Sorry fot typo's and happy reading...
Enjoy it.
*-*-*-*-*
Angin berbisik pelan dengan malu-malu, menggelitik permukaan wajahku dengan lembut. Terasa begitu damai dan menenangkan
Ting...Ting...
Dentingan kecil yang ringan dan nyaring dari atas kepalaku ikut bergabung, tak mau kalah dengan angin yang memanjakanku. Dentingannya menyatu dengan harmoni sang angin, membentuk melodi indah yang sederhana. Suaranya akan tetap memenuhi udara seiring dengan angin yang berhembus.
Rasanya begitu menenangkan dan nyaman. Bahkan serbuan angin malam yang dingin menusuk tulang pun tak dapat menghancurkan suasana ini. Diriku masih terpaku disini, mengagumi malam dari balkon kamar, menatap hamparan karpet hitam yang terhampar di atas sana.
Kututup mataku, menikmati bisikan angin dan melodi kecil sang lonceng angin yang membuatku terbuai. Sejenak melupakan hamparan karpet hitam diatas sana dan meresapi tiap melodi yang ada.
Ting...Ting...
Hilangnya bisikkan angin, ditandai juga dengan melemahnya alunan melodi yang menghipnotisku. Angin benar-benar menghentikan kegiatannya menggoyangkan tubuh sang lonceng angin saat mataku bergerak membuka.
Hamparan langit malam kembali terlihat dalam pengelihatanku, kelam dengan kerlipan malu sang anak malam, bintang. Kutundukkan kepalaku, bergerak mengedarkan pengelihatanku sementara diriku bertopang pada pembatas balkon.
Tertegun, kujatuhkan pandanganku menuju jalan besar yang terletak di depan rumahku. Jajaran lampu menerangi jalanan yang sepi, menimbulkan pendar khas saat dilihat dari atas. Tapi, bukan hal itu yang menjadi pusat fokusku. Pohon jalan yang terletak sedikit jauh dengan pagar rumahlah yang mengunci fokusku.
Mataku memincing, berusaha melihat dengan jelas diantara remangnya malam. Mataku menajam seiring otakku memvisualisasikan sesuatu yang aku lihat.
'Seperti seseorang.' Batinku berbisik ragu atas apa yang kulihat.
Seseorang yang berani keluar di tengah malam yang dingin seperti ini, hampir tak mungkin terjadi, kecuali para berandalan malam. Dan aku ragu akan adanya seseorang yang berdiri di bawah pohon di saat seperti ini.
Aku menolehkan kepalaku kesegala arah, berusaha membuat hipotesis yang mungkin masuk akal. Misalnya orang itu tengah menunggu orang lain disana, atau hal lain yang masih masuk akal.
'Aneh, kemana dia menghilang.'
Sebaris kalimat itu meluncur dari bibirku kala menjatuhkan pandanganku pada pohon itu sekali lagi. Tak ada siapapun lagi disana sementara jalanan di sekitarnya kosong. Apa hal itu wajar?
Awalnya aku tak menghiraukannya, namun hal lainnya muncul cepat di pikiranku, perasaan aneh. Kugelengkan kepalaku pelan, berusaha mengusir perasaan aneh itu. Angin kembali menunjukkan keberadaannya dengan membawa hawa dingin yang makin menusuk tulang. Dentingan kecil lonceng yang semula lenyap ditelan keheningan, kini memulai kembali melodinya.
Angin membelai leherku, membuatku tersugesti dengan membayangkan seseorang tengah mengelus leherku. Aku merinding. Segera kuputuskan untuk meninggalkan balkon, sudah terlalu larut untukku tetap berada di sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nae Yulyeong
Horror-Ada saat dimana kita merasa segala hal yang kita alami itu hanya ilusi, meski semua itu nyata. Ada juga saat dimana diri kita menolak percaya akan sesuatu dan berlaku sebaliknya- Aku pernah mendengar kiasan tersebut, jauh sebelum aku paham akan ha...