Prolog

12 3 2
                                    

Tahun 2001, 3 November.
Pukul 13:27 siang,
Inggris.

Abigail mengambil secarik kertas dan sebuah pulpen dan mulai menulis dengan iringan suara radio yang ia tidak dengarkan sama sekali.

"Ayah, apa kabar? Aku selama tiga tahun sudah mengumpulkan uang. Dan aku ingin menggunakan uang itu untuk mengunjungimu di Amerika. Aku dan Ibu disini baik-baik saja. Aku akan pergi ke Amerika mungkin sekitar minggu pertama bulan Desember. Aku tidak sabar ingin menemuimu. Kutunggu balasanmu. Penuh cinta, dari Abigail,"

Abigail menyelipkan foto dirinya dan Ibunya didalam amplop polos beserta surat yang ia tulis. Ia menempelkan perangko kecil dipojok atas dan memasukkannya ke dalam tas selempang berwarna nude miliknya.

"Ibu, aku ingin mengirim surat dulu,"

"Ya, hati-hati,"

Seusai berpamitan, Abigail mengayuh sepedanya menuju mailbox kecil berwarna merah yang hanya berjarak beberapa meter dari rumah Abigail.
Gadis itu sempat mampir sebentar di taman untuk melihat air mancur dan beberapa anak kecil yang sedang bermain.
Setelah beberapa saat, abigail kembali mengayuh sepedanya untuk pulang.

***

5 Desember, 2001.
Pukul 18:15.
Bandara Internasional London Heathrow

Abigail dan ibunya berbincang-bincang sambil menikmati makanan airport yang tidak begitu menarik, namun cukup untuk mengganjal perut sebelum jam makan selanjutnya.

"... Attention to all passengers with flight number RF-886 to gather at waiting room C within 15 minutes as the plane has arrived..."

Mendengar pengunguman tersebut, Abigail langsung tersenyum lebar.

"Ah, itu pesawatnya, Mam,"

"Ayo, kita naik, nanti terlambat,"

Ibu dan anak itu beriringan menuju pintu ruang tunggu C seperti yang diberitahu dipengunguman.

Setelah melalui beberapa tahap ruangan dan lorong yang lebar, Abigail dan ibunya sampai didalam pesawat.

"Aku tidak sabar, Mam! Kita akan merayakan ulang tahunku yang ke-16 bersama Ayah, kan?"

Abigail yang bersemangat itu terlihat kekanak-kanakan. Dia bahagia, setelah 3 tahun akhirnya ia dapat mengunjungi Ayahnya yang bekerja di Amerika.

"Iya, sayang,"

Ibunya mengecup kening Abigail dan tersenyum. Mereka menunggu beberapa menit kemudian pesawat lepas landas.

"Ayah, aku akan segera bertemu denganmu!"

***

6 Desember.
Pukul 2:22 pagi.
Diatas Samudra Atlantik.

"Abigail, kamu tidak tidur?"

"Tidak, ibu. Aku tidak bisa tidur. Ngomong-ngomong, majalah ini menarik sekali,"

Abigail fokus membaca beberapa buku majalah yang terdapat di pesawat. Majalah tentang fashion dan lifestyle.

Keheningan dipesawat membuat Abigail merasa nyaman. Ada sedikit dengkuran bapak-bapak namun samar, itu tidak mengganggu.

Ya, semuanya hening. Sampai semua terbangun dan terkaget-kaget ketika sekelompok pramugari berteriak panik dan terburu-buru memakai pelampung.

"SEMUANYA! AMBIL PELAMPUNG DAN SESEGERA MUNGKIN MENYELAMATKAN DIRI! PESAWAT AKAN TENGGELAM!"

Seluruh pesawat yang awalnya tenang, langsung menjadi ribut. Semuanya panik, tidak tahu harus berbuat apa. Bahkan ada beberapa yang menangis dan terus menerus minta tolong karena pesawat terguncang.

Sistem pesawat seketika padam seluruhnya. Pesawat semakin lama semakin turun dengan kecepatan yang terus meningkat.

Abigail melihat disekitarnya. anak kecil yang menangis dan wajahnya memerah. Pasangan suami-istri yang panik dan tidak tahu harus bagaimana. Dan sekelompok orang yang berlari tanpa tujuan.

Abigail berteriak.

"Ayahh!"

Pesawat berada dibawah 500 meter diatas permukaan laut. Dalam hitungan detik, pesawat itu tenggelam dan meledak.

Kemudian semuanya menjadi gelap.

***

6 Desember.
Pukul 12:33.
Washington DC, Amerika Serikat.

"Hei, coba lihat di TV! Ada kecelakaan,"

Noel melihat kearah TV yang ada dipojok ruangan. Berita siang hari rupanya, gumamnya. Namun Noel langsung fokus menonton acara itu setelah melihat judul berita utamanya.

"... Pesawat dengan nomor penerbangan RF-886 dari London-Washington dini hari pukul 2:29 tenggelam di samudra atlantik, tim penyelamat saat ini masih mencari jasad para korban yang diperkirakan mayoritas adalah perempuan dan anak-anak..."

Noel terkejut luar biasa melihat berita itu. Dari atas permukaan laut terlihat beberapa keping bagian pesawat yang mengambang.

"Penerbangan RF-886? Itu bukannya pesawat yang dinaiki Abigail dan Hannah?"

Noel kembali melihat menuju TV

"Sejauh ini masih dalam proses pencarian. Namun, menurut informasi, pesawat diperkirakan kehilangan kontak pada sekitar pukul 2:25 dan pesawat kehilangan kendali. Kemudian dalam waktu empat menit, pesawat itu meledak dan tercebur di samudra. Jasad-jasad penumpang masih belum ditemukan, namun berikut daftar penumpang yang menaiki pesawat dengan nomor penerbangan RF-886.."

Noel membaca satu per satu nama yang tertera dilayar. Kemudian jantungnya terhenti sesaat ketika melihat dua buah nama yang tertulis.

Abigail Rose Hills dan Hannah Hills.

***

♪Thank you for reading
This part ends here!♥♪
Please vote and leave a comment here, thank you ♥

DecemberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang