"Ini tugas apaan? Gue nggak ngerti!" ujar Dodit sambil mengacak rambutnya.
"Lebay!" sahut Oliv.
Dodit tidak mengubris apa yang dikatakan Oliv padanya, seketika Dodit berlutut seraya mengangkat kedua tangannya ke atas, "Gusti. Tolonglah hambamu ini. Kenapa hamba harus satu kelompok sama Nesi?" ucapnya mendramasitir.
"Oh! Jadi lo nggak suka satu kelompok sama gue?!" Oliv menatap tajam Dodit. Ia tahu kalau sebutan 'Nesi' itu ditujukan kepadanya. Nesi sendiri ialah kepanjangan dari Nenek Sihir.
Dodit menggeleng, "Bukan itu maksud gue."
"Terus apa?!"
Dodit yang melihat Oliv sedang marah kepadanya hanya cengengesan. Takut nanti hal yang tak diinginkan akan terjadi padanya jika dia tetap menyahut ucapan Oliv. Berabe urusannya!
Sedangkan mereka, Chiya, Vanni, Vino, dan Alvin hanya diam acuh tak acuh. Nando? Jangan ditanyakan lagi, karena Nando emang dari sananya udah cuek! Jadi dia tidak perduli sama mereka, sesekali ia hanya membuang nafas kasar. Sedikit kesal, mungkin?
***
Sudah tiga jam mereka berkutat dengan tugas-tugas itu. Tapi, belum ada satupun dari mereka yang selesai mengerjakannya. Biasalah kalo anak cewe, banyak gosipnya daripada ngerjakan tugas. Anak cowo? Entahlah.
Chiya sedari tadi melihat buku tugas yang ada di tangannya, dia terlihat fokus saat melihat tugas itu. Bukan berarti dia fokus melihat bisa mengerjakannya, dia nggak tahu sama sekali, pikirnya.
Chiya melirik arloji yang ada di tangannya, "udah sore ternyata," ujarnya seraya menghembus nafas pelan. "Capek! Tugas belum selesai lagi, besok lusa dikumpul. Lapar! Ngantuk!" Chiya bermonolog sendiri.
"Lapar? Lo lapar Ci?" tanya Vino dengan wajah polosnya. Vanni yang disebelah Vino pun refleks memukul lengannya, Vanni tak habis pikir bagaimana jalan pikir si Vino. 'Udah jelas tadi Cici ngomongnya lapar, masih aja ditanya!' ujarnya dalam hati.
Alvin menggeleng melihat betapa bodoh sahabatnya itu. Alvin menoleh ke arah Dodit, "Dit, lo tau nggak emaknya Vino ngidam apaan sampe anaknya begitu? Ngeri gue liatnya," tanya Alvin dengan suara yang keras. Dia memang sengaja berbicara keras supaya Vino mendengarnya.
"Nggak tau tuh," sahut Dodit. "Kata emak gue kalo ada orang yang crazy," melirik ke arah Vino, "itu tandanya orang tersebut gila."
"Lah kampret! Sama aja dodol!"
Vino yang mendengar temannya berkata seperti itu padanya hanya memanyunkan bibir, "Mami... aku dikatain crazy sama mereka! Mereka jahat!" teriak Vino seraya menghentakkan kaki keluar dari kamar Nando.
Alvin dan Dodit saling menatap, "cih ngambek!" ucap mereka bersamaan, lalu tertawa.
"Udah-udah, kasian tuh si Vino jadi bahan bully-an kalian," ujar Vanni membela Vino.
"Ciee... ada yang marah nih pacarnya diganggung," sahut Chiya dan Oliv bersamaan.
Semburat merah muncul di wajah Vanni, bukannya tersipu malu, malahan dia sedang menahan emosi. "Apaan sih! Maksud gue itu, gue seneng ngeliat kalian nge-bully dia, hahahaa,"
Vino yang masih berdiri di depan pintu seketika memukul pelan dinding yang ada di sampingnya. Dia tidak pergi kemana-mana, setelah keluar dari kamar Nando, dia hanya berdiam disana sambil menguping apa yang dibicarakan mereka. Tak disangka ucapan Vanni barusan membuatnya sakit hati? Dia tahu kalau mereka hanya bercanda, tapi kenapa hatinya merasa sakit dengan ucapan Vanni?
Setelah itu, dia memutuskan untuk pergi ke dapur. Siapa tahu dengan menyemil bisa mengembalikan moodnya.
***
Annyeong!
Sampe disini kira-kira cukup ngga ya?
Aku minta maaf sama kalian, kalo up nya terlalu lama:')Karna ini dihari libur, akan aku usahakan up setiap hari?
Kasih aku support kalo kalian suka sama cerita ini, jangan lupa divote juga, kritik dan saran kalian akan aku terima:)Oiya, Minal aidzin wal-faizin mohon maaf lahir dan batin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ice Prince
Teen FictionKehidupan Nando berubah semenjak ia bertemu dengan seorang gadis yang bernama Chiya. Awalnya, Nando tidak menghiraukan saran dari sahabat-sahabatnya itu. Akan tetapi, ia merubah pikirannya. Menuruti apa yang di sarankan sahabatnya kepadanya. Akanka...