Emergency Love [END]

Satu

Saka tersenyum saat mengingat kenangan masa kecilnya dengan Daniel. Waktu itu mereka masih polos, masih lucu dan masih imut-imut kalau menurut Saka.

Daniel juga masih baik sama dia. Masih suka senyum, juga ngejagain Saka. Gak kaya Daniel sekarang yang cuek, dingin nyebelin tapi ganteng.

Saka gak ngerti kenapa makin gede Daniel jadi dingin. Sikapnya jadi sok cool. Atau emang orang ganteng sikapnya kaya gitu ya?

Senyebel-nyebelinnya Daniel tapi dia tetep cinta sama cowok berwajah oriental dengn mata sipit itu.

"Ngapain kamu ngeliatin aku kaya gitu?"
Tanya Daniel merasa risih karena sedari tadi Saka terus melihatnya dengan tatapan penuh cinta kaya gitu.

"Kok kamu makin ganteng tiap hari ya?"
Puji Saka sambil senyum-senyum sendiri.

"Aku emang dari dulu udah ganteng."
Ucap Daniel pede.

"Ih kok kamu gak ada romantis-romantisnya. Bilang makasih sayang kamu juga ganteng."
Dengus Saka sebel. Daniel itu monoton gak ada romantis-romantisnya. Mereka udah pacaran lama bahkan udah tunangan juga. Tapi Daniel boro-boro ada manis-manisnya sama dia. Untung Saka cinta kalau enggak pasti udah Saka buang Daniel di kolong jembatan.

"Jangan banyak maunya."
Kata Daniel.

"Mau kemana kamu?"
Tanya Saka saat melihat Daniel berdiri dari duduknya.

"Ruang oprasi."
Jawab Daniel singkat.

"Kamu gak ada mau cium aku dulu gitu? Aku kan mu ke rumah sakit satunya."

"Jangan aneh-aneh Sa. Kita masih di rumah sakit."

Saka mayun. Dia kesel sama Daniel. Minta cium aja susahnya minta ampun. Kan mereka bisa pergi dulu ke kamar mandi buat ciuman. Atau nyari tempat yang sepi. Tapi Daniel gak ada usahanya untuk itu.

"Kalo gitu aku cium tembok aja. Kamu nyebelin."
Ambek Saka. Pergi ninggalin Daniel yang mengedikan bahunya gak perduli.

Saka itu menurut Daniel kekanakan, juga ambekan. Mentang-mentang dia dokter Anak jadi sikapnya kaya anak-anak.

Saka juga banyak maunya. Selalu minta ini itu padanya. Tapi anehnya Daniel gak pernah merasa keganggu. Atau mungkin karena dia sudah terbiasa dengan kelakuan Saka. Secara Daniel sudah hidup bersama sedari kecil dengan Saka. Dan dia jadi mengerti akan semua kebiasaan-kebiasaan yang di lakukan Saka.

Ngomong-ngomong soal Saka. Daniel emang udah sayang sama Saka dari dulu. Tapi Daniel gak bisa untuk mengekspresikan perasaannya. Tidak seperti Saka yang bisa dengan mudah mengekspresikan apa yang dia rasakan. Daniel buruk dalam hal itu. Tapi soal perasaannya untuk Saka gak perlu di ragukan. Dia sangat sayang pada cowok kekanakan dan lebay itu. Makanya Daniel menjadikan Saka tunangannya.

Mungkin dia bukan yang terbaik untuk Saka, karena Saka selalu protes padanya. Tapi kan manusia gak ada yang sempurna. Yang jelas Daniel selalu berusaha agar dia mencintai Saka sesempurna mungkin.

"Daniel anterin aku ke parkiran!"
Teriak Saka.

Tuh kan, Saka emang banyak maunya. Ke parkiran aja minta di anterin. Untung sayang.

Daniel menurut dan mengantarkan Saka ke parkiran. Dari pada Saka ngamuk dan gak ngebukain pintu apartemen untuknya. Masa dia harus ngungsi lagi di ruang istirahat rumah sakit, kan nanti dia di sangka gak punya rumah sama yang lainnya. Karena keseringan nginep di rumah sakit.

Mereka sudah sampai di parkiran. Lebih tepatnya udah ada di samping mobil Saka. Tapi Saka gak masuk-masuk mobil. Sedari tadi dia hanya berdiri diam sambil ngeliatin Daniel.