Chapter 3. The Reveal

1.2K 132 8
                                        


Kedua Namja itu berjalan perlahan beriringan, hari sudah larut malam dan angin terasa dingin menusuk tulang, sampai langkah mereka tiba didepan sebuah rumah, keduanya berhenti, "Yoongi, apa tidak sebaiknya kau menginap, ini sudah terlalu larut dan dingin sekali", Seokjin berkata sambil menggenggam tangan Yoongi, terasa dingin karena Yoongi memberikan sarung tangannya untuk dipakai Seokjin.

Tawaran itu sungguh suatu hal yang membuat Yoongi bahagia, tapi rasanya kebahagiaannya hari ini benar-benar sudah sampai puncaknya dan apabila dia menerima tawaran Seokjin, dia merasa dadanya akan meledak karena terlalu bahagia.
Dia harus menurunkan rasa gembiranya ini agar tak terlalu berlebihan, dan membuatnya terjatuh bila nanti kembali merasa kecewa, "Tidak apa Jinnie, hari ini aku sungguh merasa senang bersamamu", Seokjin tersenyum dilepasnya sarung tangan Yoongi dari tangannya dan memakaikannya ke tangan Yoongi.
"Aku juga senang Yoongi, aku....", Belum selesai ucapan Seokjin ketika terdengar suara, "Ahh, bagus sekali, pergi berdua hingga larut dan mengajak Namja lain untuk menginap,...inikah kelakuanmu dibelakangku Seokjin".

Sebuah suara yang sangat dikenal Seokjin dan juga Yoongi terdengar dari kegelapan, rupanya si empunya suara berlindung dibalik bayangan pohon dipinggir jalan itu, dia melangkah perlahan keluar dari balik bayang-bayang pohon, memperlihatkan sosok tingginya yang gagah, dengan wajah tampan tapi penuh rasa amarah.
"Nam...Namjoon, " suara Seokjin kaget, dan refleks bergerak berlindung dibalik punggung Yoongi, gerakan itu terlihat jelas oleh Namjoon, dan membuat kemarahan Namja gagah itu memuncak.

"Kim Seokjin, kemari", kata Namjoon menahan marah atau lebih tepatnya rasa cemburunya, bagaimana dia tidak merasa cemburu, dia melihat dengan mata kepalanya sendiri, bagaimana kekasihnya itu memegang erat lengan Yoongi sambil berjalan beriringan sesekali diselingi tawa kecil kekasihnya saat Yoongi mengatakan sesuatu pada Seokjin.
Lengan yang biasa Seokjin pegang erat adalah lengannya dan melihat Seokjin melakukan hal yang sama pada Namja lain, membuat Namjoon panas hati, rasa cemburunya benar-benar sudah sampai ubun-ubun.

Seokjin merasakan takut, tidak pernah Namjoon bertingkah seperti itu, ya memang setiap bersamanya, Namjoon tidak menunjukkan kebahagiaan atau rasa senang seperti sepasang kekasih yang sedang berkencan, ekspresi Namjoon selalu datar, hanya Seokjin yang selalu merasa senang saat bersama Namjoon, tapi Namjoon tidak pernah menunjukkan kemarahan yang menakutkan seperti ini juga.

Melihat Seokjin yang terdiam tidak bergerak, membuat Namjoon tidak sabar dan melangkah kearah Seokjin tapi langkahnya terhenti, sesosok Namja bersurai merah menghalangi jalannya, Namja itu tidak mengatakan apa-apa tapi tatapan matanya yang tajam memberi peringatan kepada Namjoon agar berhati-hati dengan apa yang akan dilakukannya.

"Jangan menghalangiku, kau tidak berkepentingan dengan hubungan kami", suara Namjoon menahan amarahnya, "Aku tidak akan membiarkan kau menyakitinya, lebih dari ini", suara Yoongi terdengar begitu dingin, Yoongi sangat tidak menyukai namjoon, karena Namja ini yang selalu membuat hati Seokjin bersedih selama ini.
"Jinnie ah, masuklah ke rumah, besok aku akan menjemputmu seperti biasa", suara Yoongi melembut saat bicara dengan Seokjin yang masih rapat berlindung dibalik badannya.

Namja tampan itu menganggukkan kepalanya, dan bergegas melangkah masuk kearah rumahnya, tapi tangannya tertahan tangan Namja gagah yang sedang dilanda cemburu itu, "Jadi kau lebih memilih mematuhi kata-katanya daripada aku, kekasih macam apa kau ini?".

Pegangan tangan Namjoon di pergelangan tangan Seokjin mengerat membuat Seokjin merintih kesakitan, Yoongi yang melihat itu segera menepis tangan Namjoon dengan keras sehingga pegangan tangan Namjoon terlepas dari pergelangan tangan Seokjin.
"Apa yang kau lakukan, kau selalu menyakiti hatinya sekarang kau menyakiti tubuhnya juga?", Tanya Yoongi geram, di lihatnya pergelangan tangan Seokjin yang merah bahkan agak membiru.

Be With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang