"KAMPREEEET!" maki Derry keras-keras. Saat itu dirinya baru saja sampai di rumah Gara dan segera menjatuhkan tubuhnya di sebelah Rama yang tampak serius dengan laptop yang menyala di hadapannya.
"Kenapa lo?" Gara yang baru muncul dari ruang tengah dengan semangkuk mie instan yang mengepulkan asap tipis itu kontan bertanya bingung. Ia lantas mengambil posisi di sofa lain yang menghadap Derry sambil matanya tak teralihkan dari sobatnya yang baru saja datang itu.
"Kampret asli sumpah!" Masih dengan nada tingginya, Derry kembali bergumam nggak jelas. "Itu cewek perfect banget! Cantik... seksi... putih... tinggi..." tambahnya yang membuat Rama semakin melongo tak mengerti.
"Cewek siapa sih? Sabrina?" tebak Gara asal bersamaan dengan diaduknya semangkuk mie instan yang tadi dibawanya.
Seketika itu, bantal sofa berukuran jumbo yang sebelumnya menjadi sandaran punggung Derry terbang melayang ke wajah Gara. "Sabrina, Sabrina... makan tuh bantal sofa!" kata Derry dengan nada kesal.
"Ya siapa, Nyet!? Lo lagi ngomongin cewek yang mana? Ngomong aja nggak becus, makan tuh sandal jepit!" balas Gara, bersamaan dengan dilemparnya satu sandal yang sedang dipakainya ke arah Derry dan tepat mengenai wajah cowok itu.
"Adeknya Danar! Nggak tau deh tuh siapa namanya," jawab Derry akhirnya, setelah melempar balik sandal Gara yang ternyata melesat jauh dari sasaran karena Gara yang dengan sigap mengelak begitu Derry hendak melakukan serangan.
Mendengar itu, Rama mendongak sejenak dari layar laptopnya. Kini, ditatapnya Derry dengan senyuman miringnya. "Kenapa emang? Lo takut jatuh cinta sama dia?" tembak Rama, kalem tapi langsung ke pusat sasaran.
Derry meresponnya dengan tawa membahana. "Ooooh ya nggaklah!" jawab Derry songong. "Yang ada, gue malah takut dia yang nantinya bakalan naksir gue, terus karena dia cakepnya tingkat Raisa, gue nantinya malah jadi nggak tega buat ngasarin dia..." jawab Derry dengan tampang yang sengaja dibuat sepolos mungkin.
Hal itu kontan membuat Rama tak tahan untuk menoyor kepalanya. "Ya sama aja, BEGO!" ungkapnya geram, terutama di satu kata terakhir yang terdengar begitu kejam dan dari lubuk hati yang paling dalam.
Sementara itu Gara cuma terkikik menyaksikannya sambil melahap mie instannya. "Jadi giama, Derr?" tanya Gara saat berhenti makan. "Kalo lo nggak sanggup, biar gue yang tanganin!" usulnya lalu kembali menyesap kuah mie langsung dari mangkoknya.
"Apaan? Sori ya, nggak ada kata nggak sanggup dalam kamus hidup gue!" tandas Derry.
"Yakin..." goda Gara. "Bakalan tega nyiksa cewek 'cantik seksi putih tinggi' itu?" sambungnya dengan menirukan gaya Derry saat menceritakan ciri-ciri cewek itu.
Derry sudah membuka mulut hendak mengungkapkan betapa yakin dirinya, namun Rama ternyata telah lebih dulu mengeluarkan suara. "Dan cewek 'cantik seksi putih tinggi' itu namanya Karin Ayudya Putri Nugraha," sahut Rama sambil meletakkan ponselnya di atas meja agar bisa dilihat oleh kedua sohibnya itu.
Di layar ponsel Rama yang masih menyala tertera percakapan dalam grup obrolan yang tadi sempat dikirimi pesan singkat dari Derry. Di bawah pesan itu kini tampak sebuah balasan dari Ruben mengenai data diri cewek bernama depan Karin yang entah didapatnya dari mana.
Derry tersenyum penuh kepuasan memandanginya. "Karin Ayudya Putri Nugraha... ribet ya namanya!" Setelah berkomentar demikian, Derry lantas memandang Gara dan Rama bergantian seraya berujar, "Tapi lo liat aja, gue bakal bawa tu cewek ke depan lo-lo pada, se-ce-pat-nya!"
"Iya ya ya," timpal Gara tampak malas. "Penasaran juga gue, cewek 'cantik seksi putih tinggi' di mata lo tuh kayak apa..." ujar Gara kembali mengutip kata-kata penuh antusias Derry itu.
"Jangan lupa siapin sapu tangan ya, pas gue bawa dia," pesan Derry dengan tampang songongnya. "Bukannya apa-apa... gue cuma takut lo berdua pada ngiler pas ngeliat wajah dia! Dan buat lo Gar, yang tiap-tiap harinya cuma bisa ngeliatin Sabrina, yang matanya buta oleh kecantikan semu tu cewek... gue jamin lo bakal sadar!" sambung Derry mulai berlebihan. "Pintu hati dan mata batin lo bakal kebuka, bahwa ternyata... cewek lo itu... nggak ada apa-apanya!" Derry semakin mendramatisir keadaan lalu tertawa di ujung kalimatnya.
