Masa iya Daniel yang badannya tinggi menjulang kaya gantar gitu gak keliatan sama Saka. Apa mungkin mata Saka udah rabun?

"Oh."
Putri makin bingung ngedenger reaksi dari Saka yang cuma bergumam 'oh' doang. Putri emang gak kenal Saka dan Daniel itu seperti apa. Yang Putri tau Daniel dan Saka itu sangat dekat, kedekatan mereka bukan hanya sebatas sahabat saja, tapi sudah seperti keluarga. Jelas hanya itu yang Putri tau, sebab gak ada yang tau hubungan yang sebenarnya terjalin diantara mereka berdua.

Emergency Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang