Kisah Perempuan Penghibur

307 1 0
                                    


Waktu begitu lamban berputar di saat perempuan itu menunggu di sebuah pekerjaan yang amat belenggu. Namun, sebaliknya waktu begitu cepat berlalu ketika kebahagian memihak kepadanya. Perempuan itu pernah berfikir untuk mengakhiri hidupnya saja. Namun, perempuan itu memiliki buah hati yang masih begitu belia. Usia perempuan itu sudah hampir tiga puluh tahun perempuan itu pun belum menikah. Bukan karna tidak ingin untuk menikah.

“Namun mungkin keadaan yang membuatnya seperti ini dan mungkin tak ada laki-laki yang menginginkannya” pikirnya.

Pekerjaannya menjadi perempuan penghibur dengan pekerjannya inilah perempuan itu memiliki buah hati yang sangat ia sayangi bahkan ia rela meneruskan pekerjannya menjadi seorang pelacur  untuk kebahagian buah hatinya, buah hatinya berumur empat tahun kini. Perempuan itu tahu apa yang ia lakukan adalah hal yang sangat berdosa bahkan perempuan itu pernah belajar tentang agama di salah-satu pondok pesantren ternama di daerah kota Bogor. Setiap jarum jam yang beputar perempuan itu selalu memikirkan buah hatinya, buah hatinya pernah bertanya kepadanya

“mah ayah mana?”

pertanyaan itu selalu membuat perempuan itu meneteskan air matanya. Namun perempuan itu menjawab pertannyaan anaknya dengan berbohong.

“sayangg... ayah sudah meninggal sejak usiamu satu tahun” dengan isak tangis ia menjawab.
Namun, anaknya selalu berkata pada perempuan itu.

“mamah bohong... mamah pasti bohong” dengan isak tangis dipipi halusnya.

Anaknya bernama Firdha Wulandari ia cantik dan yang pasti bagi perempuan itu anaknya adalah segala-galanya, bahkan perempuan itu relakan dirinya, jiwanya hingga harga dirinya hanya untuk anaknya Firdha Wulandari.
Perempuan itu ingin sekali keluar dari kenyataan dari kehidupan yang ia jalanin sebagai perempuan penghibur. Perempuan itu pun ingin bahagia, seperti perempuan-perempuan lainya menjadi seorang ibu dengan keluarga yang utuh layaknya sebuah keluarga. Ketakutan dalam hidupnya ialah jika buah hatinya mengetahui bahwa ia adalah perempuan pelacur. Itu adalah hal yang tak pernah ia inginkan dalam hidupnya. Disela-sela waktu di saat minggu pagi yang cerah dengan mentari yang menghiasi bilik kecil milikya berdua.
Buah hatinya bertanya padanya.

“mah... sebenarnya pekerjaan mamah apasih? Boleh ga aku ikut mamah ke tempat pekerjaan mamah?” dengan muka polosnya yang anggun.
Itulah pertanyaan yang tak pernah ia harapkan. Namun perempuan itu tetap menjawab pertanyaan anaknya.

“iya sayang... nanti mamah ajak ketempat pekerjaaan mamah” dengan raut muka membiru.

***

Suatu ketika ketika perempuan itu pulang dari pekerjaan malamnya di larut malam dengan suara-suara jangkrik, malam yang begitu sunyi juga raut wajah lelah dan wisky membuatnya sedikit mabuk. Ia terserempet dengan sepeda motor yang dikendarai oleh lelaki berpakain soleh dengan sorban dibahu dan menggunakan peci dikepalanya setelah pulang dari solat subuh berjamaah dimasjid. Dengan keadaan perempuan itu  pingsan akibat alkohol dan terserempet motor, akhirnya lelaki bersorban itu memutuskan untuk membawanya pulang kerumahnya yang tidak terlalu jauh dari tempat kejadian.

“aku berada di mana?” dengan suara lirih dari prempuan itu dengan muka kebingungan.

“kamu ada dirumahku” saut suara laki-laki dari belakang pintu.

“silakan diminum dahulu teh hangatnya” lanjut laki-laki itu.

“bagaimana bisa aku berada di sini?” Tanya perempuan itu.

“tadi subuh kamu terserempet olehku, kemudian kamu pingsan lalu aku kebingungan hingga akhirnya aku bawa kamu kemari. Sebelumnya aku mohon maaf sebelunya” jawab laki-laki itu.

Perjalanan Tanpa UjungWhere stories live. Discover now