Chapter 1. The Tears

3.6K 168 2
                                    


Seorang Namja bertubuh tinggi ramping dengan bahu lebar, wajahnya tampan sempurna dengan rambut coklat halus, kulit putih mulus sedang memandang kejauhan, seorang namja lain dengan rambut merah, kulit seputih susu dan wajah manisnya terus menatap kearah namja tampan tadi, dilihatnya perubahan wajah yang menjadi murung dan mata hazelnya yang mulai berkaca-kaca, diikutinya arah pandangan mata si tampan, dan wajahnya menjadi berkerut tak senang saat dilihatnya sosok tinggi tampan berambut pirang sedang berbicara mesra dengan seorang yeoja berambut panjang, tangannya menggenggam lembut tangan sang yeoja, sesekali mencium kedua tangan itu sambil menggoda kearah sang yeoja yang tersenyum malu-malu menerima perlakuan manis sang Namja tampan.

Namja berambut merah segera menarik Namja tampan itu pergi dari tempat yang menyebalkan, berjalan cepat sambil menggenggam tangan sang Namja tampan, yang hanya bisa mengikuti dengan pasrah langkah kaki Namja bersurai merah itu, entah berapa lama mereka berjalan sampai memasuki sebuah halaman rumah mungil namun indah dan nyaman, si surai merah segera membuka pintu rumah dengan kunci dari sakunya dan menarik si tampan yang sedari tadi diam ke dalam rumah dan menutup pintu di belakangnya, dibawanya Namja tampan itu duduk di sofa ruang tengah rumahnya yang hangat.

"Minumlah, ini coklat panas kesukaanmu", si surai merah memberikan secangkir coklat yang masih mengepul, si tampan menerima, matanya menatap wajah manis yang terus memperhatikannya dengan wajah cemas itu.
"Kenapa?...kenapa, hanya kau yang selalu baik padaku?", Suara halus Namja tampan itu terdengar, "Mengapa bertahan dengan orang yang tidak menghargai perasaanmu", tanya si surai merah tanpa menjawab pertanyaan tadi, Namja tampan itu menunduk,  "Karena aku mencintainya, sangat, sampai terasa sakit", airmata menetes di pipinya yang halus, si surai merah duduk disebelahnya diambilnya cangkir panas ditangan namja tampan itu dan meletakkannya dimeja samping sofa lalu menghadapkan tubuhnya kearah namja tampan itu, ditangkupkan tangannya ke wajah tampan yang sedang berurai air mata itu, dihapusnya butiran bening tersebut dengan ibu jarinya perlahan dan lembut, "Itu juga jawabanku, atas pertanyaanmu tadi, karena aku mencintaimu", mata hazel Namja tampan itu membulat, senyuman si surai merah membuat hatinya hangat, "Kau....tahu, tidak mudah bagiku untuk berpaling darinya, karena aku...aku...", Si surai merah menutup bibir merah muda sang Namja tampan dengan dua jarinya, "Aku juga sangat mencintaimu, dan aku akan menunggumu, Seokjin ah", sang Namja tampan Seokjin, hanya mampu memandang kearah mata si surai merah, "Yoongi, maafkan aku", bisik lirih Seokjin, Yoongi, Namja bersurai merah tersenyum tipis, sakit di hatinya ini, entah untuk keberapa kali, mungkin berpuluh bahkan beratus kali, sejak dia mengenal Seokjin 4 tahun yang lalu.

Yoongi Flashback.

