• 3 •

360 22 10
                                    

•••

"Kev, seriusan aku masuk ke sekolah sekarang? Ada pengawal Mama itu di depan gerbang. Aku takut ditangkap lagi, mereka jahat, Kev," ucap Mila dengan wajah khawatir di dalam mobil Kevin saat mereka berada di depan sekolah mereka.

"Nih," Kevin memberikan sebuah masker berwarna hitam, kacamata, topi hitam, tak lupa jaket bomber hitam untuk Mila.

"Apaan nih?" Mila tampak heran karena Kevin memberikannya tiba-tiba.

"Pakai aja dulu, pengawal itu pasti gak tau kalo kamu lewat. Kamu gak mungkin gak sekolah, kan? Gak mau ngecewain Papa Mama kamu, kan? Ayo, kamu bisa," Kevin tersenyum lembut. Mila sekarang tampak lebih baik. "Oh iya, kalo kamu ketangkep, kan kamu tau kalo aku jago kelahi," lanjut Kevin disusul kekehan kecilnya.

"Ah astaga," Mila tersenyum kecil mendengar perkataan Kevin barusan.

Mereka keluar dari mobil. Pengawal tampak melirik Mila dengan tajam tetapi Kevin dan Mila masuk saja dengan santai dan akhirnya Kevin dan Mila lolos dari pengawal itu.

Mila senang kemudian loncat-loncat dengan memegang tangan Kevin. Kevin hanya tersenyum melihatnya. Kevin menghentikan Mila kemudian merangkul Mila.

"Jangan seneng dulu, gak mungkin cuma ada mereka berdua," Kevin berbisik ke telinga Mila. Senyum Mila memudar.

"Jangan sedih, ada aku," Kevin melirik Mila yang tampak sedih.

Tiba-tiba dari ujung koridor muncul seorang pengawal Sharon. Mila tampak kaget dan salah tingkah.

"Bersikap biasa aja, biar dia gak curiga,"

•••

"Maaf, bu. Tapi di sekolahnya udah bunyi bell dan gerbang udah ditutup, kami terpaksa keluar, bu. Tapi kami juga gak liat Mila, bu. Maaf," ucap orang itu dari telepon.

"Ahhh!! Lama-lama aku bisa gila!" teriak Sharon lalu menutup teleponnya kemudian meneguk anggur di gelasnya.

Tok tok tok..

"Maaf, ibu gak apa-apa?" seorang wanita paruh baya membuka pintu ruang kerja Sharon. Wanita itu tampak khawatir, kelihatan dari raut mukanya. Wanita itu adalah Tuti, pelayan Sharon di rumah itu.

"Hm," jawab Sharon singkat tanpa melihat keberadaan Tuti. Ia terus memandang keluar jendela, ntah apa yang ia lihat.

"Permisi, bu," Tuti menutup pintu ruang itu.

"Kemanapun kau pergi, aku tetap akan menangkapmu. Gak bisa kamu pergi seenaknya dari rumah ini. Lihat saja apa yang akan aku lakukan saat kau tertangkap dan pulang ke rumah ini lagi," ucap Sharon.

•••

Kevin dan Mila duduk di sebuah taman tepi danau. Suasana malam itu terlihat ramai di jalanan, dan danau inilah penenangnya.

Mila masih sedih karena ia rindu ayahnya dan ingin menjumpainya. Juga karena ia terus dikekang oleh Sharon sehingga ia tidak gampang keluar dari rumah untuk jalan-jalan.

"Mil," panggil Kevin.

"Hm?" Mila menatap Kevin sekejap kemudian menundukkan kepalanya kembali.

"Coba lihat ke langit. Bintang bertaburan disana. Mereka ingin mengatakan bahwa kamu tidak boleh bersedih, kami akan menghiburmu. Tersenyumlah, Mila!" Kevin tampak menatap bintang-bintang di langit malam itu. Memang sekarang bintang terlihat bertaburan di langit malam Jakarta yang tak pernah sepi ini, kecuali saat lebaran tiba, karena penduduk Jakarta akan mudik ke kampung halamannya. Itulah saat yang sangat Kevin nantikan.

MILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang