Kota Yogyakarta menjelma menjadi kota rindu saat kau pergi dari hidupku. Banyak kenangan di jalan-jalan itu, di simpang Jalan Malioboro sampai Titik 0 km Yogyakarta, hingga di cafe pertama kita bertemu. Bayang-banyangmu masih tergambar jelas dengan senyum menggoda juga bibir tipismu dan canda-tawa itu. Entah apa yang aku rasakan? Kecewa, penyesalan, rindu? Semua seakan menjelma menjadi satu kata, sayang. Di antara lalu-lalang wisatawan aku termangu di simpang jalan itu mengingat-ingat masa kau dan aku juga kota ini yang kini menjadi abu-abu.
Setelah kepergianmu setengah tahun lalu, tanpa kata kau siratkan hanya secercak kata lewat surat singkat.
"Aku bukan wanita bayaran walaupun aku tak memiliki uang seperti yang kau miliki, aku kembalikan uangmu yang telah kau berikan kepadaku. Maaf atas semua yang telah terlewatkan tentang kita, anggap saja kita tidak pernah kenal setelah hari ini. Terima kasih untuk semua hal yang berharga ini, aku tidak pernah menyesal mengenalmu. Namun, aku menyesal dengan apa yang sudah terjadi di antara kita."
Hanya secercak surat yang kau tinggalkan pada pagi itu, setelah malam yang panjang kita lalui. Anggunku, setelah setengah tahun ini aku ingin melupakanmu. Namun, tidak segampang membalikan telapak tangan. Aku belum bisa melupakanmu sampai saat ini, dalam setiap malam hingga pagi lagi sampai seterusnya bayangmu masih melekat dalam pikiran-pikiran ini.
Anggunku, aku merindukanmu di kota ini. Kota Yogyakarta yang mempertemukan kita. Kota Yogyakarta yang menjelma rindu dari belenggu yang kian semakin mengganggu hidupku dari bayang-banyang masalalu. Anggunku, ada yang harus kau ketahui bahwa aku jatuh cinta kepadamu. Cara apa yang harus kulakukan untuk melupakanmu, mungkin kematian?
Pada malam yang mulai larut dan wisatawan mulai sepi dari kerumunan. Juga rembulan, bintang-bintang yang tersenyum haru dan angin-angin syahdu mulai menyelimuti kesedihanku. Malam larut membuat mata tak sanggup menahan kantuk dan sebotol wisky tergengam sembari berjalan lunglai karna alkohol. Aku berjalan menyebrang jalan itu dan terdengar plakson kencang dari arah timur bersamaan menabrak diriku, aku terpental dan tak bernyawa lagi. Sebelum tak bernyawa aku tersenyum melihat kebahagianmu dalam bayangku.
Penulis masih dalam tahap belajar. mohon koreksi dan saran-saran pembaca semua.
terimakasih...Salam Literasi !
YOU ARE READING
Perjalanan Tanpa Ujung
Short Storyperjalanan tanpa ujung adalah judul kumpulan cerpen yang nantinya akan melahirkan cerita-cerita pendek tentang sebuah perjalanan penulis ini sendiri yang dibantu dengan imajinasi fiksi dari penulisnya.