-5-

179 29 23
                                    

  Jangan terlalu banyak menunggu, bukankah lebih indah dengan bertindak? Semuanya akan tetap sama jika tanpa pergerakan .

.

.

"Arjun Rillen!"

Arjun mendongak, merasa bahwa benar namanya yang disebut, buru-buru dia berdiri lantas menghampiri meja guru untuk mengambil selembar kertas hasil ujiannya beberapa hari yang lalu.

Kertas yang semula berada di tangan Bu Dina—guru Matematika kemudian berpindah tangan ke Arjun, "Congrastulation!" Ucap Bu Dina serta diikuti senyumnya. "Tapi ada yang ingin saya sampaikan, hal ini berhubungan dengan hasil ujian kamu."

Arjun diam, menunggu kalimat selanjutnya yang akan Bu Dina ucapkan, sedangkan yang lainnya hanya mengamati percakapan antara murid dan guru dari bangku mereka masing-masing.

"Mengapa hasil ujian kamu sama dengan Yudith?"

Tak ada suara, Arjun hanya diam, sebelumnya ia sudah tahu apa yang akan Bu Dina bicarakan, tapi meski begitu Arjun belum sempat merangkai kata yang tepat untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dari Bu Dina.

"Kamu nyontek?"

"Ng—nggak kok, Bu!"

"Oh, ya? Jadi kamu pikir saya akan percaya?"

"Yaampun, Bu! Beneran, deh, saya nggak nyontek."

Tapi cuman baca pikirannya aja.

Arjun diam, ingin sekali membantah bahwa ia tidak mencontek, tapi rasanya percuma saja. Dan di sepersekian menit berikutnya Arjun tetap memilih diam, bertahan mendengarkan kultum singkat dari Bu Dina yang tanpa diperbolehkan dirinya untuk mengajukan pembelaan.

...

Bel istirahat pertama berbunyi dengan nyaringnya dan Arjun sama sekali enggan beranjak dari bangkunya, ia tidak mood untuk melakukan apapun, yang ia lakukan hanyalah tidur dengan nyenyak, berpelukkan mesra dengan sang guling, lantas mendengarkan beberapa lagu mellow sebagai penghantar tidur.

Namun itu hanyalah imajinasi belakanya, nyatanya selama beberapa jam ke depan ia tetap harus menetap di sekolah.

Baru dua menit yang lalu Faisal dan Yophan berpamitan ke kantin dan jangan lupakan pula Hafiz yang juga bergabung, tapi raganya saja yang bergabung, hati dan yang lainnya entah kemana.

Arjun mengamati seisi kelas yang masih tersisa, hanya ada Aisyah, Triana, dan Yudith. Mereka tidak melakukan apa-apa, Yudith sibuk dengan bukunya, Triana sibuk dengan ponselnya, sedangkan Aisyah sibuk dengan mimpinya.

Aisyah mendengkur halus, tak jerah rupanya dirinya itu tidur di kelas setelah diganggu oleh Yophan tadi. Dari tempat duduk yang hanya berjarak satu bangku, Arjun mengamati Aisyah.

Aisyah itu mantan Arjun, mantannya Arjun sejak beberapa tahun yang lalu. Aisyah dan Arjun pacaran sejak kelas X, dan hanya berlangsung 6 bulan, mungkin. Selain itu, Aisyah itu juga mantannya Yophan. Mereka pacaran setelah beberapa minggu menyandang gelar sebagai kakak kelas dan hanya berlangsung selama 15 hari.

Aisyah itu manis, tapi please jangan dijilat.

"Jangan diliatin mulu si mantan, entar ngajak balikkan lagi!" Ucap Ronnan tiba-tiba. "Kenapa nggak ke kantin?"

"Baru aja mau ke kantin." Sahut Arjun, ia dengan cepat beranjak meninggalkan Ronnan yang menatapnya dengan alis terangkat.

Ronnan, Ronnan Rey lengkapnya. Ronnan ialah teman Arjun sewaktu kelas X, dan pada kelas XII sepertinya takdir kembali meyatukan mereka berdua. Mereka kembali sekelas setelah terpisah pada kelas XI.

GalaksidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang