This is really the end?

311 36 10
                                    

"Woah! Akhirnya kita berdua resmi single!" Seru Go Ara sesaat setelah Shin Hye memasuki cafe dan duduk tepat dihadapannya.
"Yah! Biasa aja bisa gak sih? Malu tau diliatin orang masuk-masuk langsung diteriakin." Ujar Shin hye sambil melihat keadaan disekeliling cafe itu.
"Mian! Aku terlalu bersemangat." Ara tersenyum senang.

"Aku sedang memikirkan banyak hal yang bisa kita lakukan bersama sebagai wanita single! Kita bisa berbelanja, berlibur bahkan melakukan blind dates!"
"Kau sepertinya satu-satunya orang yang bahagia melihatku patah hati seperti ini." Shin Hye hanya tertawa saja mendengar ocehan sahabatnya itu sambil menyeruput ice americano kesukaannya.

Sekarang semuanya sudah kembali seperti biasanya, sejak pembicaraan Shin Hye dengan Soo hyun di telpon beberapa hari yang lalu mereka benar-benar lost contact. Semua kerabat terdekatnya bahkan keluarganya sendiri pun tidak terlalu banyak mengungkit ataupun membahas mengenai skandal percintaannya yang masih hangat dibicarakan. Walaupun perasaan sakit itu masih kadang muncul, tapi dia yakin itu akan sembuh dengan sendirinya.

"Jadi apa yang akan kau lakukan sekarang? Maksudku apa yang menjadi kesibukanmu?" Suara Ara memecah lamunan Shin Hye.
"Hmm. I don't know. Kembali menyibukkan diri dengan rutinitas ku seperti biasanya."

Ara menyentikkan jarinya. "Aku punya ide bagus, bagaimana kalau kau ikut denganku ke reuni kampus. Mungkin itu bisa menghiburmu, kita bisa bertemu dengan banyak orang. Kau bisa mencoba berkenalan dengan pria--"
"Ara-ah, apa yang kau rencanakan? Itu artinya kita akan bertemu alumni Chung-ang, apa kau lupa kalau Soo hyun mungkin akan ada disana!" Shin Hye langsung menghentikan saran dari sahabatnya itu. "Aku tidak yakin bisa menghadiri acara itu, dan aku juga tidak ingin memiliki hubungan lagi dengan pria dari Chung-Ang?" Tegas Shin hye.
"Ah, kau benar juga aku sampai lupa. Kenapa juga sih kau selalu berarhir dengan pria-pria dari Chung-Ang, seperti tidak ada yang lain saja." Ara menggelengkan kepalanya menyadari hal itu.
"Yah seperti itulah, lebih baik tidak usah membahasnya lagi."

"Tapi ngomong-ngomong, momen ini bisa kau gunakan untuk menunjukkan padanya kalau kau baik-baik saja. Tidak ada sakit hati atau apapun itu." Ara berhenti sejenak sembari menatap Shin Hye lekat. "Tunjukkan padanya kalau kau bisa lebih baik tanpa dia dan bisa mendapatkan pengganti yang lebih pantas darinya." Lanjutnya mantap.

Shin Hye sedikit terkejut mendengarkan saran itu, adakalanya ternyata ucapan wanita dihadapannya ini ada benarnya juga. "Dari naskah drama mana lagi kau mendapatkan kata-kata itu,tumben sekali."
"Kau ini, aku sedang serius. Jujur aku sudah bosan mendengarmu mengatakan aku sudah lelah menjalin hubungan atau aku tidak ingin jatuh cinta lagi saat mabuk. Kau seharusnya menunjukkan langsung kepadanya, jangan beraninya memaki bartender saja." Ara mengucapkan kata-katanya lantang sambil menunjuk Shin Hye. Sedangkan yang diajak bicara hanya memasang tampang cuek.

"Shin Hye-ah. Aku mengetahui pria-pria kriteriamu, dan aku berencana ingin mengenalkanmu padanya. Bagaimana apa kau mau?" Ucap Ara sambil membayangkan apa yang baru saja ia katakan.
Shin Hye menggelengkan kepalanya sambil tetap menyeruput iced americano miliknya. "No, thanks. Aku belum lama putus masa sudah mau menjalin hubungan lagi, sudahlah nikmati dulu saja masa single ini."
"Sepertinya kau hanya beralasan, sebenarnya kau masih menutup diri dan masih mengharapkannya kan?" Ara berbisik pelan sambil mengecek ponselnya.
"Yah! Aku mendengarnya!"

"Shin Hye bisa pinjam ponselmu sebentar, ponselku perlu dicharge aku ingin menghubungi managerku." Pinta Go ara sambil mengambil ponsel Shin hye.

Ara lantas mulai membuka ponsel Shin hye hendak menghubungi managernya, namun betapa kagetnya dia saat menyadari apa yang sedang dilihatnya. Sampai-sampai hampir memuntahkan minumannya sendiri.
"Yah! Kau sudah gila?" Teriaknya
"Ani. Wae?" Shin Hye kaget dengan teriakan temannya itu.
"Tadi katanya mau move on, kan?"
Shin Hye menganggukan kepalanya setuju. "Yep."
"Trus kenapa Soo hyun masih menjadi favorite kontakmu, speed dial, bahkan kau terlihat masih sempat-sempatnya mau menelponnya?"
"Ah, itu ya."

UnconditionalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang