Prolog

23.1K 1K 94
                                    

Di sebuah rumah yang sederhana tinggal satu keluarga yang jauh dari kata harmonis. Angin malam berhembus dengan kencang mengalahkan suara teriakan dalam rumah itu.

"Pergi kau! Aku tidak mau lagi melihat kau!" plakk satu tamparan mendarat di pipi gadis itu.

"Anak sialan, berani-beraninya kau mengusirku! Memang kau siapa hah?!" bentak Ayah gadis itu. Sedangkan gadis itu menatap tajam Ayahnya sembari memeluk Ibunya yang terisak.

"Kau tanya aku siapa? Aku anak yang punya Ayah yang suka berjudi, aku anak dari seorang pemabuk dan pencuri. Oh ralat kau bukan Ayahku tapi kau pencuri!!" Ayahnya pun tersenyum sinis.

"Cepat berikan uangnya anak sialan!"

"Tidak akan pernah aku berikan uang itu. Karena itu hasil kerja kerasku sendiri!!" jawab gadis itu, lalu Ayahnya pun berjalan ke sebuah kamar dan membuka lemari serta mengacak-ngacak isinya sampai ia melihat beberapa lembar uang lalu bergegas pergi.

Ketika dia hendak pergi dia melemparkan senyum kemenangannya.

"Aku sudah menemukannya anak bodoh!" ucap Ayahnya dengan senyuman kemenangannya. Gadis itu hendak mengejarnnya tapi tangannya dicekal oleh Ibunya.

"Sudah nak, maafkan saja ayahmu." gadis itu tersenyum miris.

"Kenapa Ibu selalu membela pencuri itu hah? Kenapa bu?" gadis itu mulai menangis.

"CUKUP RENA! Bagaimana pun dia Ayahmu sendiri!" bentak Ibunya kepada gadis itu yang bernama Renata Putri Marcelia. Malam itu seperti memiliki waktu yang panjang bagi mereka.

※※※

Sepulangnya Rena dari Cafe tempat dia bekerja sebagai waitress. Dia menemukan Ibunya yang sedang menangis di lantai.

"Assalamuallaikum, Ibu kenapa nangis? Apa pencuri itu menyakiti Ibu lagi?" Ibunya hanya diam.

"Ibu jawab Rena bu!" tegas Rena.

"Ayahmu di penjara nak, dia ketahuan oleh warga mencuri uang di rumah pak RT." Rena merasa kaget? Ya kaget itu yang dialami Rena sekarang.

"Aku pergi dulu bu!" lanjut Rena dan berlalu pergi.

Tiba di Kantor Polisi Rena meminta kepada Polisi untuk menemui Ayahnya. Polisi itu pun mengizinkannya dan membawa Rena untuk bertemu Ayahnya.

"Mau apa kau kemari anak sialan? Gara-gara kau, aku jadi di penjara!" geram Ayahnya.

"CUKUP AYAH!! Kapan ayah berubah? CUKUP! Jangan memanggilku anak sialan yah! CUKUP!! Jangan pernah Ayah menyalahkan orang lain, itu kesalahan Ayah sendiri, tak bisakah Ayah menjadi orang baik!" seru Rena.

"Hah? Apa kau bilang? Ini semua kesalahanku? Anak bodoh kau yang salah, jika saja kau tidak menyembunnyikan uang-uang itu aku tidak akan di penjara!! Oh ya tadi apa katamu? Berubah menjadi orang baik? Menjadi orang baik itu menyakitkan!!" jawab Ayahnya dengan sinis. Air mata Rena menumpuk di pelupuk mata nya kini keluar dari kedua mata nya.

"CUKUP! Karena itu demi kebaikan Ayah!! Aku hanya ingin Ayah sadar berjudi dan mencuri itu dosa! Percuma aku memberikan uang itu kepada kau!"

Malam semakin gelap. Gelapnya langit itu disebabkan oleh tidak adanya sinar rembulan yang memancarkan senyuman keindahan. Sama hal nya dengan suasana hati Rena sekarang.

"Rena sedang apa disana? Ayo masuk sudah larut malam." Rena yang tengah memandangi langit pun menoleh kepada Ibunya "Iya bu." jawab Rena dan langsung masuk. Mereka pun duduk di ruang tamu.

"Ibu kenapa Ayah tidak berubah? " tanya Rena, Ibu nya hanya menggelengkan kepalanya.

"Ibu aku hanya ingin seperti aku kecil. Ketika Ayah baik-baik saja dan selalu tertawa bersama. Aku ingin dimana Ayah memelukku ketika menangis, aku ingin ketika Ayah memberiku motivasi disaat aku terpuruk semasa SMA. Aku ingin seperti dulu bu." Rena pun menangis di pangkuan Ibunya "Aku benci Ayah yang sekarang bu! Aku benci!" tangisan Rena semakin kencang dan menangis tersedu-sedu begitupun dengan Ibunya.

_Aku Rindu Ayah_

Assalamualaikum ukhty wa akhi hehe gimana ceritanya? Ini baru prolog ya 😂 jangan lupa vote dan comment ya. Saran dan kritik sangat dibutuhkan. Syukron.🙏

Kalau kelanjutannya lama mohon maaf karena aku mau menyelesaikan Diary Azalea dulu 😊 dan sibuk sama UAS serta persiapan buat UNBK. Mohon dimaafkan 😂🙏

Aku Rindu AyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang