4 [Nggak Ada Takut-takutnya]

25.2K 1.8K 35
                                    








Bunyi bel kembali terdengar nyaring di seluruh area SMAN 111 Jakarta. Kali ini merupakan bel tanda berakhirnya jam pelajaran yang menciptakan sorak sorai serta hembusan napas lega dari balik pintu-pintu kelas yang menyimpan puluhan siswa. Secara ajaib, bunyi bel itu juga ternyata mampu menyulap wajah kusut Karin yang duduk di barisan paling depan menjadi kembali berseri-seri.

Dengan segera cewek itu merapikan buku-bukunya lalu memasukkannya ke dalam tas. Dengan segera pula ia menyampirkan tali tasnya yang bersimpul pita itu ke bahu kanannya.

Setelah sejenak ber-goodbye ria dengan Luna, Karin pun beranjak dari tempat duduknya. Khusus untuk siang ini, ia harus buru-buru keluar dari area sekolah sebelum Derry menemukannya. Khusus untuk siang ini pula, ia harus cepat-cepat sampai di rumah agar bisa terbebas dari segala macam bencana.

Tapi ternyata semuanya sudah terlambat. Karin benar-benar shock begitu ia keluar kelas dan mendapati Derry yang ternyata sudah di sana. Menantinya, memandangnya dengan sorot mata yang sulit diartikan, serta menyeringai menyambut kehadirannya.

Karin kini benar-benar merasa ini mungkin hari sialnya. Bagaimana tidak, orang yang sangat tidak ingin ditemuinya malah jadi orang pertama yang dilihatnya begitu melangkah keluar dari kelas.

Karin berdiri membatu selangkah dari ambang pintu kelas seraya menatap Derry dengan perasaan ngeri. Sementara Derry yang membawa setumpuk kertas di satu tangannya kini perlahan mulai melangkah menghampirinya.

"Karin Ayudya Putri Nugraha," sapa Derry dengan sengaja menyebutkan nama Karin selengkap-lengkapnya. Ia lantas berjalan memutari tubuh gadis yang tiba-tiba menjelma menjadi arca batu itu. "Atau... perlu gue panggil elo 'Melly'?"

Karin hanya menelan ludahnya dengan susah payah mendengar pertanyaan sinis Derry barusan. Ia tak mampu melakukan apa-apa, ia tak tahu harus berbuat apa, dan ia pun tak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

Karena hadirnya Derry di depan kelas X-3 siang itu, tepat saat bubaran sekolah pula, sudah menjadi barang pasti jika hal itu disaksikan banyak orang. Bahkan teman-teman Karin yang masih berada di dalam kelas jadi tak berani keluar, karena Derry yang tampaknya memortal area pintu ruangan. Anak-anak kelas sebelah yang tujuannya ingin pulang pun jadi mampir sebentar karena penasaran dengan kunjungan tak terduga Derry siang itu.

Kembali pada Karin. Cewek itu ternyata masih belum berkutik sama sekali, namun siapa saja bisa melihat wajah putih bersih bagai bidadari milik cewek itu kini mulai memerah disaksikan para siswa yang semakin lama semakin bertambah banyak.

Sadar cewek itu takkan bersuara, Derry pun akhirnya kembali membuka mulut demi memancingnya berbicara. "Karin... Karin..." panggil Derry sambil geleng-geleng kepala.

Ia sudah berhenti memutari tubuh Karin dan kini tengah mnyenderkan siku kirinya ke bahu kanan cewek itu. "Lo sadar nggak lo lagi berurusan sama siapa? Sadar nggak lo habis bohongin siapa?" tanyanya dengan suara keras yang serasa akan memecahkan gendang telinga Karin akibat posisi mulut Derry yang begitu dekat dengan telinga kanan cewek itu.

"Tapi jujur, gue akuin lo berani juga!" ujar Derry kembali, namun kali ini dengan suara normal disertai anggukan beberapa kali.

Derry kini beralih menghadap cewek yang masih berdiri dengan kedua kaki bergetar itu. Dan semua mata yang menyaksikan mereka dari segala sudut seakan enggan berkedip hingga terus mengikuti inchi demi inchi gerakan yang Derry ciptakan.

Semua bertanya-tanya akan masalah apa yang menimpa mereka berdua. Semua penasaran akan apa yang Derry hendak lakukan pada cewek dengan body sekelas model papan atas di hadapannya.

Crazy Seniority 2 [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang