1

12 3 2
                                    

16 tahun kemudian.

1 Desember, Inggris

"Abigail, apa kau ingin merayakan ulang tahunmu dirumahku? Dirumahku tidak banyak orang, hanya ada aku, paman, dan tanteku. Orangtuaku pergi ke Kanada,"

"Dirumahmu? Apa tidak merepotkan?"

Stephanie tersenyum lebar. "Tidak apa-apa, lagipula rumahku sepi sekali. Aku butuh party,"

Abigail tersenyum dan sedikit menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia mengambil handphone yang berada di dalam saku rok seragamnya.

"Aku tanya Ibuku dulu,"

"Baiklah. Beritahu aku kalau ia memperbolehkan,"

Abigail menulis whatsapp untuk ibunya.

"Mam, stephanie mengajakku untuk merayakan ulang tahun dirumahnya. Boleh?"

Setelah beberapa detik, ibunya membalas.

"Boleh,"

Melihat sepenggal bubble chat itu langsung membuat abigail riang. Dia tersenyum lebar dan melompat kecil seperti anak-anak. Karena sebentar lagi dia akan berusia 16 tahun, dan ia merayakannya dirumah sahabatnya.

"Let me guess, dibolehin?"

"Yes! Hari ini aku ke rumahmu, ya, kita rencanakan acara ulang tahunku sama-sama,"

"Okay!"

Stephanie memandang wajah abigail. Ia ikutan senang. Karena baru pertama kalinya mereka membuat pesta sejak mereka bertemu lima tahun yang lalu. Plus, pestanya dirayakan dirumah stephanie yang baru dan abigail belum pernah kesana.
Mereka mengambil tas masing-masing, dan berjalan riang menuju mobil stephanie. Sudah ada supirnya yang menunggu sedari tadi.

***

"Steph, ini rumah barumu? Besar sekali..."

Abigail terkejut-kejut melihat rumah baru stephanie yang bernuansa mewah --- hitam, putih bersih, dan coklat --- dengan sebuah mobil yang terparkir didepan garasi. Ada air mancur, beberapa kuntum bunga yang ditanam, dan kolam renang dibelakang rumah.

"Ini sebenarnya rumah pamanku. Baru direnovasi menjadi rumah yang didesain ayahku. Rumah pamanku yang baru masih dicat dan ditata oleh beberapa tukang, jadi dia tinggal sementara disini,"

Abigail tersenyum mengangguk mendengar cerita dari stephanie. Entah kenapa, abigail merasa ada sesuatu yang aneh. Seperti ada ikatan antara ia dan rumah itu. Padahal, baru kali ini abigail pergi ke rumah stephanie yang baru. Rumah itu terkesan familiar baginya.

Halah, nggak mungkin. Ngaco banget sih. Kalo desain rumah kaya gini kan emang populer, palingan aku pernah lihat rumah dengan desain seperti ini disuatu tempat makanya terkesan familiar, gumam abigail.

Stephanie dan abigail berjalan beriringan menuju pintu masuk yang berwarna coklat. Mereka memasukki rumah stephanie bersama-sama.

"Aku pulang, paman. Aku bawa teman,"

Begitu masuk, abigail disuguhkan ruang tamu yang berkesan mewah pula. Ada aksen Inggris lama, tetapi ada aksen barat-baratan yang modern. Ada guci, foto keluarga stephanie, piano berwarna hitam diruang tengah yang terhubung dengan ruang tamu, TV, dan sofa-sofa kulit.

DecemberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang