Sorry for typo's and happy reading...
Enjoy it.
*-*-*-*-*
Gelap.
Itulah hal pertama yang kutangkap saat mataku terbuka dan kesadaranku kembali dari dunia mimpi. Mengerjap, kusibak selimut dan beralih posisi menjadi duduk. Kudesahkan nafasku, disini masih gelap dan sepertinya memang masih menunjukkan waktu tengah malam. Masih terlalu sepi. Kutolehkan kepalaku menuju jam digital di atas nakas yang berpendar lembut dengan warna birunya.
00:30
Masih malam, tengah malam lebih tepatnya, seperti dugaanku. Kutatap jam digital dengan baris angka warna biru muda itu selama beberapa saat, memastikan. Jadi memang benar ya?
Menghela nafas, kutatap jam sekali lagi, mendapati angka menit hanya bertambah satu digit. Satu hal yang kuingat pasti adalah aku tidur pukul 00:25. Artinya aku hanya tidur selama kurang lebih lima menit sebelum terjaga seperti ini. Tapi aku bukanlah orang dengan kelainan tidur seperti insomnia berat sejauh yang kutahu.
Tuk...tuk
Reflek tubuhku menjadi kaku begitu suara ketukan merasuki indra pendengaranku. Suara ketukkan berirama tetap, dan pelan. Ketukkan itu sepertinya berasal dari luar kamarku.
Balkon, kah?
Sambil menyerukan pertanyaan sepihak dalam hati, kubawa mataku untuk melihat area balkon kamar. Menatap tirai putih yang nampak bersinar karena terkena cahaya dari luar.
Keringat mengalir melewati punggungku, memberikan sensasi aneh bersamaan menyadari apa yang aku lihat selain tirai yang bercahaya, siluet manusia. Awalnya aku masih bisa berpikir positif karena mungkin itu berasal dari imajinasiku.
Namun kenyataan bahwa siluet tersebut dapat bergerak, mengetuk jendela dengan kepalan tangan. Cukup membuatku hampir mengalami serangan jantung. Kakiku bergetar dan rasanya sulit meraup oksigen.
Tuk...tuk
Sialan!
Sambil mengumpat dalam hati, kenyataan menamparku telak begitu kulihat aku tengah berlari keluar dari kamar. Sepertinya rasa takut berhasil menginvasi seluruh tubuhku hingga mampu membuatku bergerak tanpa sadar seperti ini.
Lariku berubah menjadi langkah teratur begitu menuruni tangga dengan perasaan was was dan takut. Cahaya redup dari lampu yang menyala di ruang tengah menyambutku, tapi itu cukup untuk membuat perasaanku menjadi lebih baik.
Kupikir aku telah berhasil lolos dari kamar dan lantai dua sepenuhnya begitu menginjakkan kaki disini. Namun kenyataan yang ada setelah aku memutuskan untuk kembali ke kamar dan berbalik, seolah memutar balikkan tanah yang kupijak sekarang.
Di ujung tangga. Beberapa meter di depanku. Siluet itu, berdiri disana, menatapku.
*-*-*-*
Tunggu next chapter, jangan lupa tekan bintang yes... 😊
By
Joonie & Ru
KAMU SEDANG MEMBACA
Nae Yulyeong
Horror-Ada saat dimana kita merasa segala hal yang kita alami itu hanya ilusi, meski semua itu nyata. Ada juga saat dimana diri kita menolak percaya akan sesuatu dan berlaku sebaliknya- Aku pernah mendengar kiasan tersebut, jauh sebelum aku paham akan ha...