-4-

209 36 23
                                    

Bisakah kehidupan kita semenantang Matematika?

.

.

Surganya para pelajar ialah jam kosong. Tak mau tahu apa alasannya, entah guru rapat, guru yang mengajar sedang pelatihan, atau sedang sakit, intinya mereka tetap akan merasa senang. Jam kosong ialah kebahagiaan tersendiri bagi kebanyakkan pelajar.

Kahfi baru saja muncul dari balik pintu, sendirian, tidak ada Bu Resti-selaku guru SBK, dan tidak ada pula buku-buku paket yang ia bawa. Kahfi tersenyum manis di depan kelas-memamerkan lesung pipinya itu, sedangkan seisi kelas menatapnya dengan gemas-pasalnya Kahfi tak kunjung berbicara.

"Oke guys, Bu Resti pelatihann!!" Dhoni berteriak histeris, mendahului Kahfi yang hendak mengeluarkan suara. Sontak seisi kelas menjadi senyap, berharap-harap cemas bahwa informasi dari Dhoni tadi tak salah.

Tak ada sahutan dari Kahfi, lelaki berlesung pipi tersebut kembali ke bangkunya, mengambil buku lantas terhanyut dalam bacaannya.

"Ini beneran ngosong kita?" Yudith bertanya sekali lagi, sekedar memastikan bahwa ucapan Dhoni tadi benar.

Tak ada jawaban yang berupa suara, seisi kelas hening-memperhatikan Kahfi dengan keadaan masih sama seperti tadi, harap-harap cemas. Di sepersekian sekon kemudian, Kahfi mengangguk, dan seisi kelas menjadi heboh.

"Uyeyyy!" Teriak Yudith histeris, terlalu bersemangat dengan informasi tadi.

Arjun memangku dagunya dengan tangan kiri miliknya, ia tak terlalu bersemangat, pikirannya sedang tak ada di kelas, yang ia pikirkan ialah siapakah gerangan nama si gadis cantik bermanik mata coklat tersebut.

"Raisa udah nikah, udah ah, Chelsea aja!"

Secara samar-samar Arjun mendengar suara Yophan, diliriknya dengan Arjun secara sekilas-sekedar untuk memastikan bahwa itu benar suara Yophan. Dan benar saja, di sudut ruangan Yophan duduk bersama Faisal, mulai memperdebatkan perihal kemarin.

Merasa dilirik, Yophan menoleh, dan langsung mendapati Arjun yang menatapnya datar. "Kenapa, Jun? Mau gabung?"

Arjun menggeleng singkat, ia lantas menatap ke arah lain-memperhatikan seisi kelasnya yang layaknya bak pasar obral. Di dekat pintu, Arjun melihat si jenius Yudith dan Ana yang tersenyum-senyum sendiri, ralattt-yang tersenyum itu cuman Yudith.

"Mau kemana, beb?" Suara Yudith terdengar, ia bertanya kepada seseorang yang Arjun yakini ialah Wahyu, si makhluk dari XII IPS 3.

Wahyu tak menjawab, ia pergi melenggang begitu saja meninggalkan Yudith, sedangkan Arjun berusaha mati-matian menahan tawa melihat raut muka Yudith saat ini. Arjun sekali lagi memperhatikan Yudith, dan entah kenapa saat melihatnya, Arjun malah teringat akan kejadian saat ulangan kemarin. Jika Yudith tahu bahwa kemarin Arjun membaca pikirannya, dan lantas menyalin jawaban ulangannya, bisa-bisa Arjun dalam bahaya.

Yudith, nama lengkapnya Yudith Delta Cerria Ariesti-terlalu panjang, terlalu susah diucapkan, dan terlalu susah pula jika nantinya ingin mengisi data diri saat ujian, tapi untungnya tahun ini ujian dengan sistem manual telah berganti dengan UNBK. Ujian Nasional Berbasis Komputer, jadi lebih mudah untuk mengisi data diri.

Yudith itu beda. Jika kebanyakkan orang berpikir murid jenius itu pasti pendiam, kutu buku, dan main ke perpustakaan mulu, tapi tidak dengan Yudith. Yudith itu pecicilan, kerjaannya ngegodain cogan-cogan di SMA 11, dan mulutnya nggak pernah berhenti bicara-kecuali kalo lagi sariawan.

"Jangan diliatin mulu, entar naksir, loh!!" Ucap Faisal tiba-tiba, ia tersenyum lantas menaik-turunkan alisnya-menggoda Arjun. Begitu pula dengan Yophan, ia sibuk memamerkan deretan giginya.

GalaksidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang