Kejadian di kantin tadi siang tak henti-hentinya membuat Jisoo mendenguskan nafasnya kasar. Kehidupan damai yang diimpikannya kelihatannya akan hilang. Mungkin.
Jisoo menghela nafasnya-lagi. Sudah terhitung kesekian kalinya ia melirik jam tangan yang melingkar apik di pergelangan tangannya. Kapan ayah akan datang, pikirnya.
Dia menggosok-gosokkan telapak tangannya untuk mencari kehangatan, hari semakin sore dan sudah hampir dua jam ia menunggu di halte depan sekolahnya. Rintik-rintik hujan berjatuhan secara perlahan membuat orang-orang berlarian memasuki bus terakhir yang baru datang membuat Jisoo berpikir ulang haruskah ia naik atau menunggu ayahnya yang entah akan datang atau tidak. Tadi, ayahnya menelpon dan menyuruhnya untuk menunggu di halte sekolah karena ayahnya akan menjemputnya sepulang sekolah. Namun lagi-lagi kesialan menghampiri Jisoo saat ia menyadari bahwa ponselnya sekarang kehabisan baterai sehingga ia tidak dapat mengabari ayahnya.
Setelah berpikir panjang Jisoo memutuskan menaiki bus yang hampir berjalan tersebut. Jisoo merasakan tarikan kencang di lengannya saat kakinya baru saja menapaki tangga untuk memasuki bus tersebut.
"Maaf, pak. Cewek ini nggak jadi naik, dia bareng saya." Ucap Taeyong diiringi senyum. Supir bus tersebut membalas senyum Taeyong dan menutup pintu bus.
Jisoo menatap Taeyong ingin melayangkan protes, namun lagi-lagi pria tersebut langsung berlari dengan menarik lengan Jisoo membuat Jisoo mau tak mau juga ikut berlari bersamanya. "Mau kemana, sih?" Jerit Jisoo.
"Ke parkiran lah, lo kan pulang bareng gue. Udah cepetan keburu deres ujannya." Balas Taeyong yang semakin mempercepat larinya sehingga Jisoo ikut terseret akibat tarikan Taeyong di lengannya.
"Basah kan!" Desis Jisoo mengusap lengan dan seragamnya yang basah terkena hujan. Belum lagi rambutnya yang menjadi lepek dan kacamatanya yang berembun.
Taeyong menatap Jisoo datar, "Lo ngerti nggak sih apa yang gue omongin tadi di kantin?" Tanyanya.
"Maksud lo?"
"Mulai saat ini, lo sama gue pacaran. Kita pacaran, ngerti? Jadi lo harus pulang bareng gue." Ucap Taeyong sambil menunjuk Jisoo tepat di wajahnya.
Jisoo menepis tangan Taeyong dan menatap Taeyong menantang, "Gue dijemput bokap gue dan lo nggak punya hak buat ngatur-ngatur gue! Lagian lo mau nganterin gue dengan sepeda lo setiap hari? Rumah gue jauh dan gue nggak suka ngerepotin orang jadi mending gue naik bus."
"Lo kira gue nggak ada motor?" Delik Taeyong. "Gue ada! Walaupun bukan punya gue, sih." Punya bokap gue, kan dia yang ngasih batin Taeyong.
Jisoo ingin membuka mulutnya namun disela Taeyong dengan cepat. "Udahlah intinya lo pulang bareng gue dan tenang aja hari ini gue bawa mobil kok. Mobilnya yuta." Jisoo memutar kedua bola matanya jengah dengan sikap Taeyong.
.
Selama dalam perjalanan hanya keheningan yang terdapat di dalam mobil milik yuta tersebut. Jisoo terlalu malas untuk membuka mulutnya hanya untuk sekedar berbicara kepada lelaki di sampingnya dan Taeyong yang memang selalu serius saat sedang menyetir.
Mereka sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. Jisoo memikirkan kehidupannya yang tidak sesuai dengan apa yang ia inginkan dan Taeyong yang memikirkan perkataan ayahnya Jisoo kepadanya.
"Yong, om minta tolong sama kamu untuk jagain Jisoo. Om yakin, Cuma kamu yang tahu rahasia Jisoo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Nerdy vs BadBoy | Lty.Kjs |
FanfictionTaeyong, si pentolan sekolah yang pada akhirnya terpikat dengan si cupu Jisoo setelah mengetahui rahasia kecil Jisoo.