Gara sendiri tak ambil pusing saat nama ceweknya ikut dibawa-bawa. Ia menanggapinya dengan santai hingga obrolan mereka pun berlanjut, dan tentunya masih tentang cewek bernama Karin itu sebagai topik utamanya.
Tentang penyesalan Derry yang tidak sejak dulu menemukan adik dari musuh bebuyutannya itu, tentang rasa herannya mengenai bagaimana bisa cewek sesempurna itu luput dari perhatiannya selama ini, serta tentang berbagai rencana yang kelak akan dieksekusinya demi melaksanakan dendam yang menuntut untuk dibalaskan.
***
Karin Ayudya Putri Nugraha. Bila Derry memandangnya sebagai cewek paling sempurna di sekolah, menganggapnya bagai bidadari yang baru turun dari kahyangan, sesungguhnya semua itu terlalu berlebihan.
Cewek yang akrab disapa Karin ini sebenarnya tidak sesempurna itu. Memang benar, cewek itu memiliki kelebihan pada paras wajahnya yang bisa dibilang cantik dengan mata lebar, hidung mancung dan pipi tirusnya. Memang benar, cewek itu juga bisa dibilang seksi dengan tubuh ramping, rambut panjang serta kaki jenjangnya. Dan tidak salah pula saat Derry mengatakan dia putih dan tinggi, sebab itu anugerah lain yang diturunkan silsilah keluarganya dari masa ke masa.
Tapi bila melirik cewek lain seusianya, terutama yang ada di sekolah, jelas banyak sekali yang lebih segala-galanya daripada dirinya. Lebih cantik banyak, lebih seksi makin banyak, lebih putih tambah banyak, lebih tinggi apalagi, jelas sangat banyak sekali. Dan bila dikatakan sebagai cewek sempurna, jelas Karin masih sangat jauh dari kriteria itu.
Bagaimana bisa dikatakan sempurna, bila dirinya saja selalu merasa kekurangan setiap kali melihat pantulan wajahnya di cermin kamarnya. Seperti yang sedang dilakukannya saat ini. Waktu telah menunjukkan hampir setengah tujuh pagi, dan Karin masih terdiam memandangi wajahnya dalam cermin tinggi memanjang itu. Satu tangannya memegangi lipstik warna nude yang baru saja dibelinya kemarin sore bersama mamanya, namun ia sendiri tak kunjung mengoleskan lipstik merek ternama itu ke bibirnya.
Sekali lagi Karin mengalihkan pandangannya ke lipstik itu, dan masih tetap ragu antara akan memakainya atau tidak. Ia kini mulai membuka tutupnya, dan mengangkatnya mendekat ke bibirnya. Namun saat benda favorit kaum hawa itu hendak menempel di bibirnya, Karin segera menurunkannya, menutupnya rapat-rapat dan meletakkannya kembali di meja terdekat.
Cewek itu seketika sadar, saat di sekolah ia harus tampil sebiasa mungkin. Ia tak boleh tampak mencolok, setidaknya hingga kenaikan kelas empat bulan yang akan datang. Sudah lebih dari satu semester ia bertahan dengan menutupi identitasnya, dan ia jelas tak ingin semua usahanya berakhir sia-sia hanya karena ingin tampil menawan dengan bibir dipoles lipstik semata.
Untuk terakhir kalinya Karin menatap cermin, tersenyum sekilas, lalu segera beranjak dari kamarnya dengan menyampirkan tas kotak-kotak marun berbahan flannel di bahu kanannya.
Ia telah siap menyambut hari yang baru, tanpa tahu bahwa mulai sekarang sekolah tidak akan pernah sama. Ia telah siap melangkah, tanpa tahu bahwa berjuta kejutan serta bencana tengah menantinya.
***
Semoga kalian suka sama part ini 😊
Emang pendek Dan masih belum ada konflik sih, tapi di next chapt-nya Karin sama Derry bakalan ketemu.
So, tunggu terus kelanjutannya yaaaa
Aku usahain bakalan update 2 hari sekali deh. Syetujuuuu?
And, maaf soal cover cerita ini yang warnanya shocking pink dan girly banget. Heheee
Jujur aku nggak suka warna pink, tapi entah kenapa setiap lihat pink tuh kayak bagus aja gitu.
Entahlah, aku juga kadang suka nggak ngerti sama diri aku sendiri. Haha jadi curhat gini 😂😂
Pokoknya, SEE YOU ON THE NEXT CHAPTER AND LOVE YOU ❤❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Seniority 2 [Completed]
Teen FictionDerryansyah Pradipta. Betapa aku muak mendengar namanya! Bisa nggak sih dia bersikap biasa aja? Nggak usah sok cakep, sok galak, sok berkuasa... Karena aku tau, semua bentuk ancamannya itu cuma hoax belaka! Tapi walau begitu, aku seakan telah terlah...