Seorang pemuda sedang berjalan di koridor sekolah menengah atas dengan santai, ini hari pertamanya masuk sekolah, dia murid pindahan dari sekolah lain, dari profinsi lain tepatnya dan kenapa dia harus pindah, mungkin alasan yang klise, bisnis kedua orangtuanya lancar bahkan terlalu baik, sehingga sebagai orang yang mempunyai finansial yang berlebih, mereka menginginkan putra semata wayangnya masuk ke sekolah elit yang menjadi sekolah anak-anak teman bisnis mereka, hanya untuk status, menyebalkan padahal sekolah sudah berjalan 2 bulan, dan sekarang dia harus memulai dari awal di tempat ini, bukannya karena Yoongi akan kewalahan di sekolah elit ini, otak Yoongi termasuk cerdas, IQnya termasuk tinggi, jadi bukan akademis yang di khawatirkannya tapi lebih ke kehidupan sosialnya di sekolah, Yoongi bukan seorang pelajar populer bukan karena tidak mampu untuk populer, wajah manis dan senyumnya bisa melelehkan banyak yeoja dan bahkan Namja juga, tapi Yoongi tidak mau populer, dia tidak ingin terlalu banyak berinteraksi dengan pelajar lain, tapi di tempat baru, dia harus memperkenalkan diri terlebih dahulu, demi sopan santun tentunya, dan itu menyebalkan, dia tidak ingin berkenalan, mengenal bahkan mempunyai satu temanpun, kesendirian adalah hal yang menjadi pilihannya, kesendirian adalah hal yang menyenangkannya selama ini.
Ya itu sebelum dia melihat sosok cantik? Ah ya, sosok tampan seorang Namja yang sedang duduk di bangku taman sekolah di tepi lapangan basket, saat itu hati Yoongi berdebar kencang, matanya tak dapat melepaskan sosok Namja itu, senyumnya, tawanya dan seluruh gerak tubuhnya, membuat Yoongi merasa berpindah ke dimensi lain, semuanya bergerak perlahan dan tanpa suara, hanya tawa kecil dan sosok tampan Namja didepannya yang terdengar sampai, "Awas, duaaak, aaah", suara benturan dan teriakan Namja tadi terdengar, bersamaan dengan matanya yang terasa berkunang-kunang.
"Hei...kau tidak apa-apa?...Hei bangunlah, apa kau merasa pusing?", Samar-samar terdengar suara yang lembut, Yoongi membuka perlahan matanya, sedikit kabur, sebuah tangan yang halus membelai wajahnya, "Kau tidak apa-apa?", Suara lembut tadi terdengar lagi, dan yang dilihatnya benar-benar membuat jantung Yoongi berdebar sangat keras, wajah tampan yang membuat dia melamun tadi, begitu dekat dengan wajahnya, tangan lembutnya berada di pipi Yoongi, dan saat Yoongi benar-benar membuka matanya, dia menyadari bahwa namja tampan tadi menggunakan pahanya untuk menyangga kepala Yoongi, "Apa aku sudah mati?", tanya Yoongi bodoh, namja itu membelalakan matanya yang berwana coklat, "Apakah kau... malaikat yang menjemputku?", kali ini namja itu tertawa kecil, "Ternyata kau baik-baik saja, aku khawatir melihat kepalamu terkena lemparan bola basket tadi, ayo bangunlah", Namja itu membangunkan Yoongi yang saat itu baru sadar ternyata banyak orang yang berkerumun melihatnya, semua bubar setelah melihat Yoongi bisa berdiri, "Kau tidak merasa pusing?", tanya namja yang membuat Yoongi kehilangan separuh kepintarannya itu, Yoongi menggeleng, "Duduklah disini,....kau anak baru ya?", tanya namja itu begitu Yoongi duduk disebelahnya, "Iya, aku Min Yoongi", kata Yoongi sambil mengulurkan tangannya, "Aku Kim Seokjin", katanya sambil menyambut uluran Seokjin, "Kau suka main basket, Kim Seokjin?", tanya Yoongi, "Ah aku tidak bisa main, aku hanya suka melihat saja dan kau panggil saja aku, Seokjin atau Jinnie ya, emm kau sendiri suka?", kali ini Seokjin bertanya sambil menatap Yoongi, "Ya, aku suka sekali, aku cukup mahir bermain basket", jawab Yoongi, "Hmm kalau begitu kau harus ikut klub basket, kau mau kan?", Yoongi berpikir, "Jangan mengecewakanku, aku manajer tim basketnya", kata Seokjin sambil tersenyum, "Aku akan ikut klub basket kalau begitu", kata Yoongi tanpa pikir panjang, Seokjin tersenyum senang, "Kalau begitu selamat datang di klub dan selamat datang di kelas kita", si tampan kembali tersenyum, "Kenapa kau tahu kita akan sekelas?", Yoongi bertanya heran, "Karena aku yang meneliti hasil tesmu kemarin, kau masuk di kelas XA, dan kau akan menjadi sainganku dalam mempertahankan rangking 2 di kelas A", katanya ringan, "Rangking 2? Kenapa tidak rangking 1?", tanya Yoongi heran, "Karena kau tak akan sanggup bersaing dengan dia", Seokjin menunjuk seseorang di lapangan basket, "Dia benar-benar jenius, aku mengenalnya sejak sekolah menengah pertama", suara Seokjin melembut saat membicarakan namja itu, Yoongi melihat kearah yang ditunjuk Seokjin, dia melihat seorang namja jangkung tampan dan atletis sedang melemparkan bola ke ring, dan yak three point shoot, dan didengarnya tepuk tangan riang dari tempat duduk disebelahnya, Yoongi menoleh dan melihat wajah Seokjin yang berseri-seri dan saat itu pertama kali sakit menusuk dada Yoongi.

Yoongi flashback end.

Yoongi menarik nafas berat, sesakit ini rasanya jatuh cinta, tapi meski begitu dia tak ingin mundur untuk perasaannya ini, yang semakin dalam bersama waktu yang dia habiskan dengan namja bernama Seokjin, yang sekarang sedang berbaring di sofa dan meletakkan kepalanya di pangkuan Yoongi, Seokjin tertidur setelah lelah menangis, nafasnya kadang tersengal sisa tangisnya tadi, Yoongi membelai lembut surai coklat halus dengan rasa sayangnya yang tulus, matanya menatap wajah tampan Namja itu, Yoongi begitu mencintainya, rasa cinta yang datang tahap demi tahap bersama dengan tangis Seokjin saat sedih, bersama tawa Seokjin saat bahagia, semua yang Seokjin rasakan sudah menjadi rasa Yoongi juga, dan saat-saat seperti ini sangat membahagiakan untuk Yoongi karena dia bisa memberikan rasa kasihnya pada namja tampan ini, dia menyukai saat-saat Seokjin membutuhkan dirinya walau itu hanya sebagai pengganti orang yang Seokjin cintai.

************************

Seokjin, jangan sedih, sama aku aja 💣 (dilempar Yoongi)...🏃🏃🏃

Kenapa Namjoon ?????

Aaah sudahlah, semoga bisa menikmati membaca cerita ini.

Maafkan bila banyak typo 🙇

Jangan lupa vomentnya 🙏🙏🙏

Makasih ne 😊😊😊

Be With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang